"Kak Akbaaarrr!" Alia ngos-ngosan. "Tungguin!"
Ini adalah hari minggu, seperti biasa Akbar, kakak Alia mengajak adiknya untuk lari pagi kelililng komplek. Rutinitas setiap hari minggu sekaligus usaha untuk membuat Alia sedikit langsing.
"Biar lemak kamu kebakar dikit, Al." Begitu alasan kak Akbar setiap kali kakaknya mengajak untuk lari pagi.
Keringat Alia mengalir deras membasahi punggung bajunya. Nafas gadis itu sudah pendek-pendek demi mengejar kakaknya yang sudah melesat didepannya.
"Kak Akbar.." Alia kembali memanggil kakaknya. Ototnya sudah menjerit minta istirahat. Nafasnya tersengal-sengal. Alia merasa seperti besi tua yang karatan.
"Ayo dong Al, bentar lagi itu." kakaknya menjerit jauh didepan Alia. Alia sudah tidak sanggup lagi berlari.
Penyiksaan ini harus berakhir.
"Gak sanggup kaaakk!" Kata Alia dengan napas tidak beraturan.
Alia jatuh terduduk. Tidak peduli dengan jalan orang-orang yang terhambat akibat Alia memutuskan untuk berhenti ditengah jalan. Menyelonjorkan kakinya dan menyandarkan tubuhnya yang berat ditrotoar jalan.
"Payah banget sih kamu Al. Baru segitu aja uda keok." kata Akbar sambil memberikan Alia sebotol air mineral.
Tanpa basa basi Alia langsung menyambar air itu, menenggak isinya seolah dia akan mati jika tidak meminum air tersebut. Rasa segar yang nikmat mengaliri tenggorokannya.
Akbar tertawa geli memandang adiknya yang minum seperti orang kesetanan. Alia adalah adik kesayangannya. Adik yang baginya adalah gadis tercantik, dengan mata bulat bening yang bersinar cerah ketika Akbar membawakannya cake buatan mamanya.
Akbar tersenyum mengenang hobi Alia memakan cake strawberry tanpa peduli dimana dan kapan. Kadang bahkan Alia sanggup makan cake sebagai menu sarapan. Alia yang tidak pernah memperdulikan apa pun yang dikatakan orang tentang bentuk tubuhnya, Alia yang selalu tersenyum cerah dan Alia yang selalu bergelayut manja pada orangtua dan kakak-kakaknya.
Akbar tidak tau saja jika Alia sebenarnya sangat insecure dengan bentuk tubuhnya.
Adiknya ini adalah orang tersensitif yang pernah dikenal Akbar. Alia selalu menangis ketika menonton film sedih ataupun mendengar lagu mellow. Hatinya terlalu lembut untuk menyakiti orang lain. Akbar tidak suka jika ada yang mengganggu atau menyakiti Alia.
Sampai akhirnya Alia bertemu Sakti dan dua tahun kemudian cowok itu memutuskan adiknya sepihak.
Alia menghabiskan minggu-minggu awal perpisahannya dengan menangis. Akbar sudah geram untuk menghajar Sakti karena itu, hanya saja Alia melarangnya. Dan Akbar tidak ingin membuat adiknya tambah sedih.
Jadi dia hanya bisa mencoba iuntuk menghibur Alia waktu itu. Dan dia berjanji dalam hati tidak akan ada lagi seorang pun yang akan menyakiti adik kesayangannya ini.
"Pelan-pelan dong Al minumnya, kayak gak pernah liat air aja kamu." kata Akbar karena melihat Alia hampir menghabiskan sebotol air mineralnya.
"Uda kayak dispenser." sambung Akbar tertawa sambil mengelap keringat dikeningnya dengan handuk kecil yang disampirkannya di bahu.
Alia cuek saja tidak menghiraukan kata-kata kakaknya. Ketika gadis itu merasa hausnya hilang baru Alia menghentikan minumnya. Napasnya masih tersengal-sengal dengan keringat semakin deras menetes di seluruh wajahnya.
"Ampun deh kak, aku uda ga sanggup lagi. Rehat dulu yah." keluh Alia sambil memijit sendiri betisnya yang terasa sakit dan kaku.
Akbar memandangi adiknya dan mencibir."Payah kamu ah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I love you
RomanceAlia, 22 thn. Tidak tinggi, tidak cantik dan gendut. Dillan, 25thn. Tinggi,tampan dan playboy Ini bukan cerita novel yang pemeran utamanya selalu cantik dan sempurna. ini adalah realita ketika the beauty and the beast bertemu. Eumm, mungkin menjadi...