Chapter 9 : Pertemuan ( Lagi? )

5.9K 417 14
                                    

"Al, kenapa sih kamu suka banget buat alasan yang nantinya bakalan ngerugiin diri kamu sendiri?!" Kata Andin siang itu disela-sela jam istirahat kantor mereka.

"Aku gak tau, Ndin."

Siang itu Alia curhat habis-habisan dengan sahabat karibnya, Andin. Dan seperti seharusnya, sesi curhat itu berakhir dengan omelan Andin tentang kebodohan Alia yang diluar batas normal.

"Kamu tau sendiri kan, kak Erga benci banget sama Dita." Alia membela diri. "Gak mungkin lah aku berani jujur. Dan kalo sampe kak Erga tau Dillan itu kembarannya Dita. Habis aku. Kak Erga pasti ngamuk."

Alia berkata lesu sambil mengaduk-aduk mie goreng dihadapannya tanpa selera. Rasanya beberapa hari belakangan ini topik tentang Dillan lebih ampuh daripada tips diet manapun untuk mengurangi berat badan Alia.

Andin menarik napas kasar."Iya aku tau, tapi kan kamu gak harus bohong kayak gitu."

"Gimana kalo sampe ketauan kak Erga?" Andin melanjutkan. "Bisa makin ngamuk deh tu. Belum lagi kakak kamu Hulk."

Andin bergidik ngeri. "Bisa-bisa dia ngancurin sebagian Jakarta kalo sampe tau. Lagian ya, Al. Kamu kok bego-nya kebangetan sih?"

Alia mengerang ketika Andin melanjutkan. "Dino itu gebetan aku semenjak lima abad yang lalu. Aku uda setengah mampus deketi dia, Al."

"Kalo sampe si Akbar Hulk itu cari tau ke kak Wisnu gimanaaaa??" Andin benar-benar jengkel. Alia tau benar bagaimana perjuangan Andin untuk mendekali Dino. Dan tidak jauh beda dengan nasib Alia, Kak Wisnu, kakaknya Andin entah bagaimana tidak terlalu meyetujui pilihan Andin.

"Gimana kalo Hulk nanya sama kak Wisnu dan bilang ke kak Wisnu kalo Dino punya temen mesum kayak Dillan?" kata Andin sambil melotot dan menggoyang-goyangkan garpu mie nya.

"Bukan cuma kamu yang gak bakal dikasi deketin Dillan." Andin melotot horor dengan wajah merah. "Tapi aku juga gak bakal boleh lagi deketi Dino. Sia-sia PDKT lima abad aku, Aliiiiaaa."

Alia semakin pusing. Gadis itu baru ingat Wisnu dan Akbar itu satu klub bola. Gimana kalau sampai yang di kuatirkan Andin jadi kenyataan?

Keringat dingin membasahi kening Alia. Rasa ingin muntah dan buang air menyerang gadis itu secara bersamaan. Alia benar-benar merasa ingin meledak saking stresnya dan parahnya dua jam lagi mereka akan ada meeting.
Alia sebagai sekretaris pak raden Hardi prakoso harus mempersiapkan bahan pertemuannya hari ini, sementara otaknya ngadat dan tidak bisa berpikir lurus.

Ya,
Yang dimaksud dengan pak Raden Hardi prakoso tak lain tak bukan adalah ayah Alia.

Hanya segelintir orang, termasuk Andin, yang tau bahwa Alia adalah anak dari CEO perusahaan tekstil yang cukup besar di Jakarta itu. Dan Alia juga tidak berminat mengatakan ke orang-orang disana bahwa dirinya adalah anak yang punya perusahan.

Alia tidak mau karyawan yang lainnya memperlakukannya istimewa dan akhirnya mengaburkan prestasi akademisnya. Papa-nya juga malah sangat menghormati pilihan putri bungsunya itu. Sehingga ketika pak raden memilih Alia sebagai sekretaris pribadinya, banyak kasak kusuk yang mengatakan bahwa Alia main dukun untuk mendapatkan jabatan itu diusianya yang masi 22 tahun dan dengan penampilan ala kadarnya.

Bagaimana tidak, kebanyakan sekretaris itu pasti cantik. Jarang ada sekretaris yang bentuknya seperti Alia, gendut bulat dengan lemak disana sini. Bukan cuma sekali Ali mendengar beberapa klien perusahaan pak raden mengusulkan untuk mengganti saja sekretarisnya.

Dan papa Alia akan tersenyum dan mengatakan hal yang sama pada para manusia pecinta kaki genjang itu,

Alia sudah sangat berkompeten. Saya tidak butuh para gadis berpakaian minim yang hanya bisa mengoleskan lipstik berkeliaran di sini. Selain itu, saya sudah merasa cukup bisa hidup bersama dua orang wanita paling cantik yang pernah saya kenal.
Istri dan anak perempuan saya.

Because I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang