7 tahun kemudian
Alia mengedarkan pandangannya kesemua penjuru apartement mungil yang menjadi rumah kedua baginya itu untuk yang terakhir kalinya.
Apartemen mungil bernuansa lilac ini merupakan saksi bisu jatuh bangunnya hidup alia. Tempat aman baginya untuk mengumpulkan kembali sedikit demi sedikit hidupnya.
Tempat yang nyaman untuk merajut kembali semua benang kusut yang terlanjur terjalin dihidupnya, tempat sempurna untuk bersembunyi dan mengobati luka hatinya.
Bukannya alia sudah sembuh, tidak. Luka itu masih terus ada dan terkadang masih berdarah. Tapi alia memilih untuk menikmatinya saja, menikmati setiap kepedihan goresan luka berdarah itu sebagai bagian yang harus dijalaninya.Anggaplah itu, sebagai pengingat masa lalu kelam yang sama sekali tidak menyenangkan. Alia mencoba berdamai dengan dirinya sendiri, mencoba memaafkan dirinya sendiri atas semua kebodohan yang dia lakukan, anggaplah ini proses pendewasaan. Walaupun alia tidak yakin dengan begitu bisa mendewasakan hatinya yang selalu saja merengek untuk kembali. Kembali dan melampiaskan semuanya. Tapi toh, itu tidak ada gunanya. Tidak akan merubah keadaan barang sedikit pun.
Alia langsung jatuh hati pada apartement ini ketika kakaknya, Erga, menunjukkan tempat ini. Apartement ini indah, dekat pantai dan tenang. Tempat yang sempurna untuk Alia menyembuhkan batinnya. Bukannya Erga tidak mau menampungnya, tapi memang alia yang menginginkan tinggal sendiri. Alia benar benar ingin sendiri dan merenung. Dan beruntunglah, Erga tidak pemaksa seperti Akbar. Kakaknya itu hanya menanyakan keseriusan niat alia untuk tinggal sendiri dua kali dan seminggu kemudian mengajak alia untuk melihat apartemen ini.
"Alia.. ayo cepetan. Satu jam lagi pesawat kamu berangkat loh ?!. Mau kamu ketinggalan ?" Jerit Erga dari dalam mobil, menunggu alia untuk mengantarnya ke bandara.
Alia mengerucutkan bibirnya kesal. Dipandanginya sekali lagi apartemen mungil kesayangannya itu dan bergegas menguncinya. Alia berlari-lari kecil sambil tersenyum cerah menuju pria yang sudah kering dan bosan menunggunya ber say bye pada apartemennya.
"Hufffh... lama banget sih ?! Ngapain aja didalem ?!"serbu Erga yang kesal menunggu sambil mulai melajukan mobilnya.
Alia hanya nyengir kuda, "Lagi buat perpisahan kecil-kecilan sama apartemen aku kak ."
Erga memutar bola matanya. "Dasar cewek. Selalu aja lebay !!"
"Yeeey.. biarin. Emang situ gak punya perasaan. " balas Alia sambil melotot.
"Perasaan sih ada. Tapi gak mesti dilampiasin ke benda mati juga kali. Keliatan banget kamu jones. Perpisahan sama apartemen aja segitunya. Perasaan , kamu gak gitu-gitu amat Al waktu pamitan sama kakak."
"Emang aku harus gimana ?? Nangis-nangis alay kaya di drama korea gitu ?! Lagian juga 2 ato 3 minggu aku juga uda balik lagi kesini. " jawab Alia sambil memeriksa kuku-kuku tangannya.
Erga melirik kesal kearah alia. "Lah, itu tau cuma 2 ato 3 minggu !! Terus ngapain juga kamu sampe segitunya ngelihatin tuh apartemen. Bukannya kamu yang alay."
Alia melongo memandang kakaknya. "Kakak cemburu ya ?!? Hahahaha.. !!" Alia ngakak.
"Idih..!!! Cemburu apaan ?!" Kata Erga sambil tersenyum.
"Lah, itu tadi apaan namanya ??" Tantang Alia sambil menunjuk Erga dengan jarinya.
"Makanya cari cewek, jangan kerja mulu. Biar ada yang dicemburuin,biar ada yang dikangenin. Masa sama apartemen aja cemburu. Kakak aku masih normal kan ya ?! Masih doyan cewe kan ?" Sambungnya sambil ngakak. Erga tersenyum masam. Tidak diragukan, erga pasti akan merindukan Alia. Walau hanya 2 atau 3 minggu."Iya deh.. iya deh. Seneng kamu kan,ngebully kakak ?! Dasar jones !" Erga lebih memilih menyerah dari pada kupingnya panas mendengar ocehan Alia tentang orientasi seksualnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I love you
RomansaAlia, 22 thn. Tidak tinggi, tidak cantik dan gendut. Dillan, 25thn. Tinggi,tampan dan playboy Ini bukan cerita novel yang pemeran utamanya selalu cantik dan sempurna. ini adalah realita ketika the beauty and the beast bertemu. Eumm, mungkin menjadi...