"Ngapain lu disini?" Kata Akbar ketus sambil bersandar di daun pintu dan bersedekap.
"Gua mau ketemu Alia." Kata Dillan singkat, malas meladeni Akbar.
Yang Dillan inginkan hanya satu, bertemu Alia dan membujuknya ataupun memaksanya untuk menikahinya. Dia tidak mau lagi menanggung sakit hati melihat Alia menangis karenanya. Dillan tidak mau terus-terusan tidak bisa tidur karena memikirkan Alia. Dillan mau alia kembali tersenyum, seperti dulu.
Dan Dillan akan melakukan apa pun itu. Apapun yang diinginkan Alia. Dillan ingin membayar semuanya. Semua sakit yang ditorehknnya pada gadis itu, apapun resikonya. Termasuk menghadapi laki-laki psikopat gila dengan emosi tidak terbendung yang kini sedang bersedekap memandangnya galak. Akbar samudra Prakoso, Hulk.
"Pegi lu. Alia gak ada. " katanya pelan tanpa menurunkan kadar kegalakannya. Dillan menghela nafas.
"Sepertinya ini tidak akan mudah " batin Dillan. Tapi Dillan tidak akan menyerah.
"Boleh gua tau kemana Alia?" Tanya Dillan sambil tersenyum.
Jika Dillan mengira Akbar akan lumer dengan senyuman andalannya, sepertinya Dillan harus kecewa kali ini. Senyuman manisnya tidak akan mempan, tentu saja. Malahan sekarang Akbar melihatnya semakin tajam kelihatan sangat tidak senang. Buruk sekali Dillan. Dillan juga sudah melihat Akbar mengeluarkan alarm yang meraung raung diatas kepalanya.
Bahaya.
"Kagak." Kata Akbar ketus. "Gua bilang pergi ya pergi. Ngerti bahasa indonesia gak lo?!"
"Bar_" Dillan berhenti sebentar. "Gua kemari gak mau cari ribut sama elo. Gua cuma mau ketemu adik lo, itu aja. Jangan mempersulit gue lah."
Dillan mencoba merendah, mungkin dirinya sebaiknya tidak cari masalah dulu dengan Akbar. Dillan tidak mau, Akbar menghajarnya lagi pagi-pagi begini.
Akbar tertawa sumbang.
"Mempersulit elo bilang?! Elu kira, elu siapa?" Akbar menyeringai mengejek. "Sampe gua harus capek-capek mempersulit elo. Emang gua gak ada kerjaan."Akbar melanjutkan masih dengan wajah menyeramkan yang sama. "Kalo gua bisa, lebih baik gua gak pernah ya ketemu manusia kayak elo. Bikin eneg."
Dillan menahan nafas. Sabar Dillan, sabar. Kamu mau ketemu Alia kan?
"Oke, maaf gua gak bermaksud nyinggung elo. Boleh gua masuk? Gua mau liat Alia." Kata Dillan mencoba sabar, tapi Akbar tetap tidak bergeming, tetap mematung dan berdiri menutupi pintu depan dengan tubuh besarnya.
"Please...." Sambung Dillan lirih.
"Udah gua bilang Alia gak ada." Kata Akbar tanpa ekspresi.
"Bar, gua tau elo gak suka sama gua. Tapi tolonglah, biarin gua ketemu sama Alia. Gua mau perbaiki semuanya Bar, hubungan kami."
"Gak ada yang perlu elo perbaiki. Ngerti." Akbar menyipit memandang Dillan. "Kalo elo masih punya rasa malu, sebaiknya elo pergi, jangan pernah elo tunjukin lagi batang idung elo didepan gua. Jangan pernah lagi elo recokin hidup keluarga gua."
"Bar..."
"Kalo elo emang masih mau selamet." Akbar memotong. Memutus argumen Dillan. "Elo tau siapa gua, gua gak pernah main-main sama kata-kata gua."
"Beri gua kesempatan, Bar." kata Dillan sambil menarik lengan Akbar ketika pria itu beranjak pergi. Akbar menghentakkan lengannya kasar.
"Jangan-sentuh-gua!" Kata Akbar penuh penekanan.
"Oke..oke.." Dillan mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.
"Udalah Dillan. Gua lagi gak nafsu buat ngegebukin elo hari ini. Jadi jangan pancing gua, oke. Sebaiknya elu pergi. Dan inget, jangan pernah cari Alia lagi. Uda cukup elo buat dia berantakan. Jangan ganggu adik gua lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I love you
RomanceAlia, 22 thn. Tidak tinggi, tidak cantik dan gendut. Dillan, 25thn. Tinggi,tampan dan playboy Ini bukan cerita novel yang pemeran utamanya selalu cantik dan sempurna. ini adalah realita ketika the beauty and the beast bertemu. Eumm, mungkin menjadi...