Sudah seminggu ini Alia berada dirumah.
Rumah.
Apakah ini masih disebutnya rumah ??
Ketika tempat yang kau diami tidak lagi terasa menyenangkan.
Bukankah rumah adalah tempat dimana ketika kau sedih ataupun lelah, kesanalah kau akan mendapat kebahagian ataupun ketenangan.
Ketika kau telah lelah berpetualang kesegala macam penjuru dan rumahlah tempat terakhir yang kau inginkan ?
Bukankah rumah adalah ketika semua penghuninya menghendakimu berada disana dan tidak akan pernah menghakimimu atau memandang masam kepadamu??
Bukankah itu yang disebut rumah ??
"Mungkin itu hanya defenisi Rumah menurutku." Alia membatin.Rumah kediaman Prakoso, bukan lagi miliknya.
Mana mungkin Alia akan terus bertahan disini sementara sang tuan rumah sudah tidak menganggapnya. Dan sepertinya Alia sudah tidak sanggup untuk mencoba mendekati sang empunya rumah seperti saran mama dan kakaknya, jika hanya tatapan tajam tanpa suara sedikitpun yang didapatnya ketika dia mencoba mencairkan hubungannya dengan sang ayah.
Bukan sekali atau dua kali dia mencoba. Sudah sering dia melakukannya.
Merendahkan semua ego dan menghalau semua ketakutannya untuk sekedar mengucapkan kata "selamat pagi pa" ketika mereka kebetulan sedang berada dimeja makan.
Tapi bukannya balasan yang didapatnya, hanyalah sebuah lirikan singkat dan berakhir dengan perginya Pak raden tanpa menyentuh makanannya sama sekali. Seolah-olah sapaan Alia melunturkan selera makannya.Bukannya Alia tidak tau kesalahannya, dia tau. Tapi..
Bukankah ayahnya tau bahwa Alia sungguh menyesal dan mencoba memperbaikinya ??
Bukankah Alia sudah mengikuti perintah ayahnya untuk enyah dari rumah ketika dirinya sangat membutuhkan rumah ??
Lalu, seperti apa sebenarnya hukumannya ??
Apa yang harus dilakukannya ??
Menghilang saja selamanya ??Atau mungkin membuang nama belakangnya ??
Apakah itu cukup untuk menebus dosanya ??
Atau mungkin dengan hukuman 100 kali cambukan ??
Apakah mungkin jika dengan 100 kali cambukan, semua dosanya akan hilang dan mengembalikan ayahnya ??
Jika iya, Alia mau melakukannya.100 cambukan itu tidak akan terasa apa-apa dibanding dengan apa yang sudah dialaminya. Sakit hati yang ditanggungnya selama 7 tahun ini bahkan terasa membunuhnya perlahan-lahan. Menggerogoti setiap inci hatinya.
Dirongrong rasa bersalah dan merindu serta rasa rendah diri. Bahkan ketika bercermin dan melihat pantulan dirinya sendiri, Alia masih saja merasa jijik. Jijik melihat dirinya sendiri dan kotor.
Sebersih apapun Alia mandi, itu tidak akan menghilangkan kotoran yang terus menempel padanya.Dan juga... cacat.
Bukankah itu yang dikatakan ayahnya ??
"Kamu itu perempuan, Alia !! Selamanya kamu akan cacat. Ingat itu !!! Papa bukan membela dia ataupun mendukung dia !!! Tidak ! Yang papa pikirkan itu kamu ! Anak perempuan papa yang sekarang berstatus tidak jelas !!"Kata-kata itu masih terngiang jelas ditelinganya. Seolah itu baru saja dikatakan bukannya tujuh tahun yang lalu.
Cacat dan berstatus tidak jelas.
Alia meringis menahan rasa perih yang kembali mengiris hatinya. Disandarkannya tubuhnya ke dinding kamarnya sambil menerawang. Mungkin jika ini adalah takdir dari Tuhan dan memang harus seperti inilah dia menebus dosanya, Alia bersumpah dia akan terus menjalaninya. Dia tidak akan pernah mengeluh dan mencari-cari sela untuk meluluhkan hati ayahnya. Biarlah saja seperti ini.
Demi dia yang namanya tidak ingin disebut dan diingatnya lagi. Alia akan kuat. Alia akan terus tegar. Bukan karena cinta, tapi karena Alia ingin menunjukkan bahwa dia tidak akan kembali menghancurkannya.
Setidaknya ketika suatu saat mereka bertemu, Alia akan terus mendongakkan kepalanya dan menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja. Bahwa dia bukan gadis lemah, rapuh dan bodoh yang seenaknya bisa dia hancurkan hidupnya.
Sudah cukup semua tangisan ini untuk mengenang "karyanya" dalam menghancurkan hidup Alia.
Walaupun Alia harus kehilangan keluarga dan harga dirinya sebagai wanita dan mungkin manusia dimata oranglain, tidak masalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I love you
RomanceAlia, 22 thn. Tidak tinggi, tidak cantik dan gendut. Dillan, 25thn. Tinggi,tampan dan playboy Ini bukan cerita novel yang pemeran utamanya selalu cantik dan sempurna. ini adalah realita ketika the beauty and the beast bertemu. Eumm, mungkin menjadi...