Chapter 33 : Pria tua yang licik

6.6K 398 11
                                    

Update nih saya !!!
Sekalian perbaiki chapter2 sebelumnya.
Jelek banget soalnya !!!
Xixixixixi....

Mulai dari tanda baca yang gak beraturan,
Titik-titik gak perlu yang bertaburan,
Dan tulisan-tulisan alay yang mengganggu banget !!!

Maklumlah,
Waktu itu, pas nulis cerita ini,
Saya masih unyu, gak tau apa-apa dan sedikit alay.. #plakk!!
Belum tau gimana cara nulis yang bener.
Sampai sekarang sih sebenernya, tetep belum bisa nulis yang bener..
Wkwkwkwk...

Tapi, saya belajar..
Sedikit demi sedikit,
Semoga kedepannya bisa lebih baik.
Soalnya saya CINTA NULIS !!!

Dan selamat membaca aja deh ya, kelanjutannya...
Thanks buat bintang-bintang cantik kalian dan comentnya...
Seneng deh ada yang nunggu cerita ini, walau cuma satu dua orang..
Love you All !!!

*****

Hancur sudah!
Semuanya hancur!

Alia mengerang dalam hati.
Jangan tanya seperti apa reaksinya sekarang,
Harga dirinya hancur.
Tidak punya muka.
Dan rasa malu sebesar truk konteiner full isi__

Ini semua gara-gara pria gila mesum itu!
Dasar Dillan kampreet!
Bajingan busuk!
Playboy tengik!

Haaarrggghhh__

Berjuta makian untuk Dillan dalam hati Alia. Rasa jengkel luar biasa pada pria itu yang menyebabkan Alia kembali terjebak dalam keadaan sangat terhina lagi.

Kepergok sedang berciuman penuh nafsu bersama pria gila itu di sofa,
Ohh God!

Alia hanya bisa menundukkan kepalanya dalam-dalam sambil meremas tissue yang sudah hancur dalam genggaman tangannya.Dan duduk menghadap pak Michael, mantan koleganya__
Sekaligus ayah Dillan mesum itu.

Alia malu luar biasa, jangankan untuk berbicara dan bersuara, mengangkat wajahnya dan menatap pria bule tua itupun Alia tidak sanggup. Rasanya dia ingin kabur saja dari sini, menghilang dan tidak bertemu lagi dengan sosok karismatik yang kini duduk tenang sambil menyesap tehnya dihadapan Alia. Seolah tidak terjadi apa pun barusan.

"Kamu Alia, kan?" Tiba-tiba Pak Michael bersuara, membuyarkan list makian Alia untuk Dillan.

Alia tergeragap dan hanya bisa mengangguk.

"Putrinya pak Hardi?" Sambung lelaki itu dengan logat bule yang tidak terlalu kentara. Mungkin karena sudah lama tinggal di Indonesia.

"Iya, pak." Jawab Alia lemah.

Dengan gugup Alia menyelipkan rambut pendeknya yang menjuntai kebelakang telinganya.

Ya Ampun, aku malu banget!
Pasti pak Michael ngira aku cewek gampangan__

"Jangan panggil bapak. Itu terlalu formal." Kata pria itu sambil tersenyum dan meletakkan gelas tehnya.

"Kita bukan sekali ini bertemu. Bukannya kamu pernah jadi sekretaris ayah kamu?" Lelaki itu menanyai Alia dengan ramah. "Tapi, saya perhatikan penampilan kamu sedikit berubah. Kalau tidak salah dulu kamu memiliki rambut panjang yang cantik kan?"

Mau tak mau, demi kesopanan Alia mengangkat wajahnya  dan tersenyum kikuk memandang pria bule tua yang mirip dengan Dillan itu. Kerut-kerut diwajahnya seolah tidak mengganggu dan sama sekali tidak menghilangkan jejak ketampanan disana. Kerutan itu malah menambah kesan matang dalam pembawaan pria itu. Mata coklat yang sama dengan Dillan itu bersinar ekspresif, seolah memancarkan sejuta cerita yang tanpa akhir.

Because I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang