Chapter 11 : ( ....... )

5.3K 375 5
                                    

Alia mengeliat.

Seluruh tubuhnya terasa sakit dan pegal, ditambah lagi kepalanya yang terasa berat.
Alia mencoba membuka mata. Kepalanya masih berdenyut-denyut. Alia mengerjapkan matanya, samar-samar dia melihat sekeliling ruangan yang didominasi warna biru tua dan putih. Alia merasa aneh. Ini bukan kamarnya.

Alia memfokuskan pandangannya, ini benar-benar bukan kamarnya.
Alia kebingungan.

Dimana nih ?!

Pikiran tidak enak mulai menghinggapinya ketika dilihatnya teddy bear-nya berubah menjadi sebuah lengan kokoh yang mengelilingi tubuh telanjangnya.

TELANJANG ?!

Alia melonjak melihat dia tengah bugil di ruangan yang sama sekali tidak dikenalnya. Alia melihat baju dan sepatunya bertebaran dimana-mana. Ketakutan menerpanya. Dia melirik kearah pria misterius disebelahnya.

Dillan.

Alia nyaris menjerit. Dilihatnya tubuh Dillan yang polos, sama polosnya dengan dirinya.
Jantungnya seolah berhenti berdetak membayangkan apa yang telah terjadi dengannya dan Dillan. Dengan kepanikan yang hebat alia menyingkirkan lengan dillan yang mengitarinya. Lelaki itu mengeliat dan kembali tidur.

Alia mendekap mulutnya sendiri, rasa panas dimatanya sudah mulai terasa. Gadis itu mencoba bangun, seluruh tubuhnya terasa nyeri, tulangnya terasa diremuk. Alia mengambil selimut  dan memakainya untuk menutupi tubuh polosnya.

Jantung alia benar-benar terhenti ketika dilihatnya bercak-bercak darah kering tercetak di seprei putih tepat ditempatnya tidur tadi. Air mata mengalir deras tanpa bisa ditahan oleh alia.

Ya Tuhaannn!
Apa yang terjadi ?!

Kepanikan melanda alia. Otaknya sama sekali buntu. Hal terakhir yang diingatnya adalah date nya dengan Dillan.

Mungkinkah Dillan mengambil kesempatan malam itu ?!

Alia memandang Dillan dengan ekspresi terluka, tidak menyangka pria yang dicintainya ternyata bertingkah seperti bajingan keparat yang merenggut satu-satunya hal yang berharga dari Alia dengan cara seperti ini. Alia menangis tanpa suara. Sakit hati menderanya, seolah ribuan jarum kecil menusuk-nusuk hatinya. Dengan air mata bercucuran dipungutnya baju-bajunya yang berserakan, dan dengan gemetaran memakainya.

Alia mengambil hp dari tasnya dan melihat ada 10 miscall dari Andin dan 30 lebih dari kak Akbar.

Airmata Alia semakin deras, membayangkan wajah kakak-kakaknya dan kedua orangtuanya.
Hatinya terluka karena penghianatan yang dilakukan Dillan. Dengan tangan gemetaran Alia membuka handle pintu yang ternyata tidak terkunci.

Alia berlari sambil membanting pintu dibelakangnya. Tangis Alia semakin menjadi jadi, tidak dipedulikannya lagi tatapan ingin tau dari orang orang yang kebetulan melihatnya.
Alia menelpon Andin, Andin mengangkat telepon alia pada deringan pertama.

"Ndin, tolong jemput aku sekarang." suara Alia sesenggukan.

"ALIIIAAA?!" Alia menoleh dan melihat Dillan berlari mengejarnya dengan handuk melingkari pinggangnya.

Alia tidak mau menemui Dillan, dillan membuatnya muak.

Alia lari memasuki lift dan memencet tombol turun. Dia benar-benar membenci Dillan. Alia melingkarkan tangannya kepinggang melindungi tubuhya.

Dillan terus berlari sambil memanggil nama Alia, lift tertutup tepat didepan hidung Dillan. Lelaki itu menjerit memanggil-manggil Alia sambil memukuli pintu lift didepannya sekuat tenaga berharap pintu itu mau membuka untuknya.

Tidak mungkin mengejar Alia dengan keadaan setengah telanjang seperti ini.
Dillan kembali ke kamarnya secepat mungkin, berharap bisa menyusul Alia. Hatinya sakit mengingat tatapan terluka gadis itu kepadanya. Dia harus menjelaskan semua nya pada Alia.

Tentang perasaannya__
Tentang__ bahwa dia mencintai Alia, tentang semuanya.

Because I love youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang