17 (PDM)

47.4K 5.2K 141
                                    

Di bagian sudut istana,

Ada sebuah rumah kaca yang berbengkalai selama bertahun-tahun, Iaros dan Ursula mengenal tempat itu, sebagai, rumah mereka di istana ini di masa lalu, iya, mereka pernah menempatinya selama beberapa bulan, sebelum terusir dari istana.

Iaros kembali mengenggam tangan Ursula, membawa mereka kembali ke masa dimana, dirinya masih lah pangeran pertama kekaisaran, dan Ursula putri dari pangeran tersebut.

Iaros di istana ini, hanya memiliki gelar semata.

Pada kenyataannya, dia bahkan di tempatkan pada bagian terkecil di istana kekaisaran, tempat yang bahkan tidak pantas di sebut rumah untuk seorang pangeran.

Ursula berjalan berkeliling, melihat tidak adanya yang merawat tempat ini sepeninggalan mereka,

Tempat ini terlihat jauh lebih menyedihkan dari ingatannya.

Saat pertama kali menikah,

Ursula cukup kaget, dengan keadaan Iaros sebenarnya, karena pada dasarnya tidak dijelaskan secara rinci di novel, bagaimana sebenarnya 'apa yang selama ini' telah dialami oleh pria itu.

Masa kecil Iaros di novel, hanya tentang bagaimana dia tidak sengaja membunuh ibunya, itu pun terjabarkan tidak secara langsung, melainkan cerita yang diceritakan, karena kejadian di novel bermula saat Iaros di medan perang, bukanlah di istana, alasan kenapa semua itu terjadi.

Rumah kaca ini mereka tempati setelah mereka menikah,

Sebelumnya Iaros tinggal di paviliun ibunya, sang selir kaisar, aneh sebenarnya, karena seorang pangeran pertama, tidak memiliki tempat tinggal, dan tempat tinggal pertamanya, bukanlah pavilliun, melainkan sebuah rumah kaca, rumah kaca yang dipaksakan menjadi tempat tinggal.

Ini juga merupakan, bukti, ketidakpedulian Kaisar terhadapnya, dan kekejaman Ratu Valrose di hidupnya.

"Seharusnya aku tahu," ucap Iaros,

Ursula memegangi sebuah boneka beruang, miliknya dulu, dia tidak sempat membawanya ke Dukedom, hari ketika dimana Iaros pergi, hari itu pula dia harus meninggalkan tempat ini.

Iaros melangkah ke depan Ursula, mengambil tangan gadis itu, "Kau menemaniku disini, tidak mengeluh sama sekali, walaupun tinggal di tempat seperti ini, walaupun aku tidak pernah mengajakmu bicara, walaupun aku bersikap bajingan padamu..."

"...kau disini, selalu." ucap Iaros lagi,

Sikapnya begitu kejam pada gadis kecil berusia 10 tahun, yang menikahinya bukan karena keinginannya.

Iaros membencinya, membenci Ursula, bahkan sebelum mengenal lebih dekat gadis itu.

Iaros mencium tangan Ursula, rasa penyesalan itu akan terus ada, tapi, dibandingkan rasa penyesalannya, rasa lain lebih mendominasi dirinya, rasa yang muncul tiap kali dirinya melihat perjuangan Ursula, untuk menjadi istrinya, wanitanya, seseorang yang selama yang selalu bersamanya, baik suka, maupun duka.

"Saat mendengar kau tidak meninggalkanku, sebenarnya, dalam hati yang terdalam, aku menunggu, menunggu surat darimu... karena aku ingin tahu, kenapa kau tidak pergi? karena tidak ada alasan untukmu bertahan, bertahan padaku, yang saat itu bukan lah siapa-siapa," mata Iaros terlihat nanar,

Ursula tidak menyangka Iaros menginginkan surat darinya, karena alasan sebenarnya Ursula tidak pernah menyuratinya di medan perang adalah- "Aku malu," balas Ursula, jujur.

"Aku tidak memiliki kepercayaan diri untuk menjadi istrimu, menjadi seseorang yang pantas bersanding untukmu,"

Kejujuran itu, membuatnya maju mundur untuk mengirimi Iaros surat, hingga akhirnya, surat-surat itu hanya berakhir di laci meja kerjanya, tanpa pernah dikirim, sekalipun.

Please Choose MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang