24 (PDM)

39.1K 4.3K 129
                                    

Margo memeluk Heinly dari belakang,

APA?

Aku sontak sembunyi, menarik Jean yang mengikutiku untuk ikut sembunyi, aku menaruh jari telunjukku di depan mulut, menyuruh Jean diam.

Jean mengangguk mengerti.

Sejak kapan mereka sedekat itu?

"Akhir-akhir ini mereka sering bersama," lirih Jean, terdengar olehku,

"Masa?" aku tahu mereka dekat, karena Margo berkeliaran di sekitarku, otomatis dia jadi akrab dengan orang-orang di sekitarku, termasuk para pelayan, Louise, dan Heinly, tapi... bukan dalam artian dekat hingga mereka harus pelukan?

Jean mengangguk lagi, "Jadi apa yang harus kita lakukan?" tanya Jean, aku terdiam, aku juga tidak tahu.

Semuanya terlalu melenceng, di novel, hanya berfokus ke kisah cinta Iaros dan Yvone, tidak ada kedekatan antara Margo dan Heinly sama sekali, apalagi...

....aku melirik Jean,

Kedekatan Jean dan Louise, juga tidak ada, sulit dipercaya, semuanya berubah menjadi seperti ini.

Tidak buruk, tapi juga, tidak terlalu melegakan, karena kalau benar, kini jalannya telah berbeda, maka akan ada masa depan yang tidak aku ketahui nantinya, dan itu cukup menakutiku.

Aku menyandarkan kepalaku di tembok, "Kurasa kita harus menunggu," jawabku,

Keluar sekarang akan membuat segalanya menjadi canggung, lagipula kami berdua tidak bisa mendengar apapun dari percakapan Margo dan Heinly, jadi yang kami lakukan bukanlah kejahatan.

Jean menatapku lama, kemudian ikut duduk bersamaku, menyamankan posisinya.

"Apa aku harus di awasi seperti ini terus?" tanyaku, memulai percakapan, "Selama kapten menginginkannya," jawab Jean, patuh seperti biasa.

Jean menyadari raut wajahku, "Duchess keberatan?" tanyanya, "Apa aku punya pilihan?" tanyaku balik, Jean tidak menjawabnya, dan aku sudah tahu jawabannya.

Iaros terlalu mendahulukan keamananku dibanding siapapun, dan itu mengingatkanku pada-

"Apa itu kebiasaannya, memperlakukan setiap gadis yang dekat dengannya seperti ini," lirihku, lebih kepada diriku sendiri, tapi terdengar jelas oleh Jean,

"Saya tidak bisa bilang tidak," jawab Jean, memberikan jawaban yang paling jujur darinya, "Apa Duchess terganggu?" tanyanya lagi.

Aku ingin bilang 'iya' tapi itu membuatku terlihat bodoh.

Iaros melakukan itu pada Yvone karena takut sang putri akan dilukai olehku dan Ratu Valrose, dan Iaros melakukannya lagi padaku, karena takut aku dilukai oleh Kaisar Graham dan semua pelaku yang terlibat di serangan Liberio, aku tidak bodoh, aku tahu itu, hanya saja-

"Akhir-akhir ini aku terlalu sering memikirkan sesuatu yang tidak perlu," jujurku, aku menundukkan kepalaku.

Semakin aku dekat dengan Iaros, semakin aku tidak percaya diri, merasa ini tidak nyata, walaupun kenyataannya ini nyata....

Iaros memilihku.

Aneh rasanya, karena sedari awal, aku selalu membayangkan Iaros bersama Yvone, gadis cantik yang pantas bersanding dengannya, bukan aku...

...iya, bukan aku, seorang gadis berisi, berambut pirang kebanyakan dengan mata hijau lumut biasa, bukan tipikal pemeran utama wanita pada umumnya.

"Kapten bahagia bersama Duchess," ucap Jean, tidak sepenuhnya mengerti tapi, "Itu yang aku ketahui," lanjutnya, bukannya aku tidak percaya.

"Dia juga bahagia bersama Yvone," senggahku, "Itu juga benar," sambung Jean.

Please Choose MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang