Aku merindukan Iaros, sangat, sangat merindukannya...
Setelah hari itu,
Arthur tidak pernah datang lagi, begitu pula dengan Cale, kurasa apa yang aku katakan menampar keduanya, terutamanya Cale, karena secara harfiah, aku benar-benar menamparnya.
Saat aku menceritakannya, Louise dan Margo kompak ingin mendatangi mereka, ingin memberi pelajaran terhadap dua Count itu, tapi aku menahan mereka, bukan karena aku mengkasihani Arthur dan Cale, bukan.
Itu karena kami di negara orang, dan aku juga sedang melakukan hukumanku.
Jadinya rasanya tidak benar, membuat keonaran yang disebabkan olehku. Aku tidak ingin orang-orang disini semakin membenciku, aku datang dengan damai dan aku juga ingin pergi dengan damai.
"Seharusnya aku datang lebih cepat, untuk melihat ini-" aku berbalik dan melihat pria tampan bermata ungu berjalan ke arahku, membuatku otomatis tersenyum.
"Kau terlambat, sudah sebulan aku mengenakan ini," menunjuk baju kerjaku yang sangat mencolok.
Heinly tertawa, tawa sejuta watt yang sangat menyilaukan.
"Kata Margo kau ada disini," ucapnya ketika dia ikut duduk di sampingku, "Cie, kata Margo, selamat untukmu." ucapku, merasa senang, hubungannya dengan Margo berjalan lancar, selancar jalan tol, mereka bahagia maka aku bahagia.
"Kau tahu, kau tetaplah salah satu sayangku, selamanya-" aku menjitaknya, "Berhenti bercanda," balasku, Heinly malah makin tertawa, tawa yang membuatku juga ikut tertawa.
Ada keheningan diantara kebersaman kami, Heinly menatapku dengan senyuman hangatnya, "Apa?" tanyaku, apa penampilanku memang sememalukan itu.
"Aku menyukaimu, Ursula."
Eh,
Heinly baru saja menyatakan perasaannya, dan aku, aku, sama sekali tidak menyangka-
"Dulu," senggah Heinly cepat, wajahnya masih memerah, "Dulu, aku menyukaimu, sangat menyukaimu." lanjutnya, sedikit tertawa, "Apa kau kecewa?" tanyanya.
"Sedikit," aku tersenyum simpul, "Kapan lagi kan, aku di sukai pangeran tampan yang seperti muncul dari negeri dongeng," balasku, juga sedikit tertawa, perasaan Heinly, aku menghargainya, sangat, karena dia temanku, dan aku tidak ingin mengecewakannya.
"Tapi kenapa dulu?" tanyaku penasaran, tidak sepenasaran itu sih, karena aku sudah tahu jawabannya.
Heinly menatapku lembut, "Karena sekarang, aku juga masih menyukaimu, tapi tidak lebih dari seseorang-" ucapnya lagi, aku jelas tahu siapa seseorang itu, sangat tahu.
"Ursula, kau tahu." ucap Heinly lagi, "Kau adalah seseorang yang sangat mudah untuk disukai," Heinly melirikku sekali lagi, melihatku seksama.
"Kau cantik," ucapnya,
"Kau pintar," ucapnya lagi,
"Banyak pria di luar sana, yang ingin menjadikanmu segalanya bagi mereka."
Heiny mengingat Iaros, seseorang yang berjuang di medan perang, mengusahakan tempat terbaik bagi gadis di depannya.
"Kau sempurna, Ursula."
Aku, aku, aku tidak berpikir Heinly sedang berbohong, ataupun sedang menggodaku, kata-katanya membuat air mataku turun tanpa permisi, membuatku merasakan perasaan tulusnya ketika mengatakan itu, "Aku tahu," balasku, menangis tapi tersenyum.
Heinly juga tersenyum, membuatku memukulnya, Heinly sendiri hanya tertawa menerima pukulanku, "Terima kasih, Heinly." tidak kusangka, Heinly akan mengatakan hal semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please Choose Me
FantasiBab 1-24 [Please Divorce Me] [Terbit] [Tidak lengkap, lengkapnya hanya ada di buku] Mulai Bab 37-42 [Please Choose Me] [Terbit] [Tidak lengkap, selengkapnya hanya ada di buku] [Original Story by akumenulisa] [Bukan Novel Terjemahan] [Dimohon untuk t...