18 (PDM)

45.7K 4.6K 168
                                        

Sebuah buket bunga mawar disajikan di depan Ursula,

Buket bunga bersama dengan pria tampan, berambut pirang keemassan yang agak panjang, dengan sepasang mata berwarna ungu berkilauan selayaknya permata, seorang pangeran dari negeri dongeng, muncul di hadapannya.

Ursula mengenal baik pangeran Heinly di depannya tapi tidak cukup baik untuk tahu kalau pangeran dari negeri seberang itu akan datang mendadak ke Dukedom seperti pagi ini.

"Terima kasih sudah menyambutku," ucap Heinly dengan senyuman sejuta watt-nya,

Ursula tersenyum kikuk, "Tidak ada yang menyambutmu," balas Louise, sedikit sarkastik, tidak ada yang menyangka kedatangan sang pangeran hari ini.

Heinly tak memperdulikannya, justru-

"Tak kusangka, aku akan menemui dua sayangku sekaligus," Heinly maju, mencium pipi kiri Ursula, lalu mencium dahi Louise, dengan sangat alami. Kedua gadis itu tidak tampak kaget, malah sudah terbiasa dengan kelakuan playboy Heinly,

Berbeda dengan keduanya, Iaros dan Jean jelas keberatan, wajahnya mereka mendung, menjurus ke marah.

"Kenapa malah kesini?" tanya Ursula, dia tahu Heinly akan datang ke kekaisaran ini, untuk pertemuan antar negara, tapi dia tidak tahu, Heinly akan ke Dukedom terlebih dahulu dibandingkan ke istana kekaisaran.

"Kau tidak akan memaksaku tinggal di tempat asing seperti Istana, bukan? Sudah lama tidak ke kekaisaran ini, tentu saja aku akan kemari," jawab Heinly ringan.

Sebelumnya dia juga tidak tinggal di Istana, dan memilih tinggal di Dukedom Belgoat, fakta itu baru diketahui oleh Iaros.

"Itu karena kedatanganmu terakhir sebagai tamu akademi, bukan tamu kekaisaran, dan tentu saja Belgoat bertanggung jawab untuk itu," balas Ursula, dingin, seperti tembok, dia tipe gadis yang paling sulit di taklukkan, sama seperti Louise, oleh karena itu Heinly menyukainya.

"Biarkan aku tinggal disini," Heinly memasang wajah anak anjingnya, mengerucutkan bibirnya sok imut, demi mendapatkan simpati.

"Baiklah," // "Tidak." Ucap Ursula dan Iaros bersamaan,

Ursula berbalik ke Iaros yang menolak permintaan Heinly, "Oh, Grand Duke masih hidup?" ucap Heinly santai.

"Berarti kali ini aku menang taruhan bukan?" Heinly mengulurkan tangannya ke hadapan Louise, dan Louise memberinya beberapa lembar uang, "Selamat,"

MEREKA TARUHAN, tentu saja, Ursula melirik Louise dan Heinly.

Setiap tahun, Louise dan Heinly taruhan tentang hidup matinya Iaros.

Heinly bertaruh Iaros hidup, sementara Louise bertaruh Iaros mati, dan selama beberapa tahun terakhir Louise menang...

....tidak kembali = belum tentu hidup = kemungkinan mati, dan untuk pertama kalinya Heinly menang, tapi pria itu tidak tampak bahagia?

"Pangeran sepertinya mengharapkan kematianku," ucap Iaros kesal, padahal yang berharap Iaros mati itu Louise, Louise yang menyayangkan uangnya melayang kali ini.

Iaros dan Heinly bahkan baru pertama kali bertemu, tapi kesan pertama sudah sangat buruk.

Heinly hanya tersenyum menggoda, sembari memeluk Ursula dari belakang, "Soalnya rakyatku akan lebih bersimpati kalau tahu aku menikahi janda yang ditinggal mati pasangannya," lanjut Heinly terang-terangan,

Iaros langsung menarik Ursula, menjauh dari Heinly, "Ursula bukan janda, dan aku tidak mati!!" tegasnya,

"Sayang sekali," Heinly hanya mengangkat bahunya tidak peduli, "Janda habis cerai juga nggak apa-apa sih, benar kan? Calon istri pertama?" Heinly merujuk ke Louise, "Sori yah, aku menolak di madu," jawab Louise cepat, sedikit kesal.

Please Choose MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang