51. Kenapa nggak bilang?

16 3 1
                                    

Hai semua...

Makasih banyak udah baca, meskipun ada yang nggak ninggalin jejak dulu.

Bikin orang senang dapet pahala lho. Bikin Nana seneng aja gampang kalian cukup vote sama comment aja cerita Nana🤭

And I hope you leave a trail first ok. don't forget to vote and comment, I'm waiting.

Maaf masih banyak typo 🙏

thanks

Happy reading 😉

///

Setelah pulang dari rumah sakit ia terus berdiam diri, bahkan selama perjalanan dan sampai rumah ia masih tetap saja diam memikirkan keadaan perempuan yang baru saja ia jenguk.

Ini memang salahnya, karena sikap dan sifatnya yang tiba-tiba berubah dihadapan perempuan itu, bahkan sampai membuat perempuan itu sakit saja ia memikirkannya tapi ia tak menyangka jika perempuan itu harus opname karenanya.

Tok tok tok

"Sayang langsung istirahat ya," ujar Fani yang sedikit khawatir melihat putranya yang sikapnya berubah sejak putranya kembali dari kamar rawat perempuan itu.

Tuturan itu tidak mendapat jawaban dari siapapun, Fani yang melihat pintu dihadapannya tertutup rapat hanya menghela nafasnya pelan.

Fajar yang sedari tadi duduk dilantai dan bersandar dikasurnya dalam diam, pikirannya masih terus saja pada perempuan itu.

"Gue minta maaf Ki," ucapnya pelan.

~~~

Pagi itu Jauza terbangun dari tidurnya, ia melihat Akbar yang masih menggenggam tangan kanannya pelan dan memejamkan matanya. Ia berpikir pasti laki-laki itu masih tidur.

Ia menoleh menatap sofa yang ternyata sudah tidak ada orang lagi, pikirnya Ifa dan Maya sudah berangkat sekolah atau sudah pulang dari tadi. Ia menatap meja dekat sofa yang masih terdapat beberapa makanan dan minuman.

Ia beralih menatap pintu yang ternyata ada orang yang sedang menatapnya dari balik pintu itu, ia menatap laki-laki itu dalam diam dan wajah yang biasa saja. Ia menolehkan kepalanya menjadi menatap jendela kamar yang masih tertutup tirai.

Sebegitu bencinya Lo sama gue Ki sekarang? Tapi gue sadar kok, ini yang terbaik buat Lo, lebih baik Lo benci sama gue. Ucapnya dalam hati menatap Jauza dan laki-laki itu. Ini saatnya buat gue mundur. Lanjutnya.

Jauza menghela nafasnya pelan, dan mulai berpikir apa yang dilakukan laki-laki itu kenapa masih melihat kondisinya saat ini. Seketika kepalanya kembali sakit hingga membuatnya melepas paksa genggaman Akbar, ia menggunakan kedua tangannya untuk memegangi kepalanya.

Akbar yang merasakan tangan Jauza bergerak membuatnya terbangun dari tidurnya dan mendapati Jauza sedang memegangi kepalanya dan memejamkan matanya serta beberapa kali mengatur nafasnya.

"Za? Kepalanya sakit lagi?" Tanya Akbar khawatir yang membuat laki-laki diluar kamar rawat Jauza menatapnya bingung.

Jauza masih terus memegangi kepalanya dalam diam bahkan semakin erat, hingga ia sudah tidak tahan lagi menahan sakitnya.

"Aukhh, Bar sakit," rintih Jauza yang mulai mengeluarkan air matanya.

Maafin gue Ki saat kaya gini gue nggak ada disamping Lo. Ujarnya dalam hati.

Akbar segera meraih obat yang ada di atas nakas dan memberikannya pada Jauza untuk segera diminum, ia membantu Jauza untuk meminum obatnya.

"Masih sakit?" Tanya Akbar yang masih khawatir.

Bully Of Love { END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang