12. Disayat-sayat...

81 22 10
                                    

Hai semua...

Makasih banyak udah baca, meskipun ada yang nggak ninggalin jejak dulu.

Bikin orang senang dapet pahala lho. Bikin Nana seneng aja gampang kalian cukup vote sama comment aja cerita Nana🤭

And I hope you leave a trail first ok. don't forget to vote and comment, I'm waiting.

Maaf masih banyak typo 🙏

thanks

Happy reading 😉

///

Hal yang semakin membuat Fajar khawatir ketika ia tau bahwa orang yang selama ini ia jaga dan ia khawatirkan membuatnya naik darah, ia tidak menyangka bahwa kekasihnya akan melakukan hal itu.

Hal yang pernah terpikirkan olehnya sebelumnya, bahkan untuk berpikir seperti itu saja tidak pernah ada niatan.

Fajar yang kini berada di atas rooftop sekolah meremas ponselnya dengan kedua tangannya dan tatapan mata yang lurus ke arah depan tak tau terfokus pada apa.

Hingga ada suara perempuan yang membuatnya terkejut tapi ia berusaha untuk menetralisir keterkejutannya.

"Kecewa itu pasti, semua orang pasti pernah mengalami hal itu. Tapi satu hal yang membuat orang itu dapat mengalahkan kekecewaan itu..." Ucapnya menggantung membuat Fajar menolehkan kepalanya menatap orang itu yang berdiri di samping tempat duduknya dengan tatapan mata lurus dan sedikit senyuman, ingat hanya sedikit.

Perempuan itu menoleh dengan melepas kacamata minusnya dari tempatnya serta menatap mata Fajar dan tersenyum, senyum yang jarang ia tunjukkan pada siapapun, hanya orang orang tertentu yang dapat melihat itu.

Fajar masih diam menatap mata itu, mata yang sering menjauhi dirinya dan sekarang mata itu menatap matanya hangat bahkan ia tersenyum padanya.

Dia lebih cantik kalo nggak pake kacamata. Batin Fajar.

"Satu hal yang mudah untuk diucapkan tapi banyak kesulitan untuk melakukannya," lanjutnya kemudian ikut Fajar duduk di sebelahnya dan menatap lurus ke depan.

Fajar masih diam tak percaya bahwa orang itu ada disebelahnya bahkan berbicara dengan hangat tidak seperti biasanya yang dingin nan tajam.

"Ikhlas dan bersyukur," lanjutnya yang kemudian tersenyum.

Tak mendapat respon dari laki-laki itu, ia menoleh dan mendapati Fajar sedang menatapnya entah dengan ekspresi apa yang tidak dapat dijelaskan.

Ia menghela nafasnya pelan, ia tidak tau kenapa ia bisa sampai disini dan menemui orang yang berusaha ia jauhi bahkan untuk ia berbicara saja tidak pernah terpikirkan.

Hatinya bergerak untuk membawa dirinya ke rooftop sekolah disaat otaknya berkata untuk tidak dan diam di dalam kelas bersama sahabatnya.

Hatinya terus menerus memaksa untuk mengatakan suatu hal. Hingga akhirnya ia pasrah menuruti keinginan hatinya, ia tidak menyangka akan penuturannya itu.

"Emang gue kenapa sih? ngeliatnya sampe segitunya banget," Tanya perempuan itu.

Fajar yang tersadar pun terlihat salah tingkah sendiri, hingga kekehan terdengar di telinganya.

Fajar tertegun mendengar itu pasalnya ia mengenal perempuan itu sangat pemilih bahkan untuk sekedar tersenyum tipis tapi lihatlah ia terkekeh, suatu peningkatan yang sangat besar menurutnya.

"Kenapa?" Tanya perempuan itu.

"Gue aneh ya tiba-tiba dateng, terus ngomong nggak jelas, dan tiba-tiba gue disini di samping Lo," lanjutnya pelan dengan tatapan mata lurus ke depan dan kedua tangan menyangga tubuhnya.

Bully Of Love { END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang