21. Teledor

42 7 5
                                    

Hai semua...

Makasih banyak udah baca, meskipun ada yang nggak ninggalin jejak dulu.

Bikin orang senang dapet pahala lho. Bikin Nana seneng aja gampang kalian cukup vote sama comment aja cerita Nana🤭

And I hope you leave a trail first ok. don't forget to vote and comment, I'm waiting.

Maaf masih banyak typo 🙏

thanks

Happy reading 😉

///

Perasaan seperti apa yang kalian rasakan saat harus berpisah bersama orang yang kalian sayang, bahkan orang itu sudah mengkhianati kita, sakit? Tentu, marah? Jelas, kecewa? Sangat.

Perasaan itu yang kini dialami Ifa, ia tak menyangka jika akan berakhir seperti ini.

Ifa bangkit dan mengambil ponselnya yang ia lempar tadi, ia berjalan keluar kamar dan berlalu ke kamar Jauza. Masih dengan tetesan air mata yang masih ingin keluar.

Saat sampai di depan pintu kamar Jauza Ifa menarik nafasnya dalam dan menghembuskan kasar, dan masuk ke kamar itu tanpa memberi salam.

Yenda yang berada di kamar terlonjak kaget saat pintu terbuka dan menampilkan Ifa dengan kondisi yang tidak dapat dijelaskan, Yenda yang merasa kesal langsung memarahi Ifa.

"Salam dulu kek Fa, bikin jantungan tau," kesal Yenda.

"Iya...iya maaf, assalamualaikum," ujar Ifa pelan.

"Waalaikumsalam, nah gitu dong, ya udah gue keluar dulu ya," ujar Yenda beranjak ke pintu tapi ditahan Ifa, Yenda pun menoleh dan bertanya lewat tatapan matanya.

"Jauza mana?" Tanya Ifa lirih.

"Lagi mandi, Lo tunggu sini aja," ujar Yenda dan berlalu meninggalkan Ifa.

Ifa masih berusaha untuk menahan air matanya agar tidak kembali lolos, berbagai kenangan tentang dirinya bersama Dimas berputar kembali di otaknya, yang nantinya hanya akan menjadi sebuah memori.

Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan Jauza yang sudah kembali fresh, Jauza bingung kenapa Ifa tampak muram. Ia tak peduli jika Ifa sudah berada dikamarnya toh itu sudah menjadi hal biasa.

Ia mendekat dan memegang bahu Ifa pelan, membuat Ifa menoleh dan tersenyum paksa.

"Ada apa Fa? Cerita sama gue siapa tau ntar bisa lega," ujar Jauza.

Ifa masih diam, ia sudah tidak tahan lagi menahan ini. Air matanya kembali keluar dengan derasnya tanpa permisi.

Melihat sahabatnya sedang dalam keadaan tidak baik, Jauza segera membawanya ke dalam dekapannya memberi kekuatan.

"Za, hiks gu..gue putus sama Dimas, hiks gue udah nggak tahan sama dia," ujar Ifa sambil sesenggukan.

Jauza mengusap punggung Ifa pelan memberi ketenangan, ia tidak memaksa untuk Ifa cerita sekarang.

"Udah sekarang tenang dulu ya," ujar Jauza masih mengusap punggung Ifa pelan.

Ifa hanya bisa mengangguk dan berusaha menghentikan tangisannya masih dalam dekapan Jauza.

Setelah lebih lega Ifa melepaskan dekapannya, dan menarik nafasnya panjang, dan tersenyum ke arah Jauza.

Jauza membalasnya dengan menggenggam erat kedua tangan Ifa, memberi kekuatan lewat matanya.

~~~

Hari hari berjalan seperti biasa, banyak pelajaran yang dapat di ambil hikmahnya. Hingga 11 hari terlewat dengan berbagai suasana suka maupun duka, tak ada yang terlewat di kota orang itu.

Bully Of Love { END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang