50. Bangsal Gatotkaca 7

22 2 2
                                    

Hai semua...

Makasih banyak udah baca, meskipun ada yang nggak ninggalin jejak dulu.

Bikin orang senang dapet pahala lho. Bikin Nana seneng aja gampang kalian cukup vote sama comment aja cerita Nana🤭

And I hope you leave a trail first ok. don't forget to vote and comment, I'm waiting.

Maaf masih banyak typo 🙏

thanks

Happy reading 😉

///

Hari sudah semakin gelap, ia masih melamun menatap luar jendela dalam diam. Hingga seorang yang bertugas menyiapkan makanan bagi pasien datang membawa nampan berisikan mangkuk bubur dan air mineral dalam gelas.

"Permisi, ini dimakan ya buburnya," ucap petugas itu pada Akbar dan diangguki oleh Akbar.

Petugas itu meletakkan nampan di atas nakas disamping ponsel dan gelang yang Jauza lepaskan tadi.

"Makan dulu ya," ucap Akbar mengambil mangkuk berisi bubur di atas nakas.

Sedangkan Jauza tampak menolak bubur itu dengan mengalihkan pandangannya ke arah yang berlawanan dari Akbar, Akbar yang mendapati perlakuan seperti itu hanya menghela nafasnya pelan.

"Za, makan ya. Lo butuh tenaga, Lo butuh asupan makanan, kalo Lo nggak mau makan susah sembuhnya," jelas Akbar menatap Jauza yang masih berpaling.

"Udah ada infus, lagian ntar juga sembuh sendiri, dan gue nggak laper," jawab Jauza dengan nada lirih yang masih lemah.

"Iya gue tau udah ada infus yang kasih Lo asupan dan cairan buat tubuh Lo, tapi infus itu cuma buat tambahan aja yang paling penting Lo harus makan. Kalo Lo nggak mau makan sama aja, Lo susah buat sembuh," jelas Akbar panjang lebar.

"Biarin aja, toh nggak ada yang peduli sama gue," jawab Jauza dingin tanpa ia sadari telah membuat Akbar sedikit merasakan sakit.

Akbar yang mendengar itu menghela nafasnya pelan berusaha untuk tidak memasukkan kata-kata Jauza ke dalam hatinya, ia berusaha untuk fokus dengan kesembuhan Jauza.

Akbar meletakkan kembali mangkuk yang ada ditangannya, ia kembali menatap Jauza dan mengambil tangan Jauza yang terpasang infus. Tak ada penolakan dari Jauza, Akbar tersenyum kecil menatap infus yang terpasang di tangan Jauza.

"Nggak nyangka gue, Jauza yang terkenal dingin, ketus, cuek, dan jutek. Ternyata bisa diinfus juga ya," ujar Akbar terkekeh kecil yang membuat Jauza mau tak mau ikut tersenyum kecil.

Akbar yang melihat itu terkejut karena ucapannya mampu membuat perempuan di depannya tersenyum.

"Cewek jutek juga bisa sakit kali," ketus Jauza.

"Iya...iya, sekarang makan ya," pinta Akbar memohon, tapi dibalas gelengan kecil dari Jauza.

"Kalo Lo emang nggak mau makan, gapapa kok. Tapi setidaknya hargai orang yang sudah masak bubur ini sepenuh hati biar orang yang makan bubur ini sembuh dari sakitnya," ujar Akbar yang membuat Jauza menoleh dan menatapnya sedikit tak suka.

"Ya udah iya gue makan," pasrah Jauza yang membuat Akbar kembali tersenyum menatap Jauza gemas.

"Mau makan sendiri apa disuapin?" Tanya Akbar saat mengambil mangkuk itu.

"Sendiri aja," jawab Jauza pelan.

"Habisin tapi yak," pinta Akbar.

"Iya kalo lambung gue masih mau terima tamu, kalo nggak ya...liat aja nanti," ujar Jauza mengambil mangkuk itu dan meletakkannya pada kakinya sebagai alas.

Bully Of Love { END}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang