HAPPY READING
Manu mendudukkan dirinya di atas kasur dengan Kesya yang ada di gendongannya, gendong ala koala. Kesya masih menangis tetap sudah tidak memberontak agar Manu melepaskan pelukannya.
Manu dengan perlahan menarik Kesya, agar gadis itu menatapnya. Kesya menatap Manu dengan bibir bagian atas yang ia lipat bermaksud menahan tangisannya.
"Maaf"ucap Manu sambil memegang kedua pipi Kesya.
Kesya hanya mengangguk tanpa suara
"Aku minta maaf oke? janji gak akan tinggalin kamu pas kamu lagi lapar. Tapi kamu janji gak akan ngikutin aku kaya tadi"ucap Manu dengan suara lembut berbeda dengan tadi.
"I-iyaa"jawab Kesya dengan suara serak.
Manu tersenyum lalu menghapus sisa air mata Kesya yang ada di pipi gadis itu.
Cup...cup..
Manu mencium kedua mata Kesya saat gadis itu menutup matanya.
"Anak pintar, sekarang mau makan apa hm?"tanya Manu
Kesya menggelengkan kepalanya, walaupun ia begitu lapar tadi tapi semenjak Manu memarahinya rasa nafsu untuk makannya mulai berkurang.
"Gak boleh gitu dong sayang, nanti maag kamu kambuh." ucap Manu lagi.
Kesya tetap menggeleng.
"Aku udah gak laper jangan maksa...." ucap Kesya membuat Manu menghela nafasnya.
"Yaudah minum susu aja ya? bentar aku ambilin dulu." ucap Manu namun saat pemuda itu ingin menurunkan Kesya, kesya malah mengeratkan pelukannya memeluk erat leher Manu.
"Nggak usah pergi dulu," pinta Kesya.
"Aku cuman bentar kok."
Tapi Kesya tetap keras kepala dengan menggelengkan kepalanya tanda tidak mau melepaskan pelukannya.
"Yaudah kita ke dapur bareng yah?" ucap Manu dan diangguki oleh Kesya.
Mereka pergi ke dapur dengan Manu yang masi menggendong Kesya di depan seperti koala.
***
Keesokan harinya semua kembali normal, mereka kembali bersekolah seperti biasa.
Pagi tadi Gifti datang ke sekolah bersama Gian sedangkan Aurel datang bersama Vano.
Saat bell istirahat berbunyi ketiga gadis itu pergi ke atas gendung sekolah atau disebut rooftop.
Mereka pergi ke sana karena Kesya ingin bertemu dengan Manu, dan Manu menyuruh gadis itu ke atas tapi dengan syarat harus bersama teman-temannya.
Manu takut, jika ada yang menggoda dan menjaili gadis itu, jika ada temannya apalagi Gifti mereka akan takut.
Sesampai di sana semua pergi ke pasangan mereka masing-masing kecuali Aurel dan Vano yang duduk berjauhan.
Mereka duduk di bangku yang tersedia di situ
"Aurel, kenapa lo nggak jadian aja sama Vano?" tanya Gifti yang berada dirangkulan Gian.
"Em-" Aurel tidak tau harus menjawab apa, dulu ia sudah menyukai pemuda itu namun dengan terang-terangan ibu Vano menolaknya.
Membuatnya berpikir untuk melupakan pemuda itu.
"ia rel, gue yakin Vano gak bakal nolak," ucap Kesya, sedangkan Vano sendiri hanya bisa diam.
Bingung ingin berekspresi seperti apa, dan harus mengatakan apa.
"Gak dulu deh." jawab Vano akhirnya, Aurel yang mendengar itu tersenyum."Aku juga gak mau sama ka Vano soalnya aku udah punya gebetan baru." jawab Aurel sambil melirik Gian kemudian Gifti.
Gifti yang melihat itu langsung menatap sinis ke arah Aurel.
"Emang gebetan lo siapa? Sejak kapan?" tanya Gifti sedikit sinis, ia takut yang dimaksud oleh Aurel itu adalah pacarnya sendiri.
"HAHAHAH," tawa Aurel melihat ekspresi Gifti.
"eh Aurel bisa ketawa yah?" tanya Kesya dengan polosnya.
"bisa, buktinya itu dia ketawa." jawab Manu yang ada disampingnya.
Gifti semakin cemberut melihat Aurel yang tertawa sedangkan Gian yang tersenyum.
"nggak usah ketawa! gue lagi nanya nih," ucap Gifti dengan kesal.
"Gue sama Gian itu sepupu," ucap Aurel yang membuat mereka kaget, kecuali Manu dan Gian.
"Serius? Ko Gian gak pernah bilang?" tanya Vano yang ikutan kaget.
"Gue juga baru tau, pas waktu pulang dari rumah Manu. Pas Ka Gian kejar gue." jelas Aurel.
Kesya hanya mengangguk kemudian menatap ke arah Manu.
"Lo juga udah tau?" tanya Kesya pada Manu.
"Iya, Gian yang bilang waktu itu" ucap Manu
"Is terus kenapa lo gak ceritain gua!" kesal Kesya sedangkan Manu hanya mengacak-acak rambut gadis itu.
Gifti terdiam sebentar mengingat kejadian beberapa hari lalu dimana Aurel yang diantar sampai depan kelas membuatnya tidak yakin.
"Ko gue gak percaya? Pas waktu ka Gian anterin Aurel sampe depan kelas! pake acara cium jidat segala lagi!" marah Gifti yang entah untuk siapa.
"Kalo itu, nanti Gian aja yang ceritain. Intinya gua sama Gian gak ada apa-apa, dan yang buat gue jadi gak pendiam lagi itu Gian. Dia baik banget Gif gue yakin dia gak bakal ninggalin lo" jelas Aurel sambil tersenyum hangat.
Gifti menjadi merasa bersalah, karena sudah marah-marah pada Gian tanpa mendengarkan penjelasannya.
"Maaf," ucap Gifti kemudian memeluk pacarnya itu.
"Iya gakpapa." balas Gian sambil memeluk tubuh pacarnya itu.
"Ih ko jadi melow sih, aaa seneng Gifti udah denger penjelasan dari Aurel terus Aurel udah banyak bicara lagi sekarang. Makasih kak Gian," ucap Kesya.
Gian hanya mengangguk.
"Eh gimana kalo kita liburan lagi?" usul Kesya.
"Liburan? Kan belum libur sekolah Sya," ucap Vano.
"Kita minta izin aja, nanti Manu yang izinin kita!" ucap Kesya dengan santai.
Manu mendengus kesal,
"Ko jad-"
"Gak ada penolakan! Kita pergi Minggu depan dari hari Kamis-Jumat-sabtu-terus hari Minggu pulang deh." ucap Kesya yang sangat bersemangat untuk liburan kali ini.
"Soal biayanya, Manu yang tanggung! Oke."
"Oke Sya!" ucap mereka semua kecuali Gian dan Manu tentunya.
"Sayaaaang," rengek Manu, karena ia akan mengeluarkan banyak uang untuk gadis nakalnya ini.
"HAHAHAHA." tawa Kesya mendengar rengekan Manu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessif BF [END]
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA "Hwaa......" terdengar tangisan kesya yang berada di sebuah kamar, yang tak lain adalah kamar pacarnya sendiri. "Nangis?" Sinis Manu. Manu berjalan mendekati gadisnya itu kemudian duduk berhadapan dengan Kesya. "Tau salah lo ap...