HAPPY READING
"Itu siapa manu?"
"Eh," Manu juga kaget melihat orang ah lebih tepatnya wanita itu, yang sedang berdiri di depan pintu.
Sama halnya dengan mereka, wanita yang menutupi wajahnya itu juga merasa terkejut. Ia langsung melangkahkan kaki melewati Kesya dan Manu kemudian bergegas keluar dari halaman rumah Kesya.
"Ih ko dia aneh?" tanya Kesya pada dirinya sendiri.
"Gak usah dipikirin, penjual koran kali," jawab Manu ngasal sambil menarik tangan Kesya agar masuk ke dalam rumahnya.
"Tapi aneh ga sih dia malam-malam datang ke sini loh" tanya Kesya lagi dengan raut penasaran.
"Yah, mana gue tau makanya cepetan masuk."
Sesampai di dalam yang ia dapatkan adalah hening, hanya suara kran air cuci piring yang berbunyi. Kesya heran mengapa wanita tadi tidak masuk saja sedangkan rumahnya tidak di kunci.
Kalau dia maling mungkin dia sudah masuk, kalau dia tamu bunda/ayahnya pasti akan menekan bell dan bertanya pada Kesya tadi. Tapi wanita itu malah lari dari hadapannya.
"Bundaaaaa," teriak Kesya.
"Kosong Sya!" ucap Manu yang mengecek ruangan yang ada di bawah.
"Bibi? Biiiiii!" teriak Kesya memanggil pembantu rumahnya.
"Eh non Kesya, cari bunda yah?" tebak Bi laras.
"Iya, bi. Bunda sama ayah kemana?"
"Kalo Bunda tadi pergi ke rumah nenek non, katanya mau nginep di sana atas permintaan Kenzi," jelas sang bibi.
Kenzi adalah adik kandung Kesya, kenzi memang jarang di rumah. Ia lebih senang berada di rumah neneknya karena di sana ia bebas dan dimanjakan oleh kakek dan neneknya.
Manu yang mendengar itu tidak ambil pusing ia hanya duduk sambil memakan cemilan yang ada di meja ruang tamu.
"Kalo ayah?"
"Aduh kalo Tuan, bibi kurang tau non. Tadi pas hm-" bi laras tak enak ingin menyelasaikan kalimatnya takut Kesya merasa sedih.
"Ayah kemana?" tanya Kesya tidak ingin berbasa-basi.
"Tuan tadi lagi tidur tapi kayanya udah pergi ke kantor lagi deh,"
"Bi, bunda sama ayah masi berantem?" tanya Kesya dengan suara dipelankan.
"Kayanya udah baikan," bohong Bi laras karena melihat raut wajah Kesya, ia tidak ingin membuat gadis itu berlarut larut dalam kesedian.
"Oh baguslah," ucap Kesya sambil tersenyum kecil.
Kemudian Bi laras pamit pergi ke dapur meninggalkan Kesya dan Manu yang sedang duduk disofa sambil menatap layar televisi.
"Lo mau tidur dimana?"
"Dirumah lo aja," putus Kesya.
"Yaudah ayo balik lagi" ajak Manu dan Kesya mulai bangkit dari duduknya.
"Hm,"
***
Sesampai di rumah Manu ternyata Kesya sama sekali tak merasa mengantuk, ia hanya uring uringan berbaring kesana kemari di kasur milik Manu.
"Sya kalo gak bisa tidur ga usah dipaksa," tegur Manu merasa terganggu karena Kesya yang tidak bisa diam.
"Yaudah lo juga jangan tidur,"
"Lah ko gitu?"
"Terus lo mau ninggalin gue sendiri gitu?" ketus Kesya.
"Gue disini yah, gue gak ninggalin lo,"
"Sama aja kalo lo tidur itu namanya ninggalin gue."
"Dih gajelas,"
"Manu main truth or dare yuk."ajak Kesya yang saat ini sedang menatap plafon kamar Manu.
"Truth aja, gue males ngkutin perintah lo! Ribet."
"Is nyebelin," kesal Kesya sambil memukul bahu Manu.
"Yaudah. Lo duluan,"
"lo cuman sayang sama gue kan? Selain Mama," tanya Kesya.
"Pertanyaam macam apa sih itu,"
"Tinggal dijawab juga,"
"Iya, gue cumn sayang sama lo!" jawab Manu kemudian menarik Kesya agar masuk ke dalam pelukannya.
"Maaf sya"
"Oke sekarang lo,"
"Kalo gue ajak ena ena'an lo mau gak?" tanya Manu sambil tersenyum devil.
"Is Manu apaan sih jangan mesum deh!" ucap Kesya dengan tangan yang sudah mencubit perut Manu.
"Akh! Ahahaha iya iya, ga bakal mesum lagi deh," ucap Manu setelah memekik kesakitan sambil mengangkat dua jarinya berbentuk V.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Possessif BF [END]
Teen FictionFOLLOW DULU BARU BACA "Hwaa......" terdengar tangisan kesya yang berada di sebuah kamar, yang tak lain adalah kamar pacarnya sendiri. "Nangis?" Sinis Manu. Manu berjalan mendekati gadisnya itu kemudian duduk berhadapan dengan Kesya. "Tau salah lo ap...