15 [PENJELASAN]

12.4K 749 39
                                    

HAPPY READING

Manu mengacak rambutnya frustasi. Ia tau apa yang ia lakukan terhadap Kesya tadi salah. Itu bukan kemauannya sebenarnya hanya saja tadi ia sudah terbawa emosi plus lelah.

"Hallo lo dimana?" tanya Manu pada Gian melalui telepon genggam.

"Rumah,"

"Lo bisa jemput Gifti nggak? Anter ke rumah gue?" tanya Manu lagi.

"Ngapain?"

"Gue berantem sama Kesya. Kalo bisa buruan bawa Gifti ke rumah,"

"Sip." ucap Gian kemudian mematikan sambungan televonnya.

Setelah menelepon Gian, Manu kembali ke kamar untuk melihat keadaan Kesya. Tadi setelah perdebatan ia dan pacarnya itu, Manu segera ke kolam berenang untuk berenang menenangkan pikirannya walaupun hari sudah gelap.

Ceklek

Saat Manu membuka pintu ia melihat Kesya yang masih sesenggukan menangis membelakangi.

"Sya," panggil Manu lembuf yang di balas dengan gelengan.

"Gue minta maaf,"ucap Manu dengan penuh penyesalan.

"Hm"

"Gue beneran minta maaf Sya. Gue nyesel,"

"Iya Manu!" balas Kesya ketus

"Huft, gue boleh tidur sini nggak?" tanya Manu yang masih setia duduk di pinggir ranjang.

"Nggak boleh,"

"Terus gue tidur dimana?" tanya Manu lagi.

"Kamar tamu," jawab Kesya cuek.

"Emang nggak takut sendiri di sini?"

"Takut," balas Kesya polos. Manu hampir saja mengeluarkan gelak tawanya namun ia tahan.

"Terus gimana dong?" tanya Manu lagi. Ia sengaja memancing Kesya agar gadis itu tidak jadi menolak untuk tidur bersama.

"Is diem deh Manu! Kalo ngantuk tidur aja sana di kamar tamu jangan di sini" kesal Kesya.

"Lah kamar , kamar siapa?" batin Manu bertanya tanya.

"Yaudah gue ke kamar tamu," ucap Manu akhirnya kemudian berdiri berjalan mendekat ke pintu.

"Hihihihi," suara Manu meniru suara kuntilanak sebelum akhirnya menutup pintu.

"MANUUUUUU!"

***

Sekarang Gifti sudah berada di kamar Manu menemani Kesya yang sejak tadi bercerita sambil terus terisak menangis.

"Udah dong Sya. Manukan udah minta maaf," bujuk Gifti agar sahabatnya itu berenti menangis.

"Ng-nggak bisa gitu dong hiks..... masa minta maaf cuman kaya gitu,"

"Lo maunya yang kaya gimana emang?" tanya Gifti sambil membelai rambut Kesya yang sedang tidur di pahanya.

"Ya yah pokonya nggak gitu,"

"Mending lo minta penjelasan dia deh, tanya sama kak Manu, Alin itu siapa," tawar Gifti.

"Gengsi ah,"

"Ye kalo lo terus terus kaya gini lama lama Manu juga bosan trus ninggalin lo, Mau?" ucap Gifti menakut nakuti.

"Ih nggak gitu juga Gifti!!"

"Nah makanya,"

"Emang gue kaya anak kecil yah?"

"Nggak kok, kadang-kadang tapi muhehe," ucap Gifti diakhiri dengan cengiran.

"Nyebelin!" kesal Kesya yang langsung bangun dari tidurnya kemudian duduk menatap tajam ke arah sahabatnya itu.

"Hehehe mau gue panggilin kak Manu?"

Mendengar pertanyaan Gifti, membuat Kesya langsung menganggukkan kepalanya. Setelah ia pikir-pikir ia juga takut Manu bosan dan meninggalkannya.

"Yank," panggil Manu lembut mendekati Kesya.

Tadi Gifti sudah menjelaskan kepada Manu kalau Kesya ingin mendengarkan penjelasannya.

"Mau denger penjelasan gue kan?"

"Udah tau pake nanya," sinis Kesya.

"Oke," Manu mulai mengatur posisi yang nyaman untuk bercerita begitupun dengan Kesya.

"Alin itu kakak kelas yang pernah gue kenalin ke lo-"

"Terus hubungan kalian apa?" potong Kesya.

"Dengerin dulu elah,"

"Next,"

"Mama sama papanya ke luar negri dan orang yang di percayai mapanya itu gue. Kemarin dia sakit dan pengen di beliin bakso jadi gue beliin deh. Maaf yah udah bo'ong sama lo"

"Lo sayang sama dia?" tanya Kesya sambil menatap kedua bola mata milik Manu.

"I-iya sayang sebagai kakak iya sebagai kakak,"

"Jangan bohong yah Manu aku nggak suka di bohongin kamu," ucap Kesya yang kembali menangis  sambil memeluk leher Manu menenggelamkan wajahnya di pundak cowok itu.

"Iya gue..... gue nggak janji deh," ucap Manu yang mendapat pukulan di belakangnya dari Kesya.

"Hahahah iya gue janji."

***

Possessif BF [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang