1. Ceria yang cacat

13.1K 458 4
                                    

Denting-denting piano membuat siapa saja memejamkan mata sembari menikmati nya. Di balkon yang megah ini, terdapat ratusan orang berjas licin serta gaun indah yang sangat mahal duduk di meja bundar yang sudah di siapkan dengan gelar dan keluarga masing-masing. Mereka, berlomba-lomba untuk memperlihatkan bagaimana kaya nya mereka. Tak segan-segan mereka menyapa hanya untuk basa basi dan menunjukkan kemewahan mereka.

Gelak tepuk tangan dari mereka saat dentingan terakhir dari piano di atas panggung yang menghentikan penghayatan mereka dari melodi tadi.

Kini, seorang berjas putih menaiki panggung sembari membawa mikrofon ditangannya dengan senyum lebar.

"Selamat malam hadirin semua! Sebelum memulai acara intinya, saya mewakilkan tuan acara untuk mengucapkan banyak terimakasih karena telah menyempatkan hadir di acara perayaan ulang tahun perusahaan. Dan silahkan nikmati hidangan yang ada. Semoga selama acara ini anda semua bisa merasa nyaman." Ia menjeda ucapannya sebentar sebelum kembali melanjutkan.

"Dengan begitu, saya panggilkan kepada CEO Birthy group untuk naik kepanggung."

Dari meja bundar terdepan tampaklah sosok pria dengan perkiraan umur dua puluh lima tahun bangkit dan berjalan menuju panggung dengan gemuruh tepuk tangan memenuhi balkon Yang megah ini.

"Selamat malam. Sebelum nya saya ucapkan banyak terimakasih kepada anda semua yang telah hadir di acara ini. Saya pun juga mengucapkan banyak terimakasih kepada investor yang telah bekerjasama dengan Birthy group selama sepuluh tahun lamanya. Dan juga kepada karyawan-karyawan yang telah membantu perusahan." Ia menatap seluruh penjuru balkon sebelum mengucapkan sepatah-kata kembali.

"Saya harap, Birthy group selalu bisa membuat kenyamanan dan kepuasan untuk kita semua, terlebih untuk costumer-costumer yang sudah mempercayakan Birthy group untuk fasilitas hidup mereka." Setelah membungkuk singkat, sang CEO berjalan menuruni tangga dan menuju meja bundar di depan.

***

"Pa Kayla mau makan batagor!!"

"Iyaa sayang,"

"Kayla pengen banget pa, banget banget banget!!! Papa kapan pulangnya? Kayla rinduuuuu"

Sang papa tersenyum kecil mendengar suara rengekan sang putri di sebrang sana.  Sesekali ia mengangguk menjawab sapaan karyawan kantor yang ia lewati.

"Ini papa mau pulang kok, kan udah mau jam dua belas sayang."

"Papa beliinnya jangan satu ya batagornya. Kayla mau dua yaa!! Sekalian juga untuk aunty Dila. Ehhh papa jangan lupa beliin Kayla ice cream juga ya,,"

Mengerutkan keningnya, ia membuka pintu mobil dan memasuki kemudinya.

"Nggak boleh makan yang dingin-dingin dulu. Batuknya baru sembuh kemarin ya Kayla."

Terdengar hembusan nafas Kayla dari seberang sana dan telfon pun tertutup dengan sepihak.

Sang papa hanya terkekeh kecil melihat tingkah putrinya yang bisa di tebak pasti sudah mencak-mencak sembari mengatakannya pelit di rumah. Setelah menyimpan handphone di saku celana, ia melajukan mobil membelah kota Jakarta yang sudah di pastikan macet.

Ia menatap kanan kiri mencari pedagang kaki lima yang menjual batagor di sepanjang jalan, sampainya ia menepikan mobilnya saat melihat gerobak batagor yang lumayan ramai pelanggannya. Ia harus menepikan mobil agak jauh dari penjual di karenakan banyak kendaraan motor yang terparkir di sekitar.

"Mas batagornya dua bungkus ya. Sambel nya di pisah aja." Remaja penjual batagor itu tersenyum singkat sembari membuat pesanan sang pelanggan.

Dan dia harus menunggu sekitar  dua belas menit di karenakan banyaknya pelanggan yang datang lebih diri darinya.

"Ini pak pesanannya." Ia menerima dan memberi uang berwarna biru. Setelah mengambil kembalian dan mengucapkan banyak terimakasih, ia berjalan menuju mobilnya di depan sana untuk melanjutkan pulang.

Sesampainya di rumah, pria itu di kagetkan dengan teriakan sang putri yang mendengar bunyi mobilnya. Mengambil batagor dan berjalan menuju pintu utama di mana sang putri tengah melambaikan tangan sembari tersenyum.

Ia mengambil alih tubuh gadis mungil itu kedalam gendongannya dan berjalan memasuki rumah menuju ruang makan.

"Mbak Dila ini tolong di siapin ya." Ucap nya memberikan sekantong batagor kepada asisten rumah tangga yang sedang menyiapkan makanan di sana.

Mbak Dila mengangguk sopan dan meraih satu kantong batagor di tangan sang majikan.

"Yang satunya punya mbak Dila." Dengan senyum kecil Mbak Dila kembali mengangguk dan mengucapkan terimakasih sebelum berjalan ke dapur menyiapkan batagor untuk Kayla.

Di meja makan, Kayla tengah tersenyum menatap sang papa yang benar-benar pulang untuk makan siang bersamanya di rumah, di tambh sang papa membawakan pesanannya.

"Papa makan yang banyak biar kerjanya makin kuat." Sang papa hampir menyemburkan tawanya saat mendengar suara lembur dari putrinya itu. Ia menoleh ke samping dan menyentil hidung mancung Kayla dengan gemas.

Mbak Dila meletakkan sepiring batagor di depan Kayla kemudian undur diri ke dapur. Sedangkan Kayla menatap binar makanan kesukaannya itu.

"Di habisin ya sayang," Kayla mengangguk semangat dan mulai menyendok kan batagor ke dalam mulutnya.

Di usianya yang ke enam tahun, Kayla sudah bisa mengerjakan keperluannya sendiri. Ia tidak akan menyusahkan orang di sekitarnya jika itu menyangkut makanan, pakaian, dan belajarnya. Kayla tergolong gadis yang pintar, cerdas, dan ceria. Kecantikan dan keceriaannya itu di wariskan oleh sang ibu yang memang juga memiliki kepribadian dan paras rupa yang sama. Berbeda dengan kepintaran gadis belia itu yang di wariskan oleh sang papa.

"Enak papa." Kayla menyodorkan batagor ke depan wajah papanya dengan cepat sang papa membuka mulut menerima suapan dari tangan kecil Kayla.

"Hmmm... Iya enak banget." Kayla berbinar menatap sang papa yang memejamkan matanya sembari mengunyah batagor yang dia suapkan tadi.

"Kan apa kata Kayla!!" Lelaki itu tertawa pelan dan mengelus rambut Kayla dengan gemas.

"Sekarang lanjut makan lagi." Kayla mengangguk dan melanjutkan makanannya dengan sang papa yang juga melanjutkan makan siangnya.

Setelah makan siang dia mengantar Kayla menuju kamar gadis itu yang ada di lantai dua, tepat di samping kamarnya.

Ia membaringkan Kayla dengan pelan di atas kasur bergambar Frozen itu dengan pelan.

Dengan telaten ia menaikkan selimut sampai di dada Kayla dan meraih remot AC untuk di nyalakan.

"Papa mau kerja lagi?" Tanya Kayla menatap sang papa yang baru saja akan beranjak keluar.

"Iya sayang. Kamu tidur ya, nanti papa pulang nya cepet kok." Ia tersenyum lembut dan mengecup kening Kayla yang menatapnya. Sedangkan Kayla menatap sang papa dengan bibir mengerucut. Sebenarnya, ia masih ingin bersama papanya, tapi apa daya papanya harus kerja.

Kayla tersenyum dan mengangguk pelan. Setelahnya sang papa keluar dari kamar untuk melanjutkan pekerjaannya di kantor.

Kayla punya segalanya. Kasih sayang keluarganya, harta, mainan, boneka, semua bisa dia miliki kecuali, ibu di hidupnya.

Bersambung...


Salam manis:)
@VeNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang