32. Bukan Akhir

1.6K 66 3
                                    


Faza menatap takjub benda mengkilat yang lima bulan terakhir ini bersemayam di jadi manis nya. Ia tak pernah berfikir jika akan merasakan letupan-letupan yang membuncah di dadanya secepat ini. Faza berfikir, jika akan membesarkan Kayla seorang diri tanpa adanya sosok pendamping di hidupnya.

Ia tampak seperti orang bodoh yang terus saja tersenyum jika mengingat kegilaannya lima bulan yang lalu, yah walau hal gila itu mampu membuat Faza selangkah lagi memiliki Naura seutuhnya.

Setelah ungkapan Faza di kediaman Naura lima bulan lalu, Faza sontak mendapat penolakan halus dari ibu Naura. Ia memang tau jika Faza dan Naura tengah menjalin hubungan, tapi ia tidak akan gegabah dalam memutuskan kehidupan Naura kedepannya, terlebih lagi masa lalu Faza dan juga ibu Naura yang masih ragu dengan Faza.

Faza yang mendapat penolakan itu, sontak memutar otak berfikir cara apa yang bisa ia pake untuk mendapat persetujuan dari ibu Naura. Dan yah, dengan santainya Faza mengatakan jika mereka sudah serumah sejak lama. Sontak membuat keluarga Naura yang berapa di sana terkejut bukan main. Bukan apa-apa, tapi Naura bahkan tidak pernah menceritakan perihal hal ini kepada mereka, terlebih kepada ibunya sendiri. Dan tebak apa yang terjadi? Tantu saja besoknya Naura dan Faza di sidang oleh keluarga Naura. Naura hanya bisa diam menunduk mendengar ibunya yang memarahi mereka berdua, bahkan ia bisa mendengar suara sang ibu yang sedikit bergetar menahan tangis. Walau beberapa kali Faza mengatakan jika mereka hanya sekedar tinggal bersama dan tidak pernah melakukan yang aneh-aneh, tapi bagi orang awam dan orang kampung seperti keluarga Naura itu sangat tidak baik, dan alhasil keduanya resmi bertunangan dua minggu kedepannya membuat Faza di landa rasa bahagia.

"Ihh papa kenapa sih?" Faza sontak menolah menatap Kayla yang berdiri di depannya.

Gadis mungil itu tampak menatap Faza dengan pandangan bingung yang sedari tadi menatap jemarinya tersenyum tanpa menyadari kehadiran Kayla beberapa menit yang lalu.

"Gimana sekolahnya?" Tanya Faza meraih Kayla kegendongannya, menghiraukan pertanyaan gadis mungil tadi.

"Capeekk, Kayla langsung lulus aja papaahhh..."

Sontak perkataan Kayla membuat Faza terkekeh pelan. Belum apa-apa Kayla sudah banyak mengeluh, bagaimana jika Kayla menghadapi masalah yang lebih besar di saat dewasa kelak?

"Semuanya butuh proses baru bisa lulus sayang." Ucap Faza yang sudah mendudukkan Kayla pada kursi samping kemudi kemudian ia mengitari mobil dan duduk tepat di samping Kayla.

"Kak Naura kok nggak ikut pa?" Faza sontak menarik kedua bibirnya sembari melajukan mobil miliknya meninggalkan parkiran sekolah Kayla.

"Kak Naura nya masih di kampus, Kayla mau makan apa?" Tanya Faza mengusap kepala Kayla pelan.

"Nggak mau makan, Kayla mau ketemu kak Naura." Lirih Kayla sontak membuat Faza mengangguk pelan.

"Ini juga papa mau jemput kak Naura kok."

Setelah memarkirkan mobilnya di parkiran fakultas Naura, Faza bergegas meraih Kayla ke gendongannya. Mereka terus menyusuri koridor fakultas Naura yang lumayan ramai, dan tak sedikit dari mahasiswa yang ada di sana menatap tertarik pada dirinya. Siapa sih yang tidak tau Faza di kampus ini? Salah satu pengusaha sukses dan juga pemilik kampus, ahh ralat maksudnya keluarga pemilik kampus, dan jangan lupakan jika lelaki beranak satu itu memiliki tunganan yang tengah mengemban pendidikan di fakultas ini.

Setelah sampai di kantin fakultas, Faza tersenyum kecil melihat Naura yang tengah melipat tangannya di atas meja dengan kepala yang berada di atas lipatan tangan itu. Di semester empat ini Faza dapat melihat Naura yang sering sekali kelelahan dan frustasi dengan tugas-tugas yang di berikan dosennya itu.

"Raa" Panggil Faza pelan dan duduk di depan Naura dengan Kayla yang masih ada dalam gendongan pria itu, tampak Kayla sudah memejamkan matanya dan memeluk erat leher Faza dan jangan lupakan dengkuran halus yang terdengar sejak Faza menaiki tangga menuju Naura berada.

Mendengar panggilan itu, sontak Naura mengangkat wajahnya dan menatap Faza yang tersenyum.

"Maaf mas, Naura nggak dengar mas datang." Ucap Naura sembari menegakkan tubuhnya. Netra gadis itu sontak beralih pada Kayla yang tengah tertidur nyenyak.

"Kayla udah makan kan mas?" Tanya Naura pelan mengingat jam makan siang sudah lewat beberapa jam yang lu.

Faza sontak menggeleng pelan dan terkekeh kecil saat melihat mata Naura menyorotnya sedikit tak bersahabat. Sangat menggemaskan.

"Dia nya nggak mau loh Ra, mas tadi udah nyuruh makan tapi katanya pengen ketemu kamu aja." Naura menghela nafas pelan, makin kesini Kayla semakin menggantung pada dirinya. Tidak, bukan Naura tidak menyukainya, hanya saja Naura kadang merasa kasihan pada Kayla yang sering Faza antar tengah malam ke apartemen miliknya karena gadis kecil itu tidak mau berpisah darinya. Yah, setelah Faza mengatakan kebenaran tentang seatap dengan pria itu, Naura di minta oleh ibunya untuk keluar dari rumah Faza, walau sangat keberatan, Faza tak mampu menahan Naura mengingat itu adalah salah satu syarat agar pertunangan mereka di setujui keluarga Naura, terutama ibu Naura sendiri.

Walau begitu, Faza tak membiarkan Naura menyewa kost-kostan seperti kali pertama gadis itu memasuki kuliah. Ia dengan tegas membawa Naura pada apartemen miliknya yang jarang ia pakai, hanya saja apartemen itu akan selalu di bersihkan setidaknya dua kali seminggu oleh tukang bersih yang sudah ia sewa.

"Yaudah, ayok pulang. Kayla semalam pengen makan capcay yang waktu itu aku bawa ke rumah." Ucap Naura meraih tas salempangnya di meja.

Faza mengangguk pelan, dan mereka berjalan beriringan menuju parkiran kampus.

Setelah sampai di apartemen, Faza merebahkan Kayla yang masih tertidur nyenyak di kasur empuk milik Naura. Jika kalian berfikir jika dengan Naura yang keluar dari rumah Faza membuat lelaki itu jarang bertemu Naura maka kalian salah besar, karena Faza sudah menetapkan jika tempat ini adalah rumah keduanya karena lelaki itu akan selalu menginap walaupun selalu mengatasnamakan Kayla.

Sedangkan Naura yang kini keluar dari kamar mandi sehabis mandi dan mengganti pakaian menuju dapur untuk menyiapkan makan untuk mereka.

"Kalau capek nggak usah masak Ra, kita pesan makan aja." Ujar Faza yang sudah berada di sampingnya yang sedang menuangkan bumbu pada cacpay yang hampir matang.

"Nggak kok mas, lagian Kayla juga nggak bakal mau makan kalau bukan masakan Naura."

Faza menghela nafas kasar mendengar ucapan Naura. Memang benar akhir-akhir ini Kayla sangat rewel soal makana. Ia hanya akan memakan masakan pelayan di rumahnya dan juga masakan Naura saja.

"Itu karena kamu yang biasain Kayla aja Ra." Ucap Faza menatap Naura yang menuangkan capcay buatannya pada mangkok lumayan besar dan menatanya di meja.

"Nggak apa-apa kok mas, lagian Naura nikmatin juga." Ucap Naura menatap Faza yang juga menatapnya.

"Mas tau kamu udah capek kuliah, di tambah lagi kamu selalu urusin mas dan Kayla juga." Ucap Faza membawa Kayla pada pelukan hangat nya.

Naura mendongak menatap wajah Faza yang menatapnya sendu.

"Mas ingin jadiin kamu istri Naura, bukan pembantu ataupun pengasuh Kayla yang sering kamu dengar di teman-teman kampus mu itu." Lanjutnya mengusap puncak kepala Naura lembut. Faza tau jika Naura sering sekali mendapat tatapan tidak suka dari kakak tingkat maupun teman kelasnya, mengingat Naura yang tengah menjali hubungan dengan Faza.

"Aku nggak pernah pikirin ucapan mereka kok. Toh yang jalanin kan kita, mereka hanya bisa melihat dari luarnya aja." Sontak Faza menatap Naura dengan senyum lebar. Ia tak menyangka jika kata-kata manis itu akan keluar dari bibir gadis di depannya ini.

"Lusa kita ke studio teman mas, dia katanya mau ngasih kado pernikahan di awal. Katanya sih foto prewedding kita mau di gratisin." Mendengar ucapan Faza sontak membuat Naura membulatkan matanya. Ia lupa jika pernikahan mereka akan di gelar bulan depan tepat di hari ulang tahun Faza.

Bersambung....

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang