Faza menatap Naura yang sedang memasukkan pakaian mereka kedalam koper. Berada di situasi ini membuat Faza seperti saja mempunyai istri. Dan itu sangat menyenangkan.Setelah seharian jalan-jalan mengelilingi kota Makassar kemarin, mereka memutuskan untuk kembali ke Jakarta hari ini, di karenakan Naura sudah membolos dua hari dari kampus dan Faza yang juga harus kembali bekerja. Ahh dan jangan lupakan Kayla di gadis kecil yang terus menerus menelfon mereka.
"Sandal hotelnya nggak usah di masukin juga Ra." Faza hampir saja tertawa melihat Naura yang juga memungut sandal hotel untuk di masukkan ke koper mereka.
"Nggak apa-apa loh mas, buat Naura pake dalam rumah. Nyaman soalnya." Tanpa menghiraukan Faza, Naura memasukkan sandal putih polos itu kedalam koper tempat pakaian kotor mereka.
Faza yang gemas dengan Naura menghampiri gadis itu dan mengacak-acak rambut Naura gemas.
"Mas! Udah Naura sisir nih rambutnya!!" Bukannya merasa bersalah, Faza malah tertawa dan duduk di samping Naura.
"Gemes ihhh.." Naura mendengus pelan dan mengancingkan koper yang sudah penuh dengan pakaian mereka.
"Mas kita berangkat jam berapa?" Tanya Naura merapikan rambutnya yang agak kusut.
"Setengah jam lagi Ra, masih ada waktu istirahat." Jawab Faza pelan. Sebenarnya, Faza masih ingin tinggal bersama Naura, menghabiskan waktu bersama Naura, dan membuat Naura bahagia. Tapi, gadis kecil nya selalu menelfon mereka dan menanyakan untuk segera kembali.
"Yaudah, kita berangkat sekarang aja deh mas." Faza menatap Naura bingung.
"Istirahat nya di bandara aja mas, nanti macet loh."
***
Setelah menempuh beberapa jam perjalanan, akhirnya mereka berdua menginjakkan kaki di bandara Soekarno Hatta dengan selamat.
Faza merangkul Naura yang masih pusing. Tadi di pesawat, Naura sempat mabuk perjalan karena tidak sempat makan sebelum berangkat. Sebenarnya Faza sudah menyuruh Naura makan, tapi katanya masih kenyang dan berakhir dirinya mengalami mabuk perjalanan.
"Masih pusing?" Tanya Faza sedikit menunduk. Tangan satunya ia gunakan untuk menarik koper.
Naura hanya mengangguk pelan berusaha meredakan pusing di kepalanya.
"Nanti langsung tidur aja ya." Ucap Faza lembut.
Setelah sampai di rumah, mereka di sambut Kayla dan Disty.
"Kak Naura!!" Teriak Kayla dengan senang, gadis mungil itu melompat girang saat Naura berjalan kearahnya dan membawa Kayla kepelukannya.
"Kok lama pulangnya? Katanya cuman dua hari!" Wajah bahagia Kayla kini merengut menatap Naura. Mata gadis mungil itu tampak berkaca-kaca.
"Maaf ya."
Kayla hanya mengangguk pelan dan memeluk leher Naura erat. Ia rindu.
"Kayla, biarin kak Naura nya istirahat dulu. Kak Naura capek tuh." Disty meraih Kayla dari gendongan Naura, walau sedikit berontak gadis mungil itu akhirnya berada dalam gendongan Disty.
"Kenapa di luar? Ayok masuk, kak Naura lagi sakit Kay." Perkataan Faza yang sedari tadi diam membuat Kayla menatap Naura cemas.
"Kakak sakit apa?" Tanya Kayla dengan berkaca-kaca.
Naura tersenyum kecil dan mengusap puncak kepala Kayla.
"Capek doang kok."
"Ayok masuk, kamu harus istirahat."
Mereka berjalan memasuki rumah, sesampainya di kamar Naura, ia langsung saja merebahkan tubuhnya di kasur. Sedangkan Disty duduk menatap Naura yang terlihat pucat.
"Kayla mana?" Tanya Naura saat menyadari Disty tak bersama Kayla.
"Sama bang Faza." Naura menghela nafas pelan dan memejamkan matanya. Ia masih merasa pusing.
Sedangkan Disty, gadis itu terus menatap Naura seolah ingin bertanya tapi merasa bukan waktu yang pas.
"Kenapa sih Ti?" Akhirnya Naura bangkit dan menatap Disty jengah.
"Nggak kok."
"Bohong! Kamu mau tanya apa sih?" Ulang Naura membuat Disty berdehem pelan.
"Kamu mual?" Tanya Disty pelan.
Naura mengangguk dan memijat pelan dahinya.
"Beneran?!" Sontak, Naura menatap Disty kaget. Pasalnya, gadis itu berteriak.
"Iya! Kenapa sih? Kaget gitu."
"Kamu hamil?!" Tangan kanan Naura sontak mendarat di lengan gadis itu, membuat Disty berteriak kesakitan.
"Kok di pukul sih?" Ucap Disty mengusap lengannya.
"Harusnya sih mulutmu yang ku pukul Ti!" Degus Naura kembali merebahkan tubuhnya. Harusnya dia sudah sadar jika Disty akan mempertanyakan nya. Karena sedari tadi gadis itu menatapnya aneh.
"Heh! Ihhh serius Naura!!" Naura berdecak pelan saat Disty menariknya kembali duduk.
"Aku nggak hamil Disty. Mana berani mas Faza apa-apain aku." Ucap Naura menatap Disty kesal. Kalau saja ia tak merasa lemas, sudah Naura acak-acak muka Disty.
"Tadi katanya mual!" Ucap Disty merasa tidak terima. Masalahnya Naura dan Faza sudah tinggal seatap cukup lama, di tambah mereka baru saja pulang dari Makassar berdua. Satu hotel, satu kamar!! Ingat! Satu kamar, ehhh dan Disty yakin mereka pun satu ranjang juga. Apa iya mereka belum melakukannya? Yang benar saja!!
"Mual bukan berarti hamil ya Disty! Aku mabuk perjalanan karena nggak sempat makan. Ya Tuhan! Gila ya." Naura tak habis fikir dengan Disty. Bagaimana bisa Disty bisa berfikir sampai sejauh itu? Apakah ia melihat Naura sebagai gadis murahan? Yang akan dengan mudahnya memberikan kegadisannya kepada Faza dengan alasan saling mencintai tanpa ikatan pernikahan?
"Aku nggak semurahan itu Disty!" Disty sontak menatap Naura kaget, ia tak bermaksud begitu. Ia hanya menebak saja. Bahkan ia di buat panik saat melihat mata Naura terlihat memerah menahan air matanya.
"Ra, sumpah aku nggak maksud gitu. Aku nggak ada bilang kalau kamu murahan. Mana mau aku sahabat sama kamu kalau kamu murahan. Ehhh jangan nangis dong!"
Sontak saja Naura terkekeh pelan mendengar suara panik Disty. Entah mengapa melihat Disty sepanik itu membuat dirinya geli sendiri. Padahal ia baru sama merasa sakit hati dengan ucapan gadis di depannya.
"Ra sumpah, kamu bikin aku takut." Ucap Disty saat Naura terkekeh sambil menghapus air matanya.
"Kamu sih ngomong gitu." Ucap Naura pelan.
"Tapi beneran kamu sama bang Faza belum ngapa-ngapain?"
"Ngapa-ngapain gimana sih?" Sontak Disty berdecak kesal.
"Masa sih nggak tau maksudku?"
Naura menghela nafas pelan, saat ini rasa pusingnya sudah hilang di gantikan dengan rasa ingin menjambak rambut Disty saja.
"Nggak Disty!! Udah aku bilang kalau mas Faza nggak bakal berani juga. Lagian mana mau aku di apa-apain mas Faza." Gerutunya.
"Yahhh nggak dapet ponakan baru dong?"
Dan yahhh akhirnya tangan Naura menjambak rambut Disty pelan, ingat pelan, walau Naura sangat ingin menjambak nya dengan kasar tapi ia tak bisa.
"Heh kok di Jambak?!" Naura menatap Disty dengan kesal.
"Harusnya sih aku rontokin Ti! Ngomong kok nyamblang!"
"Yahh kan aku pengen dapet ponakan lagi!"
"Kamu aja yang ngasih aku ponakan! Sinting!!"
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...