"Kamu masak apa?"
Naura yang tengah mengaduk capcay terlonjak kaget dan segera menoleh ke belakang. Ia mendapati wanita paruh baya itu berjalan kearah nya.
"Ahh maaf membuat kamu kaget." Naura segera menggeleng pelan dan tersenyum kecil.
"Nggak apa-apa nyonya." Ucapnya pelan dan mengecilkan api kompor.
"Kamu pengasuh barunya Kayla ya?" Naura kembali mengangguk pelan.
"Kamu masak apa?" Kembali, Carolina mengulang pertanyaannya.
"Capcay, ayam kecap, sama sayur bening nyonya."
"Panggil ibu Naura. Tidak usah terlalu tegang sama ibu." Naura meringis pelan, ia merasa tidak enak kepada Carolina.
"Kamu cantik, semoga kamu benar-benar yang terbaik." Naura mengerutkan keningnya menatap Carolina yang tersenyum lembut.
"Maksud ibu?"
"Ahh nggak apa-apa, sini ibu yang bantu." Naura menggeleng pelan.
"Nggak usah Bu, Naura bisa kok. Lagian tinggal sedikit kok. Ibu istirahat aja dulu."
"Nggak apa-apa, ibu biasa kok masak gini." Carolina mengambil beberapa bumbu dapur dan mulai mengolahnya.
Naura terus melirik Carolina yang tengah fokus pada masakannya, tampaknya wanita paruh baya itu sangat pintar mengolah bahan-bahan dapur. Membuat Naura iri saja.
"Nggak usah lihatin ibu segitunya Naura." Naura kelabakan dan segera memotong kembali cabai merah yang ada di tangannya.
"Maaf Bu."
"Kok minta maaf?" Carolina menatap Naura bingung.
"Sudah ibu bilang, jangan sungkan ataupun takut sama ibu Naura." Naura hanya mengangguk dan tersenyum kaku.
Jika di lihat-lihat wanita paruh baya di sampingnya ini seperti orang cuek dan judes. Tapi, pikiran Naura ternyata salah besar. Carolina sangat baik, lembut, dan pandai dalam menenangkan Naura. Buktinya, Naura sekarang terang-terangan bertanya ini itu kepada Carolina yang di tanggapi dengan baik oleh wanita paruh baya itu.
"Kamu ternyata pintar masak ya Ra," Naura yang di puji seperti itu tersenyum malu. Terlebih, ibu Faza lah yang memujinya.
Carolina, ia meraih tangan kanan Naura yang baru saja menyajikan makanan di meja makan. Ia meremas lembut tangan gadis itu yang menatapnya bingung.
"Makasih ya Naura."
"Makasih karena telah mengisi kekosongan Faza dan Kayla. Terimakasih telah menggantikan sosok mama Kayla selama ini. Kamu, ibu bisa melihat jika kamu sangat menyayangi Kayla, bukan untuk menarik perhatian Faza ataupun harta milik putra ibu. Ibu bersyukur, Kayla menemukan kamu yang mencintai cucu ibu melebihi kasih sayang yang kami berikan kepada nya selama ini. Naura, terimakasih banyak."
Dan Naura, melihat air mata jatuh pada pelupuk mata Carolina.
***
Naura duduk canggung di tengah-tengah keluarga besar Faza. Tidak banyak sih, ada sebelas keluarga Faza yang tengah berkumpul malam ini. Ternyata Disty mengelabui diri nya, bukan acara syukuran tapi barbekyu yang di adakan oleh keluarga ini. Sedangkan Disty, ia sangat kentara jika merasa takut oleh Naura. Ia hanya duduk cengengesan menatap Naura yang sedari tadi mencibir kearahnya. Kayla? Gadis mungil itu tengah duduk di pangkuannya, Kayla tidak terlalu dekat dengan keluarga Faza. Hanya Disty, kakak Disty, dan orang tua Disty lah yang dekat dengannya. Bahkan nenek dan kakeknya pun ia tak dekat.
Rasanya Naura ingin pergi dari sini, ia tak kuat di tatap tajam oleh Amira sejak tadi. Terlebih sepupu-sepupu Faza yang ingin bermain dengan Kayla, di tolak mentah-mentah Kayla. Bayangkan bagaimana posisi Naura saat ini. Hanya Kayla dan Disty lah yang berada di sisinya.
"Naura, kamu makan dulu nak." Ahh jangan lupakan Carolina yang tampaknya sangat menyukai dirinya juga.
Ia tersenyum dan mengangguk berbisik kepada Kayla untuk mengambil makanan sebentar di meja. Namun, tampaknya Kayla tak mau lepas dari dirinya. Benar, Kayla sudah sangat menempel pada Naura.
Melihat Kayla yang tak mau lepas dari Naura, membuat Carolina berjalan menuju Faza yang tengah berbicara bersama suami dan anak-anak nya yang lain. Ia membisikkan sesuatu kepadanya membuat Faza menoleh menatap Naura yang tengah mengusap punggung Kayla sayang. Nampaknya, Kayla menangis karena Naura meminta izin tadi.
Faza beranjak dari sana dan berjalan menuju meja panjang. Ahh saat ini mereka berada di halaman samping Faza, tempat itu memang sering mereka gunakan untuk kumpul keluarga seperti ini.
Faza mengambil dua piring di sana dan mengisikan makanan dan lauk pauknya, ia kemudian berjalan menuju Naura dan meletakkan piring itu di depan nya. Naura tampak menatap Faza bingung, sedangkan Disty yang masih ada di sisi Naura pun meringis pelan saat merasakan tendangan kecil di kakinya. Ia mencibir dan beranjak dari sana.
"Kamu makan." Naura semakin bingung. Pasalnya, Faza berucap sembari menatap kepergian Disty.
"Maksudnya?"
"Kayla, kamu sama papa dulu ya nak. Kak Naura nya belum makan tuh." Kayla terlihat merajuk, namun ia meraih tangan Faza dan duduk di pangkuannya.
"Mau di suapin kak Naura.." Faza yang mencoba menyuapi Kayla kembali menoleh kearah Naura, sedangkan Naura belum makan sama sekali.
"Kak Naura nya juga mau makan sayang, kamu sama papa dulu ya. Ra, itu makanan untuk kamu." Naura menoleh dan mengangguk saja. Namun, saat ia melihat wajah Kayla yang memerah menahan tangis pun, ia tersenyum dan mengambil piring dan sendok yang ada di tangan Faza.
"Saya suapi Kayla nya dulu ya pak." Faza nampak menggeleng pelan dan mencoba meraih kembali piring itu.
"Kamu makan aja, biar Kayla saya yang suapin."
"Nggak mau! Kayla maunya sama kak Naura." Sela Kayla yang membuat Faza menghela nafasnya. Kayla, jika sudah seperti ini tak bisa ia bantah. Namun, bagaimana dengan Naura? Tidak mungkin Naura makan sembari menyuapi Kayla.
"Saya nanti makan pak, tapi suapin Kayla dulu." Ujar Naura menatap Faza dan mulai menyuapi Kayla.
"Papa suapin kak Naura nya juga dong!" Sontak, Faza dan Naura menatap Kayla kaget. Ahh bukan hanya mereka berdua, karena suara Kayla yang keras membuat semua orang yang ada di sana menoleh menatap gadis mungil itu.
Naura menatap Kayla malu, astaga ada apa dengan Kayla? Habis dia di ledekin Disty dan di cerca habis oleh Amira. Ya Tuhan, rasanya Naura ingin menghilang saja. Faza? Pria itu kembali meringis menatap Kayla.
Kamu duluanin papa nak
Ibu!! Pingin hilang
Bersambung....
Salam manis:)
@VeNhii
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...