11. Takdir yang bermain

2.8K 211 0
                                    

"Kayla?" Kayla, gadis mungil itu menatap Naura dengan mata bulatnya. Naura berjongkok dan mengusap wajah Kayla yang penuh dengan air mata. Sepertinya gadis mungil itu mengalami hal hal buruk tadi.

"Ngapain di sini kay?" Sekali lagi Naura berucap lembut, sedangkan Kayla dengan segera memeluk Naura dengan isak tangis gadis itu kembali terdengar lirih.

Awalnya Naura kaget dengan refleks ia membalas pelukan Kayla dan mengusap punggung gadis mungil itu yang bergetar.

"Ma-ma hikss," Naura terus mengelus punggung Kayla pelan. Ia terdiam mendengar perkataan Kayla.

"Mamanya Kayla kenapa? Kayla hilang ya makanya nangis? Mau kakak bantu cari mama nya?" Kayla menggeleng pelan dsn mengeratkan pelukannya di leher Naura.

"Kay-la ri-hiks rind-uu mama.." kerutan di kening Naura kini kian kentara. Ia mulai bingung dengan pembicaraan Kayla.

"Kata papa hiks,, ma-ma udah kete-mu hisk nenek,," Naura hanya diam. Ia tak tau apa yang akan ia ucapkan. Pasalnya ucapan Kayla pun ia tak mengerti sama sekali. Hanya satu yang muncul di benaknya saat ini.

Kenapa bisa Kayla ada di kampusnya?

"Kayla!" Keduanya menoleh kearah tangga dan mendapatkan Faza yang seperti orang panik. Faza dengan cepat berlari menuju mereka ahh ralat, maksudnya Kayla dan membawa gadis mungil itu kedalam gendongannya.

"Astaga Kayla, kamu bikin papa khawatir nak." Kayla, gadis itu memeluk leher Faza erat. Ia menenggelamkan kepalanya di ceruk leher sang papa.

"Papa, Kayla mau mama"

Mendengar itu, Faza hanya menghela nafas nya kasar. Sudah tiga hari Kayla sangat gencar mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan mamanya. Kayla selalu meminta mamanya untuk berada di sekitar mereka. Bahkan Faza yang belum selesai dengan urusannya di kampus ini pun harus terhenti kala putri nya itu tiba-tiba berlari sembari menangis hanya melihat salah satu dosen wanita yang tengah menggendong anaknya.

Hal ini tidak akan terjadi jika sekolah Kayla sebentar lagi akan mengadakan Porseni yang di awal pembukaannya itu di wajibkan untuk hadir bersama orang tua siswa. Kayla yang baru kelas satu SD pun sempat di olok-olok oleh teman kelasnya karena di antara teman kelasnya hanya Kayla saja yang hanya memiliki papa tanpa mama. Faza sebenarnya sudah menduga jika suatu saat nanti Kayla akan menanyainya mengenai sang ibu. Namun Faza tidak menyangka jika Kayla akan sehisteris dan seantusias ini jika mengenai mamanya.

"Maaf pak, kalau gitu saya permisi." Melihat bukan waktunya untuk gabung bersama keluarga Disty itu, Naura memutuskan untuk pamit. Ia mengangguk singkat dan berjalan menuju tangga untuk naik lantai dua.

Baru saja Naura menginjakkan kakinya di anak tangga pertama, ia di kagetkan dengan ucapan lantang Kayla yang membuat orang-orang di sekitar pun menoleh.

"Kayla mau mama!!"

"Kayla mau kak Naura jadi mamanya Kayla!!"  Naura menoleh menatap Kayla dan Faza dengan mata yang melotot kaget. Sedangkan Faza? Ia menatap putri nya itu dengan mulut yang sedikit terbuka saking kagetnya.

Apa-apan?? Kayla nyuri strart?!

"Astaga Kayla! Jangan ngomong gitu sayang." Faza segera menatap Naura yang juga menatap mereka dengan pandangan tak percaya dengan rasa malu.

"Maaf Ra, Kayla lagi sensitif." Ia meringis pelan untuk  menetralisir rasa malu. Naura pun berdehem pelan dan hanya tersenyum sembari mengangguk pelan. Ia menatap Kayla sebentar yang juga menatap nya dengan binar di mata gadis mungil itu sebelum memutuskan untuk menaiki tangga.

Setelah kelas berakhir, Naura memutuskan untuk mencari kerja. Ia melajukan motornya menuju cafe baru letaknya tak jauh dari kampus. Setelah sampai, ia memarkirkan motornya dan berjalan masuk, cafe itu begitu ramai dengan kebanyakan wajah tak asing di sana. Tentu, banyak mahasiswa dan mahasiswi yang akan duduk santai di sana. Terlihat dari cafe yang begitu bagus dan santai di saat bersamaan membuat kenyamanan pengunjung terasa.

Naura berjalan menuju salah satu pelayan yang baru saja mengantar kan pesanan pelanggan.

"Maaf mbak, di sini apa masih butuh karyawan?" Pelayan tadi menatap Naura yang berdiri di belakangnya. Ia menelisik penampilan Naura membuat Naura agak risih.

"Mau kerja paruh waktu ya mbak?" Tanya pelayan itu yang di jawab anggukan oleh Naura. Pelayan tadi kemudian langsung meraih tangan Naura dan berjalan menuju ruang staff dan menaiki tangga yang di khususkan untuk pemilik cafe. Naura sempat kaget namun pelayan tadi mengatakan jika ia akan membawanya kepala pemilik cafe.

"Ini mbak ruangannya, nanti mbaknya jangan terlalu gugup ya." Setelah mengucapkan itu, pelayan itupun pamit untuk kembali bekerja.

Naura menatap pintu kayu di depannya, jujur ia sangat gugup. Ini kali pertamanya dia akan kerja jika dirinya di terima. Dengan tarikan nafas, gadis itu mengetuk pintu agak kencang.

"Masuk!"

Oke Naura. Kamu harus semangat!!

"Kak Naura!!!" Loh??

Mata Naura membuat saat mendapati Kayla yang tengah berlari kearahnya dan memeluk perut gadis itu erat. Ia kemudian menatap kearah Faza yang juga menatap diri nya dengan penuh tanda tanya.

"Kamu yang katanya ingin ngelamar kerja?" Tanya Faza menepis rasa kagetnya. Naura mengangguk pelan.

Sebenarnya ia ingin berjalan masuk, namun tidak bisa karena Kayla yang memeluknya sangat erat.

"Kayla rindu kakak.." Kayla mendongak menatap Naura dengan sendu. Sedangkan Naura bingung ingin mengatakan apa. Demi apapun ia sangat kaget.

"Kayla, papa ada urusan sama kak Naura nya. Kamu duduk bareng papa ya." Kayla segera melepaskan Naura dan berlari kecil menuju Faza yang masih duduk di meja kerjanya. Di sana terdapat dua komputer yang satunya untuk mengurus cafe ini dan yang satunya untuk mengurus kantornya.

"Silahkan duduk Ra." Naura duduk di depan Faza. Ia menatap gugup kearah tangannya yang saling menggenggam di atas paha gadis itu. Kini rasa gugup yang ia rasakan tadi kian bertambah.

"Saya akan mulai wawancaranya." Naura mengangguk pelan dan menatap Faza yang kini membaca berkas dirinya.

"Kamu hanya akan kerja paruh waktu?" Tanya Faza tanpa mengalihkan tatapannya pada berkas Naura.

"Iya pak."

"Kenapa?"

"Hah?"

"Kenapa kamu ingin kerja di cafe saya?"

"Hanya ingin mencari uang sendiri pak, di tambah saya ingin mengurangi beban orang tua." Faza meliriknya sebentar dan kembali menatap CV milik Naura. Sedangkan Kayla menatap Naura dengan senyum di bibirnya.

"Di terima!"

Bersambung...

Salam manis:)
@VeNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang