4. Sekeping kaca

4K 286 0
                                    


Mereka ber empat sontak menoleh menatap anak kecil yang menatap mereka berkaca-kaca. Tampak anak kecil itu mempoutkan bibirnya dan detik berikutnya tangisan melengking itu terdengar.

"Eh!" Disty dengan cepat meraih anak itu dan mengangkunya. Ia mengelus puncak kepalanya dengan sayang. Sedangkan ketiga sahabatnya menatap dirinya dengan penuh tanya.

"Ty?" Gumam Cintia menatap Disty yang sibuk menenangkan gadis mungil di pangkuannya.

Disty menoleh dan mengubah duduk anak di pangkuannya untuk menghadap ketiga sahabatnya.

"Anak kamu?" Tanya Naura penunjuk gadis mungil di pangkuannya.

"Heh Ngadi-ngadi." Desis Disty membuat anak di pangkuannya mengerjabkan matanya lucu.

"Ini Kayla, anak sepupu aku." Mereka semua hanya menganggukkan kepala nya paham. Sedangkan Disty mengedarkan pandangannya ke penjuru cafe mencari sosok yang menemani keponakannya itu.

Namun, saat ingin membuka suara kembali pelayan tadi datang membawakan pesanan mereka kemudian undur diri.

"Nah, ini kenalin temen nya aunty. Yang di samping aunty ini kakak Anti, terus itu kakak Cintia, dan yang itu kakak Naura." Kayla mengerjab lucu menatap satu-satu orang yang nampak asing di sekitarnya. Ia hanya mengangguk kecil sebagai jawaban.

"Kayla kesini sama siapa?" Mendengar pertanyaan Disty sontak mata bulat itu kembali berkaca-kaca. Ia mencebikkan bibirnya menahan isakan yang sebentar lagi akan keluar.

"Sama papa, tapi katanya mau pipis bentar. Tapi Kayla takut sendiri, pas liat aunty, Kayla jadi mau nangis." Sontak ke empatnya terkekeh pelan mendengar suara menggemaskan penuh dengan nada kesal itu. Sangat lucu dengan mata bulat yang berkaca-kaca.

Dengan lembut, Disty meraih ice cream bakarnya dan menaruh di sisi meja lainnya kemudian menarik kursi yang tak jauh darinya dan mendudukkan Kayla di sana.

"Mau makan yang lainnya?" Gadis itu menggeleng pelan dan mulai menyantap Ice cream di depannya dengan binar.

Berbeda dengan dirinya yang tengah memakan ice cream dengan lahap, kini seorang pria berumur dua puluh lima tahun tengah panik menatap meja yang ia duduki bersama sang putri kini telah kosong menyisakan ponsel dan tas kantor serta ransel sang putri di sana. Dengan perasaan kalut ia berjalan menuju meja itu kemudian mengedarkan pandangannya menuju penjuru cafe. Dan betepa lega nya dia saat menatap ujung cafe terdapat sosok yang ia kenal. Ia meraih tas nya serta ransel sang putri beserta handphone nya dan berjalan menuju mereka.

"Disty" panggilnya pelan.

Mereka semua menoleh dan menatap pria itu.

"Papa!!" Seru Kayla turun dari kursinya dan memeluk kaki sang papa. Sedangkan ketiga sahabat Disty terkejut menatap pria yang di panggil papa oleh Kayla itu.

"Eh bang Faza, sini gabung." Ujar Disty dengan senyum kecil.

Sedangkan pria yang di panggil Faza itu hanya mengangguk dan menggendong Kayla membawa gadis mungil itu ke pangkuannya.

"Tadi Kayla takut duduk sendiri. Dia nyamperin aku sama temen aku." Faza menunduk menatap Kayla yang juga mendongak menatap dirinya. Ia mengelus bekas air mata yang ada di pipi gadis itu dengan lembut.

"Makasih ya Ty." Disty hanya mengangguk pelan dan melanjutkan makan siangnya.

Setelah beberapa saat tak ada yang membuka suara, mereka di kagetkan dengan suara pecahan kaca yang berasal dari gadis yang tengah menatap ponselnya.

"Naura kenapa?" Tanya Cintia meraih tangan Naura yang bergetar hebat.

Wajah gadis itu kini berwarna merah padam dengan air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Naura, gadis itu tak bergeming. Ia kembali membaca pesan di ponselnya, dengan cepat dia menekan nomor itu dan.

"Naura, pulang sekarang. Papa kamu meninggal kecelakaan."

Jatuh, Naura terjatuh dengan ponsel nya yang juga meluruh ke lantai membuat ketiga sahabatnya itu panik melihat Naura pingsan dengan air mata yang mengalir di wajah nya.

Mereka semua segera menghampiri Naura dengan cemas. Mereka bertiga berusaha menyadarkan Naura sedangkan Kayla, gadis mungil itu meraih ponsel Naura yang terlempar kearah kakinya. Ia memberikan ponsel itu kepada sang papa. Faza menerima ponsel itu, dan membukanya. Bukan karena dia kurang sopan, tapi Naura pingsan di karenakan sesuatu yang ada di ponsel milik gadis itu.

Abel

Naura pulang cepat!!

Papa kamu meninggal di tabrak mobil

Dengan segera Faza berjalan kearah Naura yang masih berusaha di bangunkan oleh ketiga sahabatnya.

Ia meraih badan Naura ke gendongannya dan menatap Disty.

"Rumahnya di mana?" Tanya Faza pelan. Sedangkan Disty menatap Faza bingung. Pasalnya Faza tidak mengenal Naura, dan kenapa ia dengan lancang menggendong gadis itu? Bukan apa-apa, tapi Naura akan kesal jika ia tau ini.

Melihat kediaman Disty membuat Faza menggeram marah.

"Papanya meninggal Ty." Terkejut, mereka semua terkesiap mendengar suara rendah Faza.

"Apa?"

"Papanya meninggal. Rumahnya di mana!" Faza menatap Disty yang seperti orang linglung.

"Di pinggir kota. Sangat jauh dari sini." Setelah itu mereka berjalan keluar cafe dengan perasaan campur aduk.

Kayla, gadis itu tengah di gendong oleh Disty yang telah pucat mendengar kabar kematian papa Naura.

Faza, Disty, Naura, dan Kayla berada di mobil milik Faza dengan Disty memangku kepala Naura di kursi belakang sedangkan. Sedangkan di mobil Disty terdapat Anti dan Cintia yang mengeluarkan air matanya.

Mereka bertiga sudah sangat dekat dengan keluarga Naura. Terlebih kedua orang tua Naura, jadi mendengar kabar kematian papa Naura membuat mereka juga merasakan kesedihan yang dalam.

Di tengah perjalanan, Naura yang terbaring di pangkuan Disty melenguh pelan. Ia memegang kepalanya yang terasa sakit. Mengernyit pelan dan membuka matanya perlahan.

"Naura kamu nggak apa-apa?" Naura menatap Disty yang juga menatapnya cemas. Ia kembali merasakan sakit yang amat sangat menyakitkan.

Isakan itu kini terdengar membuat Disty meraih tubuh rapuh itu kepelukannya. Sedangkan di kursi depan mereka hanya terdiam seakan mengerti situasinya.

"Pa..hiks.. Papa ku Ty!!" Kembali Naura meraung di pelukan Disty yang juga terisak. Naura adalah sahabatnya, saudaranya, dan kakaknya. Walau hanya beda beberapa bulan, namun Naura sangat lebih dewasa daripada dirinya.

Naura, gadis rapuh yang tangguh. Gadis yang walau bergaul dengan anak orang kaya, namun ia tak merubah gaya hidupnya. Ia gadis sederhana yang baru kali ini Disty melihatnya menangis begitu kerasnya.

Bersambung...

Salam manis:)
@VeNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang