22. Perasaan Naura

2.6K 211 6
                                    

Naura terus mengelus rambut Kayla dengan sayang. Kemarin malam adalah malam terberat Naura selama dua tahun ini. Faza yang bercerita banyak mengenai Kayla, di tambah Faza yang mengatakan jika ingin menjalin hubungan serius dengan nya.

Saat pulang bersama Faza kemarin malam, Naura seolah menghindari Kayla. Semuanya sangat berat dan Naura ingin menenangkan perasaannya saat itu. Ia tak menyangka jika Faza pernah melakukan hal-hal yang tak bermoral itu. Namun, saat ia membaringkan tubuhnya di kasur, ia mendengar sayup-sayup suara tangis Kayla di luar sana.

Rasanya sakit, mendengar tangis Kayla yang terus memanggil-mangil namanya dan suara Faza beserta Disty yang coba menenangkan Kayla. Menepis egonya, Naura menghapus air matanya dan keluar kamar menuju Kayla yang tengah di peluk oleh Faza. Ia bisa melihat setitik air mata yang keluar dari pelupuk mata Faza. Ia bisa melihat raut kekecewaan Disty di sana. Menghiraukan Disty dan Faza, ia meraih Naura yang meraung di pelukan Faza. Ia memeluk gadis mungil itu yang membalas memeluk erat tubuh Naura seolah-olah tak ingin melepaskan Naura.

Mencoba menahan air matanya, Naura menatap Faza dan Disty tersenyum kecil dan berjalan kearah kamar nya kembali.

Ia menidurkan Kayla dan betapa sakitnya hati Naura saat mendengar ucapan lirih gadis mungil itu dalam dekapannya.

"Apa Ka-ayla n-aakal? Kenapa k-kak Naura tidak mau men-njadi mama nya Kayla?"

Mengingat kejadian kemarin malam membuat hati Naura kembali sakit, ia memang sempat menolak Faza. Tapi saat melihat Kayla dan perasaanya saat ini, bukan lega yang ia rasakan melainkan rasa bersalah dan sakit hati.

"Tidur yang nyenyak sayang." Gumam Naura mengeratkan pelukannya pada Kayla.

Ia kemudian menatap langit-langit kamar dan mencoba menenangkan hatinya. Bahkan, Disty pun tak menghubungi Naura setelah kejadian semalam itu. Ia tau Disty kecewa padanya.

Setelah memastikan Kayla tidur dengan benar, Naura beranjak menuruni ranjang untuk keluar kamar. Ia telah membuat keputusan, apakah ini benar atau salah tapi ia berharap semuanya akan baik-baik saja kedepannya, terlebih untuk Kayla.

Naura mengedarkan pandangannya, ia mencari sosok Faza di ruang tamu namun tak di temukan. Kemudian Naura berjalan menuju halaman samping, di sana terdapat Faza yang tengah duduk menatap hamparan rumput dan beberapa mainan Kayla yang masih ada di sana. Setiap weekend begini, memang Faza lebih sering berada di halaman samping terlebih dengan suasana hatinya yang bisa di katakan tidak baik saat ini.

Naura menghela nafasnya menangkan hati dan melangkah menghampiri Faza.

"Pak." Panggil Naura membuat Faza terlonjak kaget dan menoleh kearah Naura.

Canggung. Ya setelah kejadian kemarin malam, Faza maupun Naura tak pernah berbicara. Bahkan saat makan pun, mereka tak membuka suara. Semuanya benar-benar canggung. Dan jujur, Faza tidak menyukai situasi seperti ini.

"Oh Naura, duduk." Naura duduk di dekat Faza. Bangku itu hanya muat tiga orang, jadi jarang antara Faza dan Naura bisa di katakan dekat.

"Kenapa?" Tanya Faza saat Naura masih saja diam tak membuka suara.

"Soal yang kemarin malam," Faza tersenyum kecil melihat Naura yang tak menatapnya. Ia tau itu.

"Nggak apa-apa Naura. Saya tau kamu kecewa, dan saya tau akan susah bagi kamu untuk menerima keadaan saya, terlebih keberadaan Kayla." Ujar Faza lembut sembari menatap kedepan. Melihat Naura, membuat sisi hati nya sakit. Naura, satu-satu nya perempuan yang bisa menembus pertahanan Faza selama ini, satu-satu nya perempuan yang sangat Kayla sayangi. Tapi, apa yang Faza harus lakukan untuk Kayla kedepannya. Apakah Faza bisa melihat kesedihan Kayla yang tak ada Naura di sisinya?

"Saya tau Naura. Dan saya terima semua keputusan kamu."

Faza tak boleh egois. Naura masih sangat muda. Perjalanan gadis itu masih panjang dan Faza tidak akan merusak perjalanan mimpi gadis itu hanya dengan keegoisannya saja. Tidak akan pernah.

"Pak, kenapa bapak mencintai saya?" Alih-alih merespon ucapan Faza. Naura malah melontarkan pertanyaan yang memang sedari kemarin mengganjal hatinya.

Faza menoleh mantap Naura yang kini juga menatap dirinya. Wajah sembab Naura entah mengapa menggemaskan di mata Faza. Faza menggeleng kecil menyingkirkan pemikiran mengenai menggemaskan nya Naura.

"Saya juga tidak tau Naura. Pertama melihat kamu, Kayla sudah sangat menyukai kamu. Katanya, kamu tidak bermuka palsu dan tidak mencoba mencari perhatian dengan saya." Faza terkekeh kecil mengingat ucapan putrinya beberapa bulan yang lalu.

"Kamu tau? Waktu kita duduk di cafe dan mendengar kabar kematian ayahmu, entah kenapa saya begitu peduli dengan kamu sampai-sampai Disty mengatakan saya aneh. Dan seiring berjalannya waktu, saya melihat Kayla yang sering curi-curi pandang dengan kamu, dan saya pun mengerti ia sangat menyukai kamu. Katanya Kayla merasa kalau dia mempunyai sosok ibu bila berada di dekat kamu."

"Tidak di pungkiri Kayla pun juga menjadi sosok alasan saya mencintai kamu Naura, tapi itu adalah seperkian alasan saya. Saya mencintai kamu karena itu adalah kamu, karena kamu adalah Naura Hilinia."

Naura memilin jemarinya, ia menunduk dan menghela nafas. Mendongak menatap Faza yang ternyata juga menatapnya lembut.

"Kejadian dua tahun lalu membuat saya jatuh pak. Saya, tidak mau semuanya terulang seperti itu."

"Soal Kayla, saya tidak membencinya sama sekali. Saya memang menghindarinya kemarin malam, itu karena saya sangat pusing. Cerita bapak mengenai Kayla entah mengapa membuat saya sakit saat menatap binar di mata nya. Mendengar tangis Kayla malam itu, membuat saya sadar yang harus saya hindari itu adalah bapak bukan Kayla."

Faza rasanya tertampar, perkataan Naura seolah membuatnya jauh sekali. Ia menundukkan wajahnya dan bersiap mendengar penolakan Kayla kembali.

"Tapi saya pun juga bisa merasakan penyesalan bapak, rasa bersalah bapak. Saya akan mencoba menerima bapak, saya akan mencoba menjadi sosok ibu sambung Kayla, dan saya akan mencoba mencintai bapak. Saya masih muda pak, dan kita pun sama-sama pernah mengalami hal-hal yang sangat buruk. Jadi mari kita sama-sama memperbaikinya bersama, saya harap bapak yang terbaik."

Bersambung....



Salam manis:)
@VeNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang