Naura menatap Disty yang terus tersenyum kearahnya. Setelah Naura mengutarakan perasaannya dan di hadiai pelukan oleh Faza tadi, Disty tiba-tiba datang membuat Naura malu bukan main. Di tambah, Anti dan juga Cintia yang dalam perjalanan menuju rumah Faza. Kata Disty sih pengen ngadain acara, yahh anak muda.
"Gimana Ra?" Tanya Disty membuat Naura mendengus pelan.
"Apanya Disty?"
"Perasaan kamu? Udah plong? Lega?" Naura meringis melihat antusias Disty. Tapi, tak di pungkiri jika dirinya sudah merasa lega sekarang.
"Kita mau masak apa?" Tanya Naura mengacuhkan pertanyaan Disty tadi. Jika ia meladeni Disty, bisa-bisa perbincangan mereka akan panjang. Dan itu tidak baik untuk kesehatan jantungnya.
"Tunggu mereka datang aja Ra." Naura mengangguk pelan.
"Naura."
Naura dan Disty menoleh kearah tangga. Di sana ada Faza yang tengah mengeringkan rambutnya. Weekend memang membuat Faza memilih untuk mandi tak terlalu pagi.
"Kayla nyariin kamu itu." Naura mengangguk pelan dan berjalan kearah lantai dua dimana kabar gadis mungil itu berada. Sedangkan Faza, ia memilih duduk bersama Disty.
"Gimana bang?" Tanya Disty saat Faza duduk di tempat Naura tadi.
"Apa nya?"
"Naura nya lah." Faza terkekeh pelan melihat muka Disty yang kesal.
"Dia mau nerima Abang. Walau masih agak ragu sih." Ucap Faza sembari menghela nafas pelan.
"Kejadian dua tahun lalu memang membuat Naura tidak terlalu mempercayai siapa pun bang. Tapi, Abang jangan patah semangat. Buat Naura kembali merasakan apa itu cinta. Walau Disty yakin jika Naura pun menaruh perasaan ke Abang."
Faza mengangguk pelan, dan menatap Disty memicing.
"Kamu nggak jatuh cinta kan?" Tanya Faza membuat Disty berdehem pelan. Ia mengalihkan pandangannya kearah minuman yang tadi di siapkan oleh Naura.
"Nggak lah!"
Faza hanya terkekeh pelan melihat gelagat sepupunya itu. Ia yakin jika Disty saat ini sedang merasakan jatuh cinta. Tapi ia memilih untuk diam, biar lah Disty merasakan cinta.
"Temen kamu mau datang?" Disty hanya mengangguk pelan mengiyakan.
Tak lama pun, terdengar suara deru mobil yang di pastikan milik Cintia.
"Disty keluar bentar." Faza melihat Disty yang berlari keluar menggelengkan kepalanya. Ia kemudian beranjak menaiki tangga untuk menemui Naura dan Kayla. Perasaan Faza saat ini sangat bahagia.
"Loh loh kok nangis?" Faza yang memasuki kamar Kayla pun terkejut saat mendapati Kayla yang menangis menatap Naura tajam.
"Kayla kenapa Ra?" Tanya Faza duduk di samping Naura. Naura menatap Faza tajam membuat pria itu mengerjabkan matanya bingung.
"Pak Faza ajarin apa sih sama Kayla tadi?" Tanya Naura membuat Faza tersenyum kikuk. Astaga Faza lupa jika ia tadi membagikan kebahagiaannya bersama sang putri.
"Anu itu, Kayla yang minta Ra." Panggilan Naura tadi ia hiraukan. Untuk saat ini, Faza lebih mementingkan keselamatannya.
"Nggak! Papa tadi yang tanya Kayla kalau kak Naura itu udah jadi bunda nya Kayla ya!! Papa ngomong kalau mulai sekarang Kayla panggil kak Naura itu dengan bunda! Papa sendiri loh yang bilang."
Sontak Faza melotot menatap Kayla yang menatap Naura takut dan menatap Faza dengan tajam. Yakali Kayla mau di jadikan kambing hitam oleh Faza.
"Pak." Panggil Naura menatap Faza.
"Ra, kamu kan sudah setuju. Kamu kan mau jadi ibu sambung Kayla." Kilah Faza menatap Naura.
"Tapi untuk saat ini panggil bunda buat aku itu nggak ya pak. Apa kata orang jika Kayla memanggil aku dengan sebutan itu padahal pak Faza tau jika aku ini pengasuh Kayla." Ucapan Naura sontak membuat Faza menatap tajam kearah Naura.
"Kamu bukan lagi pengasuh Kayla, Naura! Kamu itu kekasih saya, calon ibunya Kayla!"
Menggelikan, iya Naura tau jika ucapan Faza bisa di katakan menggelikan. Namun, Naura hanya diam.
"Beneran kak Naura? Kak Naura pacar papa? Mau jadi bunda nya Kayla?" Celetuk Kayla yang menatap Naura dengan binar membuat keduanya mengalihkan tatapan kearah gadis mungil itu yang kini beranjak memeluk perut Kayla.
"Beneran?" Tanya nya sekali lagi.
Naura menatap Faza kemudian mengelus wajah Kayla yang masih ada sisa-sisa air matanya.
"Nanti sayang. Tapi, untuk saat ini Kayla harus panggil kak Naura tetap seperti biasa ya."
"Kenapa?"
"Karena kak Naura kan belum jadi istrinya papa sayang." Sontak pipi Naura memerah mendengar ucapan Faza.
Faza yang melihat itu maju dan memeluk keduanya dengan lembut. Faza bisa merasakan keterkejutan Naura, namun ia hiraukan karena memeluk Naura dan Kayla adalah hal yang sangat menyenangkan.
Kemudian ia menunduk dan membisikkan sesuatu kepada Naura.
"Mas, Naura. Bukannya tadi mas bilang kan?
Naura hanya diam dan mengeratkan pelukannya pada Kayla, ia memejamkan matanya merasakan sensasi yang luar biasa ini. Bahkan ia melupakan jika pintu kamar Naura yang terbuka dan memperlihatkan ketiga sahabatnya yang menatap pemandangan itu dengan terkejut.
Disty berdehem pelan membuat Faza dan Naura segera melepas pelukannya.
"Maaf nih ganggu. Tapi waktunya masak." Faza menoleh kearah Naura yang menatap ketiga nya dengan terkejut dan merasa malu. Ia tersenyum kecil dan meraih Kayla kemudian berjalan keluar kamar, memberikan waktu pada Naura dan teman-teman nya.
"Aku ngelewatin sesuatu!"
Cintia segera berlari menuju Naura yang masih diam menatap mereka. Ia duduk dan memukul pelan lengan gadis itu membuat sang empunya tersadar.
"Kamu ada hubungan sama sepupunya Disty?" Pertanyaan Anti membuat Naura bingung. Mau bohong pun sudah ketahuan. Ia menatap Anti dan Cintia yang masih kaget, sedangkan Disty tersenyum lebar.
"Kenapa? Gimana?" Tanya Cintia menatap Naura dengan menggebu.
"Panjang Tia ceritanya. Intinya, kemarin malam pak Faza ungkapin perasaannya sama aku." Perkataan Naura sontak membuat Anti dan Cintia pun kembali kaget.
"Ihh kok nggak ngasih tau dulu sih?" Naura hanya tersenyum menatap Cintia yang kembali memukul lengannya.
"Kemarin malam bukan waktu yang tepat untuk aku ceritakan masalah itu Tia. Kemarin malam adalah malam yang berat bagi aku. Pak Faza, banyak cerita sama aku dan membuat aku bingung dengan perasaan aku juga. Terlebih kejadian dua tahun lalu membuat aku takut untuk membuka hati kembali, namun aku sadar mau sampai kapan kan? Jadi pagi tadi aku tanya kepada pak Faza kalau aku mau memulai nya kembali, dan kalian tau kalau aku pun menaruh perasaan ke padanya."
Bersambung....
Salam manis:)
@VeNhii
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...