2. Yang terwujud

6.5K 341 0
                                    

Di sebuah rumah minimalis yang ada di sebuah pinggir kota. Terdapat empat remaja yang tengah menatap laptop dengan perasaan deg-degan . Hari ini, hari penentu, hari di mana pengumuman lulus atau tidaknya mereka di universitas favorit mereka masing masing.

"Ok!! Kita barengan aja nekannya." Keempatnya mengangguk dengan perasaan yang sangat campur aduk. Dengan hitungan ketiga mereka menekan enter yang ada keyboard dan cepat. Dan teriakan histeris terdengar di penjuru rumah menyebabkan wanita paruh baya yang tengah menonton acara televisi menoleh kaget.

"Astaga kalian ngagetin!" Mereka tak menghiraukan itu.

Rasa sedang dan haru kini mendominasi diri mereka. Berpelukan erat dan menangis yang mereka lakukan.

"Astaga!!! Aku lulus!!! Ibuuuu..." Pekikan itu di Sergai dengan air matanya. Rasa syukur tak terbendung lagi.

Lulus di universitas ternama di ibukota, dengan beasiswa yang akan menanggung uang semester sampai dia wisuda, di tambah lagi universitas ini lah yang menjadi incarannya kala masih duduk di bangku SMA.

"Aku juga. Pokoknya kita harus sama sama terus nggak mau tau." Mereka mengangguk antusias membuat wanita paruh baya itu menggeleng pelan.

Salah satu dari mereka berlari ke arahnya dan memeluk dirinya erat.

"Ibu aku lulus, aku di terima di jurusan Manajemen Bu." Ucapnya yang masih tidak percaya dengan apa yang di liatnya tadi.

Bukan apa-apa, universitas itu termasuk universitas nya anak dari orang kalangan atas. Sangat susah untuk dirinya untuk lolos dengan mengandalkan kecerdasan nya saja.

Berbeda dengan ketiga temannya itu, mereka memang selalu sama. Tapi, level perekonomian mereka sangat-sangat lah jauh.

Disty, anak seorang dosen yang yang memang mengajar di universitas tempat mereka mendaftar. Jadi dia akan sudah yakin jika gadis itu akan di terima di sana.

Anti, gadis ceplas-ceplos itu merupakan anak dari dekan salah satu fakultas yang ada di universitas yang sama dengan papa Disty tadi.

Cintya, gadis yang tak beda jauh dengan anti itu merupakan anak dari pasukan Kopassus yang ada negeri ini.

Mereka semua dari keluarga terpandang, sedangkan dirinya hanya anak seorang ayah yang mengabdi di sekolah dasar, sedangkan ibunya membuat toko kecil-kecilan di depan rumah.

Sebenarnya, ia masih bingung. Kenapa bisa mereka semua mau berteman dengan dirinya yang notabe nya sangat jauh di bawah mereka. Namun, jauh dari itu ia sangat bersyukur memiliki ketiga nya yang sangat peduli dengan dirinya.

"Jadi kapan kita pergi lihat-lihat kampus?" Disty menatap binar kearah mereka semua, gadis itu sangat tidak sabar melihat kampung mereka impikan itu.

"Kita pergi lusa aja gimana? Sekalian aku mau nyari kost-kostan yang dekat kampus." Ketiganya saling pandang mendengar ucapakan Naura barusan. Ya, Naura Hilinia gadis yang entah mengapa bisa berada di antara anak anak kalangan atas ini.

"No!! Kamu nggak usah tinggal di kost-kostan. Kamu bisa tinggal di rumah ku." Naura menggeleng mendengar penuturan Disty dan menatap gadis itu tajam.

"Nggak ya Ty, aku nggak mau tinggal di rumah mu atau kalian berdua. Nggak mau nyusahin kalian," Ujar Naura dengan pelan. Memang pasti dia akan menyusahkan ketidak sahabatnya nantinya. Karena jika dia sudah tinggal di salah satu rumah mereka, semua kebutuhannya pasti akan mereka tanggung semua. Dan itu Naura tidak akan mau.

"Ihh apaan sih, nggak ada kok yang merasa di susahkan. Apa gunanya kita coba yang punya tempat tinggal di sana kalau kamu masih ngekost." Anti melotot menatap Naura.

"Iya Ra, yakali kita biarin kamu tinggal sendiri di tengah kota tanpa ada kita." Sekarang Cintia yang membuka suara. Sedangkan Naura tetap kekeuh untuk tidak tinggal di rumah mereka.

"Udah, Naura biarkan saja dia tinggal di kost nak. Biarkan dia mandiri, tante juga bakalan tidak enak sama orang tua kalian jika Naura terus menyusahkan kalian." Mereka menatap ibu Naura yang membuka suara. Jelas, wanita paruh baya itu juga tidak akan nyaman jika Naura akan tinggal di salah satu rumah sahabatnya.

"Ihh nggak kok Tante. Mama sama papa udah ijinin kok, kata mama nggak apa apa. Biar rumah makin ramai." Naura menatap Disty dengan kesal. Memang di antara keempat nya, Disty lah yang paling tidak mau di bantah.

"Iya Tante. Anti juga udah bilangin mama kok."

"Cintia juga Tante. Mama malah seneng." Naura menghela nafas kasar.

"Tapai bagaimana pun ibu nggak ijinin. Kalau untuk nginap beberapa hari akan ibu ijinin. Tapi, ini waktu lama loh. Bertahun-tahun dan ibu mau Naura mandiri mulai sekarang." Naura mengangguk menyetujui perkataan sang ibu.

Memang benar, kedua orang tua mereka menyukainya. Tapi, bukan berarti Naura akan memanfaatkan hal itu untuk memperoleh hidup enak di hari kemudian.

Ia cukup tau diri jika dia bukan siapa-siapa bagi mereka. Walau dekat, namun jika bertingkah seolah-olah dia adalah keluarga dekat makan lambat laun pasti ada rasa tidak nyaman yang akan di alami oleh keluarga sahabatnya. Dan Naura tidak mau itu terjadi.

Dia sudah merencanakan hal ini jauh-jauh hari. Dia akan hidup mandiri di kota. Ia akan menyewa kost-kostan yang ada di sekitar kampus. Soal sahabatnya dia takan melarang mereka untuk berkunjung setiap hari.

"Yaudah kalau gitu aku bakal ngekost juga!" Naura melotot menatap Anti yang bersedekah dada menatapnya.

"Aku juga!" Naura mendengus kesal menatap Disty dan Cintia yang ikut ikutan.

"Heh nggak ada ya ngekost-ngekost segala. Pokoknya aku nggak mau kost satu sama kalian. Pokoknya kalian tinggal di rumah kalian masing-masing aja." Disty mencibir pelan.

"Kita jauh-jauh kesini ya bukan ingin dengar itu. Kita tuh memang mau ngajak kamu tinggal sama kami."

"Nggak ada! Pokoknya aku mau tinggal sendiri!" Balas Naura menatap ketiga gadis itu dengan kesal yang di tatap pun juga menatap Naura dengan tatapan tak kalah kesalnya.

"Intinya aku mau tinggal sendiri!!" Lanjutnya dan bangkit menuju kamar yang tak jauh dari mereka.

Sedangkan ketiga gadis itu meneriakinya dengan kesal yang membuat wanita paruh baya yang diam sedari tadi tertawa pelan melihat interaksi mereka.

Bersambung....

Salam manis:)
@VeNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang