15. Cerita Disty

2.8K 219 1
                                    

Naura dan Faza diam. Mereka tak ada yang membuka suara. Sekarang mereka duduk di ruang tamu, sedangkan Kayla sudah Naura tidurkan beberapa menit yang lalu.

"Kenapa pak?" Tanya Naura menunduk. Jujur, saat ini ia marah. Ia sangat panik mendengar Kayla yang sakit, tapi semua itu hanya kebohongan Faza saja.

"Maaf Ra, Naura terus nyariin kamu. Dia beneran nangis tadi. Nggak tau kenapa Kayla makin kesini makin ngerepotin kamu." Faza menghela nafas kasar.

Beberapa jam yang lalu Kayla memang terus menanyakan Naura. Gadis itu tidak mau tidur jika Naura tidak ada bersamanya membuat Faza pusing. Dengan terpaksa, Faza menelfon Naura dan berbohong kepada gadis itu.

"Saya nggak bahas masalah Kayla yang ngerepotin saya pak. Saya nggak masalah dengan itu. Yang saya permasalahan kenapa bapak tega umpanin anak bapak? Bapak mengatakan Kayla sakit padahal dia sehat."

Faza menatap Naura dengan tajam. Ia tidak pernah menjadikan putri nya sebagai umpan untuk membuat Naura ada di rumah ini.

"Saya nggak ngumpanin anak saya Naura. Kalau tadi saya bilang Kayla ingin ketemu sama kamu tanpa mengatakan kalau dia sakit, kamu mau? Apa kamu bakal ada di sini sekarang?"

Naura terdiam mendengar suara dingin Faza, untuk pertama kalinya ia mendengar Faza berbicara seperti ini kepadanya.

"Pak saya nggak mak-"

"Saya nggak ada niatan untuk jahatin kamu Ra apalagi anak saya. Tadi saya benar-benar pusing dengan Kayla yang terus saja menangis pengen ketemu sama kamu."

Naura menghela nafasnya kasar. Apa-apaan ini? Niatnya dia yang ingin marah tapi kenapa dia malah tak bisa membalas ucapan bosnya?

"Sekali lagi saya minta maaf karena bohongin kamu. Tapi niat saya memang hanya untuk Kayla, saya nggak ada niat macam-macam Ra."

"Dan makasih, karena kamu Kayla udah tidur. Kamu mau pulang?"

Naura mengangguk dan meraih dompet dan handphone miliknya di meja.

"Kak Naura jangan pergi." Mereka berdua sontak menoleh arah tangga dan mendapati Kayla memeluk boneka beruangnya di sana.

"Jangan tinggalin Kayla." Faza menghela nafasnya pelan dan berjalan menuju Kayla. Ia meraih gadis mungil itu ke gendongannya dan duduk di sofa kembali.

"Kak Naura harus istirahat nak." Faza mengelus puncak kepala Kayla dengan sayang.

"Yaudah di sini aja Pa, sama Kayla." Naura meringis pelan. Mana mungkin?

"Kakak harus pulang Kay. Besok kan kakak mau ke kampus." Kayla menggeleng pelan dan turun dari pangkuan Faza. Ia berjalan menuju Naura dan memeluk gadis itu yang masih duduk.

"Nggak mau!! Kak Naura di sini aja." Naura menghela nafas pelan. Ia menoleh kearah Faza yang juga menatapnya.

"Kayla, biarin kak Naura pulang ya?" Faza mencoba membujuk Kayla, namun gadis mungil itu menggeleng dengan keras.

Alhasil, dengan terpaksa Naura harus menginap di rumah Faza malam ini. Perdebatan mereka sangat panjang sampai-sampai mereka lupa jika waktu sudah menunjukkan pukul 22.42 menit.

Saat ini Naura tengah menunggu Disty, memang gadis itu mengiyakan untuk menginap dengan syarat harus ada Disty yang menemani. Mau pulang pun sudah ia pastikan pagar kostnya pasti sudah tertutup.

Selang beberapa menit, terdengar suara klakson di luar pagar. Naura berjalan dan membuka pagar dengan kunci yang di berikan oleh Faza tadi. Setelah mobil Disty masuk, ia segera menutup pagar dan menguncinya.

"Kenapa bisa ada di sini Ra?" Tanya Disty saat mereka memasuki rumah.

Tadi saat Naura menelfon gadis itu, Disty terkejut mendengar permintaan Naura untuk menemaninya di rumah Faza. Pasalnya setau Disty, mereka tidak dekat.

"Kayla Ty, nggak biarin aku pulang." Walau masih terasa janggal, Disty hanya mengangguk saja. Mereka berjalan menuju lantai dua. Lebih tepatnya ke kamar Kayla.

"Aunty"

"Loh kok belum tidur Kay?" Tanya Disty melihat Kayla yang berbaring menghadap pintu kamar.

"Tunggu kak Naura." Naura menggeleng pelan dan tersenyum ia duduk di samping Kayla dan mengelus puncak kepala gadis itu. Disty hanya tersenyum dan berjalan kearah kamar mandi untuk cuci muka dan kakinya.

"Yaudah, sekarang kamu tidur ya." Kayla mengangguk dan menarik lengan Naura untuk ikut tidur bersamanya. Naura pun masuk kedalam selimut dan mengelus punggung Kayla dengan lembut.

Disty yang baru saja keluar kamar mandi pun menatap kedua manusia itu yang tengah tertidur pulas tersenyum lebar. Ia kemudian berjalan keluar kamar. Di sana, terdapat Faza yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Bang." Faza menoleh dan mendapati Disty berjalan kearahnya.

"Disty mau bicara." Mereka berjalan menuruni tangga menuju lantai satu.

"Di ruang makan ya Ty, Abang mau buat kopi." Disty mengangguk dan mereka menuju ruang makan.

"Abang duduk, Disty bikinin." Setelah membuat kopi dan meletakkannya di depan Faza, ia kemudian duduk di samping pria itu.

"Mau ngomong apa?" Tanya Faza menyeruput kopi nya.

"Naura kenapa ada di sini bang?"

"Kayla nyariin Naura terus. Dia nggak mau tidur dan bikin Abang pusing. Makanya Abang telfon Naura untuk datang. Tadi waktu Naura mau pulang, Kayla nggak biarin pulang." Disty mengangguk pelan dan menghela nafas pelan.

"Bang, jangan coba manfaatin Naura." Faza mengerutkan keningnya menoleh menatap Disty yang menggenggam cangkir kopi miliknya.

"Abang nggak manfaatin Naura Ty."

"Disty tau Bang."

"Naura mungkin kelihatan baik-baik saja Bang. Tapi nyatanya gadis itu tidak sebaik dan sekuat itu." Disty menyeruput kopi miliknya dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Faza terdiam menunggu kelanjutan ucapan Disty.

"Dua tahun lalu, Naura tunangan bang." Faza tersentak kaget mendengarnya. Bahkan, pria itu meletakkan kembali secangkir kopinya yang hampir saja ia minum itu.

"Tunangan?" Disty mengangguk pelan dan menghela nafasnya.

"Tapi pas hari H nya, tunangan Naura tiba-tiba hilang Bang. Katanya Akbar-tunangan Naura- pergi dari rumah sejam sebelum pertunangan di mulai. Ia lari bersama teman baik Naura. Abang bayangkan, usia Naura yang tujuh belas tahun itu mengalami hal-hal yang sangat berat. Naura bahkan sempat mencari Akbar dan Nina saat itu, ia terus mengelak jika teman baiknya dan pacarnya sendiri membuat hal-hal seperti itu. Sampai akhirnya, Naura mendengar jika Akbar dan Nina menikah satu tahun yang lalu, dan itu membuat Naura terpukul, karena Naura, masih mempunyai perasaan kepada Akbar." Faza hanya terdiam. Kenyataan jika Naura pernah mengalami hal seburuk itu membuat sisi lain dirinya bergemuruh.

"Disty mengatakan ini karena Disty tau, Abang menaruh perasaan kepada Naura. Dan Disty harap, Abang nggak akan nyakitin Naura sama seperti apa yang di lakukan Akbar dua tahun lalu."

Bersambung....

Salam manis:)
@VNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang