Semenjak Disty bercerita masa lalu Naura, Faza kini lebih sering memperhatikan gadis itu. Setiap Naura bermain dengan Kayla, mengantarkan pesanan kepada pelanggan, menidurkan Kayla, bahkan bagaimana gadis itu tersenyum. Demi apapun Faza sama sekali tidak menyangka jika gadis ceria itu ternyata menyimpan kenangan yang pahit. Pantas saja, setiap ada yang mendekati, Naura hanya menanggapi dengan biasa saja.
"Kak, Kayla nggak bisa." Faza terus memperhatikan dua gadis yang berbeda usia itu.
Hari ini Faza akan menghabiskan waktunya dia cafe. Untuk masalah kantor ia percayakan kepada asistennya.
"Lipat yang kanan dulu, terus yang kiri Kay." Naura memberikan contoh kepada Kayla yang menatap lipatan origami di tangan gadis itu.
Saat ini mereka berada di ruangan Faza, dan itu dengan paksaan Kayla. Sepulang sekolah Kayla langsung menuju cafe untuk bertemu Naura. Dikarenakan Naura tadi hanya ada kelas pagi, membuat ia berada di cafe sekarang ini.
Kayla mencoba meniru cara Naura yang melipat origami tadi. Namun bukan nya kertas origami itu berbentuk kupu-kupu malah menjadi segumpal kertas yang kusut. Kayla tampak kesal. Ia melempar gumpalan kertas itu asal.
"Kok Kayla nggak bisa sih kak? Padahal besok Kayla ada praktek di sekolah." Suara Kayla melemah mengingat besok di kelasnya ada praktek.
"Harus bisa dong Kay. Ayok coba lagi, kok nyerah sih." Naura memberikan selembar kertas origami berwarna kuning kepada Kayla. Dengan malas gadis mungil itu menerima kertas itu.
Naura mencolek hidung Kayla gemas.
"Kok gitu sih. Semangat dong." Naura tersenyum melihat tingkah Kayla. Selang beberapa menit, Kayla menguap dan bangkit menuju Naura. Ia memeluk leher Naura dan berbisik di telinga Naura.
"Ngantuk."
Naura terkekeh kecil dan menoleh ke arah Faza yang sedari tadi menatap mereka berdua. Faza gelagapan saat melihat Naura menoleh kearah nya. Ia segera mengalihkan perhatiannya kepada komputer di atas meja kerja pria itu.
"Saya mau tidurin Kayla pak." Faza menoleh dan menganggukkan kepalanya. Setalah melihat Naura menuju kamar kecil di ruangan Faza, ia menghela nafas pelan. Hampir saja, hampir saja ia ketahuan.
Ada hal yang mengejutkan untuk Faza hari ini. Selama beberapa bulan ini, Faza baru mengetahui apa yang di alami Naura di cafe. Ia menghela nafasnya pelan.
Seharusnya ia tau apa yang akan terjadi pada Naura jika ia terlalu membiarkan Kayla dekat pada gadis berusia sembilan belas tahun itu. Dengan jam kerja yang kurang dari karyawan lain pasti membuat Naura merasa tidak enak dan mendapat perlakuan berbeda dari beberapa karyawan cafe.
Faza yang masih dalam dunianya tak sadar jika saat ini Naura telah keluar dari kamar itu dan menutup pintu pelan. Gadis itu berjalan menuju Faza untuk pamit kebawah melanjutkan pekerjaannya.
"Pak."
Faza tersentak kaget dan menoleh kearah Naura yang juga bingung menatap Faza.
"Iya?"
"Saya pamit kebawah dulu pak. Mau lanjut kerja." Naura membungkuk sebentar dan berjalan menuju pintu.
"Naura." Naura menghentikan langkahnya dan menoleh kearah Faza.
"Saya mau bicara sebentar." Naura menatap Faza bingung. Ia berjalan menuju sofa yang ada di pojok ruangan dengan Faza yang berjalan lebih dulu.
"Duduk Ra." Gadis itu mengangguk pelan dan duduk di depan Faza yang kini terlihat serius.
"Ada apa pak?" Tanya Naura saat Faza tak kunjung berbicara, hanya helaan nafas yang keluar dari pria itu.
"Maaf sebelumnya Ra. Tapi sepertinya saya harus memberhentikan kamu sebagai pelayan cafe."
Rasanya Naura ingin menangis. Ia tersentak kaget dan menatap Faza yang juga menatapnya. Tangan gadis itu bergetar mendengar ucapan Faza. Ada apa ini? Apa Naura telah melakukan kesalahan? Apa ia sudah membuat kesalahan fatal sampai-sampai Faza memecatnya?
"Maksud bapak saya di pecat? Tapi kenapa pak? Apa saya sudah melakukan kesalahan?" Pertanyaan bertubi-tubi itu membuat Faza meringis. Ia menegakkan tubuhnya dan berdehem pelan.
"Saya tanya sama kamu. Kamu nyaman dengan bekerja di sini?" Naura langsung saja menganggukkan kepalanya.
"Lalu bagaimana dengan perlakuan beberapa pelayan dan koki, Naura? Apa kamu merasa nyaman dengan omongan mereka yang mengatakan jika kamu adalah simpanan saya?" Naura tertegun. Ia terdiam mendengar ucapan Faza.
Semuanya, Naura simpan dengan rapat. Selama beberapa bulan ini Naura diam dan berusaha menulikan pendengarannya saat beberapa teman kerjanya yang dengan terang-terangan bercerita tentang dirinya. Ia kadang ingin menimpali dan membuat mulut mereka bungkam, namun Naura sadar jika ia membuat masalah ia akan di pecat. Ingin melakukan pembelaan, itu tidak mungkin karena Naura hanya sendiri dan ia tak mempunyai bukti nyata. Akhirnya Naura diam saja membiarkan mereka bercerita buruk tentang dirinya. Lagi pula Naura sangat membutuhkan uang tambahan saat ini.
"Kenapa kamu diam Naura? Apa kamu nyaman dengan gosip yang beredar itu?" Naura menundukkan kepalanya saat Faza menatap tajam kearah dirinya.
Ia meremas jari-jari tangan nya dan menggeleng pelan.
"Lalu kenapa kamu tidak memberi tahu saya?" Lagi, Naura hanya bisa diam.
Lagi pula, Faza akan berbuat apa jika Naura memberi tahu pria itu dari awal? Apa Faza akan mempercayai nya? Itu mustahil mengingat Naura hanyalah orang baru.
"Maaf pak." Faza menghela nafas pelan. Menatap Naura yang masih menundukkan wajahnya.
Jika saya Kayla tidak mendengar pembicaraan beberapa karyawan yang menggosipkan dirinya dan Naura, ia tidak akan tau jika selama ini Naura mendapat perlakuan buruk di cafe miliknya. Ya, bocah enam tahun itu menguping pembicaraan beberapa karyawan saat ia ingin memanggil Naura di dapur.
"Saya akan tetap memberhentikan kamu Ra. Tapi, Kayla menginginkan kamu jadi pengasuhnya." Lagi-lagi Faza menggunakan nama Kayla untuk masuk kedalam kehidupan Naura.
Naura mendongak kaget dan menatap Faza.
"Maksudnya Pak?"
"Kayla, kamu tau anak itu sangat menyukai kamu Ra. Dan saya juga bisa melihat kalau kamu menyayangi Kayla. Hari ini pengasuh Kayla memilih untuk berhenti kerja karena bulan depan dia akan menikah. Dan Kayla, hanya menginginkan kamu yang menggantikan nya."
"Saya harap kamu mau Ra. Melihat Kayla yang sangat memohon kepada saya tadi membuat saya tidak bisa menolak permintaan Kayla."
Bersambung....
Salam manis:)
@VeNhii
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...