3. Diantara Berlian

4.8K 279 1
                                    

Tepat dua hari setelah pengumuman kelulusan Naura dan ke tiga sahabatnya, mereka kini tengah dalam perjalanan menuju universitas yang memang sangat jauh dari rumahnya. Tadi, pagi sekali ia berangkat dari rumah menuju rumah Disty karena mereka memang akan kumpul di rumah gadis itu untuk pergi bersama.

Dan di sinilah mereka, didalam mobil yang tidak ada hening-heningnya sama sekali. Mereka ber empat sangat antusias menceritakan apa yang akan mereka lakukan kedepannya. Terlebih Naura yang memang akan mengalami hidup barunya, jauh dari keluarga dan pastinya akan hidup mandiri.

"Pokoknya nanti kalau di kampus harus bareng-bareng terus!" Celetuk Anti yang duduk di samping kemudi. Sedangkan Disty yang duduk di kemudi mengangguk semangat.

"Iya, dan pokoknya nanti kalau ada yang suka sama kita. Kita harus minta pendapat masing-masing! Jangan ada yang saling melupakan." Timpal Cintia yang bersandar di bahu Naura. Mereka ber empat kini menerawang bagaimana kehidupan mereka yang akan menjadi mahasiswi.

Setelah beberapa menit membelah ibu kota yang macetnya luar biasa, mereka akhirnya memasuki pekarangan kampus yang luasnya membuat Naura melongo.

Naura memang sering melihat kampus ini, namu hanya di layar hp nya saja. Siapa sangka kampus ini sangat indah dan luas saat di lihat secara langsung? Ia berdecak kagum membayangkan dirinya akan menjadi salah satu mahasiswi yang akan mengenyam pendidikan di kampus megah ini.

"Keren banget!" Ungkapnya sembari menuruni mobil Disty.

Mereka semua mendongak menatap berapa tingginya bangunan yang ada di depan mereka. Terik matahari dan angin berhembus tak membuat Naura terganggu akan keindahan bangunan kokoh di depannya.

"Mau masuk?" Tanya Disty menatap ketiganya.

"Emang boleh?" Disty tertawa pelan sembari merangkul Naura.

"Ya iyalah Ra. Ini tuh kampus bukan SMA, jadi kita bebas masuk." Naura menatap Disty senang dan menganggukkan kepalanya.

"Kuy, sekalian mau apelin cogan ber- jas putih." Cintia sontak mendapat toyoran dari Anti. Pasalnya cogan yang di maksud Cintia adalah papa muda yang memang menjadi incaran mahasiswi di universitas kedokteran, dan jangan lupakan ia juga mempunyai istri yang juga merupakan dosen di fakultas ekonomi.

"Mau jadi pelakor?" Cetus Anti menatap tajam Cintia.

"Heh mana ada!" Cintia mendengus pelan dan menarik lengan Anti dan Disty di ikuti oleh Naura yang di rangkul oleh Disty untuk masuk menyusuri gedung kampus yang megah.

Baru saja menginjakkan kaki di koridor kampus membuat Naura ingin berteriak kesenangan melihat bagaimana indah dan bersihnya kampus ini. Sudah ku bilang bukan jika kampus ini adalah kampus orang orang kalangan atas?

Fasilitas di kampus ini jangan di tanya kan lagi. Selain bahan dan peralatan praktek yang lengkap bahkan amat lengkap, kampus dengan tiga lantai ini memiliki kantin di setiap lantainy. Gedung kampus ini jika di lihat dari luar akan seperti tempat yang tertutup. Tapi jika sudah melewati pintu utama, kalian akan di suguhkan pemandangan asri. Dengan lapangan yang luas, depan belakang dan kanan kiri gedung, dan setiap lantainya yang sangat-sangat luas.

Naura terus berdecak kagum di rangkulan Disty. Sedari tadi kepalanya menoleh ke sana kemari untuk melihat seisi kampus. Tak banyak dari senior-senior mahasiswa yang menatap mereka. Siapa yang tidak kenal dengan Cintia? Seorang anak anggota kopassus yang ibunya adalah seorang model majalah ternama di indonesia?

"Keluar ntar mata mu Ra." Naura tersontak kaget mendengar Cintia yang menatapnya geli. Sedari tadi, Naura hanya fokus pada interior kampus yang megah ini tanpa tahu jika mereka sudah berada di sebuah kelas manajemen bisnis tempat ia akan bertempur kedepannya.

"Woaahhhh keren banget!" Decaknya kagum melihat apa yang ada di depannya. Setiap jurusan memang di bebaskan untuk memberi tema tersendiri. Mereka akan membuat ciri khas kelas mereka sendiri agar mereka merasa nyaman selama belajar.

Di depannya, terdapat kulibel-kulibel ala ala sebuah kantor. Jurusan manajemen ini memang terbuka, mereka mengambil stengah dari lantai dua untuk mereka jadikan kelas. Hanya ada sekat-sekat antar kelas manajemen saja, jadi mereka akan merasakan angin dan dapat melihat aktifitas dari gedung seberang sana.

"Gimana? Seneng nggak?" Tanya Anti yang di jawab oleh anggukan Naura. Senyum manis tak pernah luntur dari wajahnya.

"Oke, sekarang kita lihat fakultas ku yuk." Mereka kemudian berjalan menuju seberang gedung di mana terdapat banyak mahasiswa berjas putih yang berlalu lalang dengan sneli di leher mereka masing-masing.

Di sana, memang mempunyai peraturan khusus, setiap Senin sampai Rabu mereka akan di wajibkan menggunakan jas dokter dan sneli mereka. Namu, di hari Kamis sampai Sabtu mereka akan bebas menggunakan pakaian apa. Yang penting masih dalam kategori sopan.

Setelah melihat jurusan kedokteran, mereka kemudian berjalan kearah selatan. Dimana jurusan komputer berada. Yup Disty dan Cintia memutuskan mengambil jurusan itu. Mereka berdua sangat tergila-gila dengan komputer terlebih Disty yang sangat ingin menjadi seorang cyber.

"Keren banget kampusnya." Gumam Naura yang duduk di samping Cintia.

Kini mereka sudah kembali ke mobil. setelah puas melihat-lihat kampus, mereka ber empat memutuskan untuk berkeliling sembari mencari-cari kontrakan yang akan di tempati Naura nantinya.

"Emang Ra. Tapi itu baru beberapa bagian. Di belakang kampus itu terdapat ruang praktek antar fakultas loh." Balas Anti menoleh kearah Naura.

Setelah hampir dua jam mencari kontrakan yang menurutnya aman dan layak, mereka kini berbelok arah menuju cafe yang tak jauh dari kontrakan itu untuk mengisi perut, mengingat mereka belum makan dari tadi.

"Kalian makan apa?" Tanya Disty menatap buku menu di tangannya.

"Bakso keju sama es cream bakar."

"Nasi goreng sama lemon thea"

"Aku juga samain Naura aja." Disty mengangguk pelan dan menyerahkan buku menu itu kepada pelayan di sampingnya.

"Bakso keju satu, ice cream bakarnya satu, nasi goreng tiga, dan lemon thea nya tiga ya mbak. Cumi crispy nya juga ya mbak satu porsi." Pelayan tersebut mengangguk pelan dan meninggalkan mereka untuk menyiapkan pesanannya.

Sembari menunggu pesanan yang datang, mereka bercerita dan berfoto untuk di simpan jadikan kenang-kenangan. Katanya setiap moment harus di abadikan, itulah Cintia.

"Auntyy,..."

Bersambung....

Salam manis:)
@VeNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang