Genap satu bulan Naura berkerja di cafe milik Faza. Selama itupun ia merasa tidak enak hati kepada karyawan-karyawan lainnya karena mereka di istimewa kan? Ahh entahlah, namun dengan hadirnya Naura di cafe itu membuat Kayla setiap hari selalu datang dan memintanya untuk menemani gadis mungil itu.
Pagi tadi Naura sudah mendapatkan gaji pertamanya. Ia tersenyum melihat uang yang ada di rekeningnya. Tidak banyak sih, namun cukuplah untuk ia pake bayar kost dan ia pake untum cicil ke tiga sahabatnya itu. Sedangkan uang yang dikirim ibunya, akan ia tabung.
Hari ini pelanggan cafe cukup banyak, mengingat hari ini tanggal merah membuat ia tidak ke kampus dan memutuskan untuk seharian berada di cafe. Lumayan ia akan dapat gaji tambahan nantinya.
Pintu masuk terbuka dan disana terdapat Disty, Anti, dan juga Cintia yang memang sering mengunjungi cafe ini.
"Naura!" Anti melambaikan tangannya mengangguk Naura membuat gadis itu tersenyum kecil.
"Kalian mau pesan apa?" Tanya Naura dengan buku kecil dan pulpen yang ada di tangannya.
"Kamu sibuk?" Naura mengangguk membuat Cintia cemberut.
Buka apa-apa, hanya saja setiap tanggal merah atau weekend mereka biasanya habiskan untuk kumpul bareng dan ngabuburit bareng. Namun, setelah Naura kerja, mereka sudah tidak pernah melakukannya lagi. Bahkan bertemu pun sangat jarang itupun hanya di kampus dan ketika mereka mengunjungi gadis itu di cafe seperti saat ini.
"Yaahhh padahal pengen kumpul."
"Ini udah kumpul."
"Beda Naura!!" Naura hanya tertawa pelan melihat muka tak bersahabat ketiganya.
"Ihh cepetan pesan dong. Aku sibuk ini, pelanggannya banget banget." Naura mengedarkan pandangannya dan pelanggan cafe pun kian bertambah.
"Yang biasa aja deh." Naura menatap ketiganya dengan tatapan sendu.
Naura tau, mereka kesini bukan tujuan untuk makan atau seperti orang-orang yang ada di dalam cafe. Mereka hanya ingin menemui Naura.
"Maaf dan makasih ya." Ucap Naura tersenyum lembut dan beranjak menuju dapur untuk menyiapkan pesanan mereka. Setelah menyerahkan pesanan kepada koki, ia kemudian keluar dan menghampiri meja yang baru terisi itu.
Ia melap peluh di sekitar leher dan keningnya. Bersandar di dinding pembatas antara dapur dan jejeran meja pengunjung. Ia capek, sangat malah. Namun, ia tak boleh menyerah hanya karena rasa capeknya.
Rasanya Naura ingin menangis mengingat sangat sulit mencari uang, dimana orang tuanya yang selalu mengatakan bahwa Naura hanya boleh memikirkan sekolahnya dan mereka yang mencari biaya untuk itu.
"Kak Naura!" Naura menoleh kearah meja Disty dan tersenyum lebar mendapati Kayla dengan tas forzen di punggung gadis itup.
Ia berjalan menuju Kayla dan mengusap lembut puncak kepala gadis mungil itu.
"Ada apa Kay?" Kayla menggeleng pelan dan merentangkan tangannya meminta untuk di peluk. Dengan senang Naura membawa gadis mungil itu kedalam pelukannya. Hal itu pun tak lepas dari ketiga sahabatnya dan sang pemilik cafe jauh disana.
"Sama siapa?"
"Aunty Dila. Tapi tadi Kayla suruh pulang aja. Nanti kan Kayla pulangnya sama kak Naura ya." Naura yang melihat senyum itupun tak kuasa menolak. Sebulan penuh ia bersama gadis mungil itu membuat Naura bisa menyayangi Kayla.
"Nggak mau sama aunty aja Kay?" Kayla dan Naura menoleh kearah Disty.
"Nggak mau, nanti Kayla di bawa ke rumah Oma lagi. Kayla nggak mau ketemu aunty Amira." Kayla menatap Disty cemberut dan mengeratkan pelukannya pada Naura.
Disty tertawa pelan, memang Kayla dan Amira sangat susah akur. Amira yang tak terlalu menyukai anak kecil, dan Kayla yang tak menyukai Amira yang selalu mengacuhkannya.
"Kak Naura gendong," Naura dengan segera meraih Kayla dalam gendongannya. Ia menatap Kayla yang sepertinya mengantuk.
"Ra, kamu tidurin gih Kayla nya di ruangan bang Faza." Disty menatap Naura yang menoleh kearahnya.
"Kamu aja deh Ty. Aku nggak enak masuk ruangan pak Faza sembarangan." Mendengar itu Kayla malah mengeratkan pelukannya dan memejamkan matanya di pundak Naura.
"Ra, satu bulan ini Kayla hanya akan tidur siang kalau sama kamu. Dia nggak akan mau tidur kalau nggak ada kamu." Naura meringis mendengarnya.
Memang benar, selama sebulan ini Kayla akan terus datang ke kafe untuk bermain dan tidur di pelukan Naura. Gadis mungil itu hanya akan tidur jika Naura yang memeluknya.
"Sana gih kasihan Kayla nya Ra." Naura masih bingung, ia sangat merasa tidak enak jika memasuki ruangan itu tanpa Faza di dalamnya.
"Kamu telfon pak Faza deh Ty." Disty menatap Naura sembari menggeleng pelan. Ia meraih ponsel di dalam tasnya dan menelfon faza.
"Halo bang."
"..."
"Iya, ini Naura mau nidurin Kayla nya tapi takut masuk ruangan Abang."
"..."
"Hahaha ngaco deh. Iya iya, nanti di bantuin."
Setelahnya, Disty mematikan sambungannya sembari terkekeh pelan.
"Kamu langsung naik aja Ra."
"Kalian temenin aku kan?" Tanya Naura menatap ketiganya.
Mereka bertiga saling pandang dan menatap Naura.
"Aku ada urusan Ra." Ucap Anti tersenyum kecil.
"Aku mau nemenin bokap kontrol." Cintia berdehem sembari menatap tas miliknya.
"Aku juga nggak bisa loh Ra, aku mau pergi acara hajatan ponakan ku." Disty menatap Naura.
"Bukannya tanggal merah ya Tia? Terus bukannya ponakan kamu udah di aqiqah Minggu lalu ya Ty?" Disty dan Cintia sontak berdehem pelan sedangkan Anti menatap sekitar cafe.
"Yah kan dokter pribadi Ra!" Naura hanya mengangguk pelan.
"Ponakan ku nggak cuma satu loh Ra." Dan Naura pun kembali mengangguk. Setelah mereka pamit, Naura berjalan menuju ruang staff untuk menuju ruang Faza. Mengingat ini sudah waktunya pergantian shif, Naura memutuskan untuk tidak mengambil jam lemburnya. Ia akan menemani Kayla yang tertidur pulas di gendongannya.
Naura berjalan memasuki ruangan Faza, kemudian gadis itu menutup pintu dan menuju pintu yang terhubung dengan kamar kecil di dalam ruangan ini. Ia berjalan masuk dan merebahkan tubuh mungil itu dengan pelan dan meraih ransel kemudian melepas jaket serta sepatu gadis itu. Dirasanya Kayla sudah pulas, Naura pun membuka sepatu miliknya dan menaiki kasur, ia berbaring di samping Kayla dan dengan segera Kayla memeluk tubuh Naura. Naura tersenyum, ia membalas pelukan Kayla dan tak lama pun ia menyusul Kayla tertidur.
"Sayang kalian."
Bersambung....
Salam manis:)
@VeNhii
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...