Semuanya terdiam mendengar pertanyaan Naura. Sedangkan Disty meraih map yang ada di tasnya dan memberikan kepada Naura. Naura meraihnya dengan bingung dan mulai membuka map itu dan membaca isinya.
Sontak Naura menatap Disty dengan sesal. Ia memberikan kembali map itu ke pada Disty dan memaksa gadis itu menggenggam nya kembali.
"Aku nolak." Ucapnya menatap datar ketiga sahabatnya.
Apartemen? Untuknya? Yang benar saja. Kenapa mereka begitu menginginkan Naura berkehidupan sepadan dengan mereka?
"Tapi kita menolak penolakan mu." Cintia menatap Naura dengan cengiran. Ia meraih tubuh Naura dan memeluk gadis itu dari samping.
"Pokoknya kamu harus terima. Apartemen ini kami beli untuk kamu. Setidaknya pikirkan usaha kami untuk membelikan kamu apartemen. Dan lagi, kami sudah memindahkan semua barang kamu yang ada di kontrak-"
"Kenapa kalian lakuin ini?!" Cintia terlonjak kaget mendengar perkataan Naura yang marah. Bukan hanya Cintia sana namun semua orang yang ada di sana.
"Kenapa kalian selalu melangkah di depan ku? Memberikan aku ini itu? Kenapa kalian bertingkah seolah-olah aku adalah tuan putri yang harus kalian lindungi?! Kenapa kalian seenaknya saja dengan kehidupanku?!" Disty, Anti, dan Cintia menatap Naura tak percaya. Mereka kira Naura akan senang dengan hadiahnya.
"Seenaknya?" Desis Cintia yang sudah melepaskan pelukannya.
Ia menatap Naura dengan tatapan tak percaya. Sedangkan Naura, ia kembali di lingkupi dengan sakit hati. Kenapa mereka selalu memberikannya kemewahan? Ia tidak mau jadi orang yang tidak tau diri. Ia tidak mau.
"Kamu pikir kami seenaknya? Kamu sadar apa yang kamu ucapkan Ra? Kamu pikir kami nggak mikir matang-matang sebelum ngelakuin ini semua?" Naura hanya menatap Disty yang mulai buka suara.
"Kami ngelakuin ini untuk kamu! Kamu kira gimana perasaan kami saat lihat kamu tinggal di kontrakan kecil itu? Kamu pikir kami tenang biarin kamu tinggal di kontrakan itu yang kebanyakan lelaki di sana hah?! Ya! Kami memang seenaknya tanpa memberi tahu kamu dulu. Tapi ini semua untuk keselamatan kamu. Kami takut jika suatu saat nanti kamu di apa-apain oleh salah satu dari mereka di sana!" Disty segera meraih tasnya dan berjalan keluar apartemen. Ia marah, ia marah mendengar ucapan Naura yang mengatakan mereka seenaknya.
Cintia, gadis itu pun juga bangkit meraih tasnya dan berlari mengejar Disty.
Sedangkan Anti menatap Naura dengan sendu. Ia tau apa yang di fikirkan oleh Naura. Pasti ia sangat merasa terbebani oleh apa yang selalu mereka berikan. Anti menghela nafas pelan dan menoleh kearah Navan dan Faza untuk meninggalkan mereka sebentar. Mengerti dengan situasi, keduanya pun meninggalkan apartemen itu dengan diam. Dan tinggallah mereka bertiga dengan Kayla yang juga menatap Naura.
"Ra, kita hanya khawatir kamu yang tinggal di sana. Apalagi kontrakan kamu itu di dominasi oleh pria. " Naura hanya menghela nafasnya dan memeluk Anti.
Ia menyandarkan kepalanya di pundak Anti yang mengelus punggung Naura.
"Kamu tau apa yang terjadi di kontrakan dua hari yang lalu saat kamu dan Cintia pergi beli cemilan?" Naura menggeleng pelan, tak niat untuk buka suara. Pikirannya kacau, dan ia ingin mendengar Anti.
"Di saat kalian pergi, Disty yang duduk di depan pintu kontrakan mu itu dengan percakapan tetangga kost mu yang laki-laki." Anti menghela nafas pelan.
"Mereka bercerita tentang kamu. Mereka bilang, mereka tertarik sama kamu. Bukan cinta, melainkan untuk di jadikan pemuas. Katanya mereka sangat terganggu dengan kedatangan kami di setiap hari karena tidak punya kesempatan untuk menyelinap masuk ke kontrakan kamu. Kamu tau bagaimana amarah Disty saat itu? Ia berjalan dan menendang pintu kontrakan mereka dan hampir melaporkan mereka jika aku tidak ada untuk menenangkannya. Hari itu, Disty sudah sangat yakin untuk membuat kamu pindah dari sana." Hati Naura mencelos mendengar nya, ia kemudian terisak pelan membayangkan bagaimana kecemasan yang sahabatnya alami. Ia merasa bersalah kepada mereka terutama Disty yang mendengar itu secara langsung.
"Maaf" Gumam Naura pelan dan Anti melepaskan pelukannya itu. Ia tersenyum lembut menatap Naura yang kembali menangis.
"Iya nggak apa-apa. Tapi kami mohon, kamu mau ya tinggal di sini." Naura hanya mengangguk kecil sebagai jawaban. Mendengar cerita Anti tadi membuat ia juga merasa ketakutan untuk tinggal di kontrakannya lagi.
"Kata papa, jangan keseringan nangis." Anti dan Naura menoleh kearah gadis mungil yang ada di sampingnya. Kayla, gadis itu menatap Naura dengan mata bulatnya.
"Kata papa kalau Kayla nangis, itu bakal buat Kayla makin gendut. Jadi kakak jangan nangis nanti gendut."Naura sontak tertawa mendengar itu. Ia kemudian mengacak rambut Kayla dengan gemas.
"Emang iya?" Tanya Naura pelan membuat Kayla menganggukkan kepalanya.
"Iya kak. Nanti kakak kayak Boby, gendut terus nangis mulu." Mereka kembali tertawa mendengar ucapan Kayla. Sangat menggemaskan.
Mendengar langkah kaki yang mendekat kearah mereka. Naura dan Anti menoleh dan mendapati Cintia yang merangkul Disty. Cintia membawa Disty duduk di tempatnya tadi. Tak ada yang membuka suara sampai gadis mungil di samping Naura memecahkan keheningan.
"Nggak boleh ngambek-ngambek aunty. Kata papa itu buat orang jahat aja. Kalau orang baik nggak boleh." Mereka menatap Kayla. Sedangkan yang di tatap meraih strawberry yang ada di piringnya dan memakannya. Disty berdehem pelan dan menatap Naura yang juga menatapnya.
"Maaf Disty." Ucap Naura pelan membuat Disty mencebikkan bibirnya kesal.
"Tadinya nggak mau maafin, tapi kalau kamu maksa yaudah di maafin." Ucapnya menatap Naura lucu.
"Tapi aku nggak maksa." Sontak Naura menatap cubitan dari Anti dan tatapan kesal oleh Cintia dan Disty. Naura hanya terkekeh pelan.
"Udah ah, yuk makan. Tadi kita udah masak banyak loh." Ucap Anti dan bangkit di ikuti yang lainnya.
"Ohiya Tia panggil kak Faza sama Navan gih di luar." Anti menatap Cintia yang mengangguk.
"Bang Faza pamit katanya ada urusan mendadak. Terus Navan juga pamit katanya ada pasien." Sela Disty saat Cintia ingin melangkah keluar. Disty mengetik balasan kepada Faza yang tidak sempat pamit kepada temannya. Dan bahkan Navan pun hanya pamit melalui Faza.
"Loh? Pasien?" Tanya Naura heran. Bukannya Navan itu baru mahasiswa.
"Iya."
"Bukannya masih mahasiswa ya?"
"Dia dokter Naura."
Bersambung....
Salam manis:)
@VeNhii
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...