31. Kumpul keluarga

1K 67 1
                                    

"Mas, nggak apa-apa nih ikut?"

Faza menghela nafas pelan mendengar pertanyaan Naura. Masalahnya, bukan hanya sekali Naura bertanya kepadanya.

Ia menoleh sebentar dan menggenggam tangan Naura lembut.

"Nggak apa-apa kok Ra, lagian kerjaan mas juga udah selesai kok tadi." Naura hanya diam dan balas menggenggam tangan Faza, mengingat Kayla memilih ikut bersama ketiga sahabatnya di mobil Disty membuat Naura dan Faza bebas menggenggam tangan seperti ini.

"Ngomong-ngomong kamu udah tanya ibu kan kalau mas juga ikut?" Perkataan Faza membuat Naura refleks melepas menggamannya dan menepuk pelan kepalanya.

"Naura lupa mas, soalnya mas sih mendadak banget."

Faza hanya tersenyum kecil dan membiarkan Naura mengirim pesan ke pada ibu nya.

Setelah hampir tiga jam perjalanan, akhirnya mobil mereka memasuki pekarangan rumah Naura. Tampak ibu dan Tante Naura sudah menunggu di depan pintu dengan penuh binar.

"Ibuuu.." Naura segera lari dan memeluk ibu dan Tante nya.

"Ra, temennya di bawa masuk dulu." Naura hanya terkekeh pelan dan kembali berlari kecil menuju mereka yang baru saja keluar dari mobil.

Tampak Kayla yang sudah tertidur dalam gendongan Disty. Walau Kayla sudah mengenal Anti dan Cintia, namun gadis belia itu belum bisa akrab dengan mereka. Entah lah, Kayla hanya saja kurang suka Anti dan Cintia yang selalu menganggu dan menggodanya jika Faza tidak ada. Karena kalau papa muda itu ada, maka mereka tidak akan berani.

"Ayok masuk dulu. Barangnya biar nanti aja di keluarin." Mereka mengangguk pelan dan mengikuti langkah ibu Naura masuk ke dalam rumah.

Tempat tinggal Naura ini sangat sejuk, tidak ada suara bising kendaraan yang berlalu lalang dan tidak ada pula gedung pencakar langit. Hanya ada rumah warga dan pepohonan yang saling mengelilingi.

"Ibu apa kabar?" Faza meraih tangan ibu Naura untuk di salim setelah mereka duduk lesehan di ruang tamu.

"Alhamdulillah baik nak, kalian kenapa mendadak banget datengnya. Jadinya ibu nggak nyiapin banyak makanan. Kirain tadi hanya Naura dan Kayla saja yang bakalan datang."

Ujar ibu Naura merasa tidak enak karena hanya menyiapkan sedikit makanan saja. Untung saja pas naura mengirimi pesan dirinya tadi secara kebetulan ada saudaranya dan Abel sepupu Naura yang tangah membantunya membersihkan halaman depan. Jadi dia bisa meminta bantuan untuk mempersiapkan semuanya, walau masih kurang.

"Nggak perlu repot Bu. Ini saja sudah cukup kok."

"Cukup gimana, itu si Disty dan Anti saja sudah ngomel di dapur karena ibu nggak masak opor ayam."

Faza sontak terkekeh pelan mendengar ucapan ibu Naura, memang yang duduk di ruang tamu hanya dirinya dan ibu Naura saja. Karena ke empat gadis itu sudah menjajah meja makan bersama Tante Naura dan Abel. Sedangkan Kayla sudah Naura tidurkan di kamarnya.

"Tapi, ibu sangat bersyukur Naura bisa mendapatkan teman seperti mereka. Mereka selalu melihat Naura sama, tidak pernah ada rasa iri maupun rasa tidak suka mereka kepada kehidupan Naura. Padahal jika di pikir lagi, Naura sangat jauh di bawa mereka."

"Kata siapa Naura jauh di bawah mereka? Buktinya Naura satu universitas dengan mereka Bu. Bukankah itu menandakan kalau Naura setara dengan teman temannya?"

Mendengar ucapan Faza, ibu Naura hanya tersenyum kecil dan menatap Faza diam.

"Faza turunin barang di mobil dulu Bu. Soalnya tadi Naura sempat beli cemilan." Lanjut Faza yang tak ingin ibu Naura membahas masalah perbedaan kehidupan mereka. Faza tau, ibu merasa sangat minder saat mengetahui hubungannya dengan Naura.

"Sebentar nak, ibu panggil adek sepupunya Naura untuk bantu kamu."  Faza dan ibu Naura berjalan keluar rumah dan segera memanggil pemuda yang tengah duduk di teras rumah yang ada di samping rumahnya.

Setelah semua barang berada di ruang tamu, Naura memanggil Faza untuk bergabung dengan mereka di meja makan. Sedangkan ibu Naura memilih untuk menyusul adiknya dan Abel yang sudah berada di samping rumahnya. Ia membiarkan Naura dan yang lainnya untuk makan dengan tenang.

"Pacar Naura ganteng ya." Abel menatap foto Faza yang ada di handphone milik Naura. Memang sebelum keluar dari rumah, Abel sempat meminta handphone milik Naura untuk sekedar melihat lihat dan Naura tidak pernah keberatan memberikannya.

"Beruntung banget sih Naura dapet nya kak Faza yang ganteng luar dalem gini,."

Ibu Naura dan  adiknya hanya terkekeh pelan mendengar ucapan lirih Abel.

Sedangkan di ruang makan, Naura celingukan mencari keberadaan ibunya yang tidak ada, setaunya ibunya masih ada di ruang tamu memakan cemilan yang Faza bawa.

"Mas, ibu kemana?" Tanya Naura menatap Faza yang tengah memakan sup di mangkuknya.

"Katanya ke samping, gabung sama Tante kamu dan Abel."

"Kok mereka nggak makan bareng kita sih?" Ucap Naura pelan.

"Heh makannya pelan pelan astaghfirullah antiiii itu sambelnya banyak banget!!"

Naura menatap kaget Cintia yang meneriaki Anti.  Mereka ini benar benar tidak pernah menjaga image di rumah Naura. Rumah Naura adalah rumah mereka. Itu lah yang mereka selalu katakan.

"Yeuu bocil makan sambel aja dikit banget." Balas Anti pelan menatap sinis mangkuk Cintia.

Perkataan Anti sontak membuat Disty yang ada di samping nya mengetuk pelan kepala gadis itu.

"Aku masih ingat ya beliin kamu obat maag gara-gara makan pedes."

Anti hanya terkekeh pelan dan mendatkan tatapan tajam dari Cintia. Sedangkan Faza dan Naura hanya menatap mereka diam.

Sekita pukul delapan malam mereka kumpul di ruang tamu Naura setelah makan malam.

Mereka tampak berbicang dan sesekali bercanda bersama beberapa keluarga Naura yang juga ada di sana. Harus Faza akui jika kekeluargaan Naura sangat erat, karena untuk kumpul seperti ini mereka selalu rutin melakukannya. Setidaknya satu kali dalam seminggu, dan mumpung Naura tengah pulang kampung membuat mereka kumpul malam ini.

"Padahal Naura nggak pernah ngomong loh sama om kalau dia punya pacar." Faza tersenyum kecil menanggapi ucapan pria paruh baya di depannya. Ia adalah kakak pertama ibu Naura.

"Naura emang sangat tertutup jika itu masalah lelaki." Sambung adik ibu Naura sambil terkekeh, sedangkan Naura dan gadis gadis lainnya tengah sibuk tak menghiraukan apa yang mereka ucapkan.

"Sebenarnya saya kesini ada tujuan lainnya om, Tante, ibu." Faza memilih jari jarinya dengan gugup.

Ia menoleh ke arah sudut ruangan di mana Naura tengah tertawa lepas bersama ketiga sahabatnya serta dengan sepupu sepupu gadis itu, sebelum menghela nafas dan menatap ibu Naura yang menatapnya bingung.

"Sebenarnya Faza ingin menyampaikan nya besok malam. Tapi karena kebetulan keluarga Naura kumpul malam ini, maka Faza ingin minta restu ibu dan keluarga Naura yang lainnya." Hanya suara tawa  para gadis yang terdengar. Karena perkataan Faza yang tidak terlalu keras dan mereka yang dengan bercanda dengan suara yang lumayan keras membuat mereka tak tau apa yang tengah terjadi pada tempat perkumpulan Faza dan orang tua lainnya.

"Faza ingin menikahi Naura Bu."

Bersambung...

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang