6. Benang merah yang terikat

3.7K 253 1
                                    

"Halo"

"Gimana persiapannya?"

"Sembilan puluh persen, tapi akan selesai sebelum perjanjian."

"Harus. Pokoknya jangan ada yang kurang."

"Pasti."

***

Naura memarkirkan motornya di parkiran mahasiswa. Ia kemudian berjalan memasuki kampus menuju kelasnya yang ada di lantai dua.

Naura, mahasiswi manajemen ini juga lumayan dikenal oleh mahasiswa-mahasiswi di kampus ini. Karena prestasi dan kecantikan? Bukan. Melainkan karena dia bersahabat dengan tiga anak konglomerat yang memang susah untuk di dekati.

Setelah kelas selesai, Naura kini berjalan ke kantin. Masih ada waktu untuk makan sebelum kelas berikutnya berlangsung. Ia duduk di pojok kantin dan memakan bakso yang sempat ia pesan tadi. Hari ini sangat melelahkan, tugas yang di berikan oleh dosen sangat banyak dan membuat nya pusing. Di tambah lagi tadi ada kuis dadakan.

Saking asik dengan fikirannya, ia tak menyadari bahwa kursi di depannya sudah ada yang duduki.

"Hei." Naura terlonjak kaget dan mendongak menatap pria berjas putih di depannya.

"Ahhh maaf, Lo kaget ya?" Bodoh. Hampir saja Naura mengumpati pria di depannya. Menghela nafas, ia hanya mengangguk pelan.

"Gue Navan, Lo Naura temennya Anti dari fakultas kedokteran kan?" Naura lagi-lagi mengangguk pelan mengiyakan.

"Boleh gue duduk di sini kan?" Naura mengernyit heran mendengar itu.

"Kamu udah duduk." Navan hanya berdehem pelan merasa malu.

"Ohiya, nanti Lo masih ada kelas?" Tanya Navan mencoba mengajak Naura bicara. Pasalnya gadis di depannya ini enggan untuk berbicara lebih dulu.

"Iya"

"Kelas terakhir?" Tanyanya kembali. Kali ini, Naura hanya mengangguk pelan mengiyakan.

"Pulang sama siapa nanti?"

"Sendiri." Navan tampak tersenyum kecil mendengarnya.

"Mau bareng?" Naura menggeleng dan meminum air mineral miliknya dan menatap Navan.

"Nggak udah, aku bawa motor." Ujarnya sedikit tersenyum dan beranjak pergi menuju kelasnya. Lima belas menit lagi kelasnya akan mulai.

Setelah kelas berakhir, Naura berjalan menuju parkiran. Ia mengernyit saat tak melihat motornya di parkiran. Seingatnya ia memarkir motornya di sini. Naura mulai cemas, pasalnya motor itu motor milik mendiang ayahnya. Jika hilang, apa yang akan ia katakan pada ibunya nanti.

Di tengah kecemasannya mencari motor matic miliknya, ia merasakan lengannya di tarik dari samping.

"Gue bilang pulangnya bareng gue." Naura menarik tangannya yang di genggam oleh Navan. Jika tadi ia cemas, maka sekarang ia merasa takut.

"Aku bisa pulang sendiri." Navan menggeleng pelan dan kembali menarik Naura menuju parkiran khusus mobil.

"Masuk." Ucapnya membuka pintu mobil dan menatap Naura.

Gadis itu tampak menggeleng pelan. Pasalnya, ia tak mengenal Navan sama sekali. Bahkan ia baru kali ini melihat Navan di kampus.

"Ck masuk." Decak Navan sedikit mendorong tubuh Naura membuat gadis itu duduk di kursi samping kemudi. Ia menutup kembali pintu dan berlari kecil mengitari mobil dan masuk di tepat kursi kemudi.

"Aku mau pulang sendiri." Navan segera mengunci pintu mobil sebelum gadis itu membukanya. Ia hanya diam dan mulai melakukan mobil meninggalkan pekarangan kampus.

Dengan bergetar Naura meraih ponselnya yang ada di tasnya. Ia dengan cepat menelfon ketiga sahabatnya namun tak ada satu pun yang mengangkat. Di tambah jalan yang kini mereka lalui adalah jalan yang sangat asing bagi Naura. Naura mengeratkan genggamannya pada ponsel miliknya dan air mata gadis itu mulai jatuh karena ketakutan.

Hampir tiga puluh menit mereka di perjalanan, akhirnya mobil milik Navan memasuki sebuah gedung apartemen yang lumayan elit itu. Ia makin ketakutan saat Navan mulai memarkirkan mobilnya dan membuka pintu mobil. Navan beralih membukakan pintu untuknya. Namun bukannya keluar, Naura malah menggeleng pelan dan isakan mulai terdengar dari mulutnya.

"Ak..u mau pulang." Ucapnya lirih sembari meremas ponsel miliknya.

Navan tak menghiraukan itu dan meraih tangan Naura. Sedikit memaksa Naura untuk mengikutinya. Naura berontak saat mereka menaiki lift, ingin teriak namun tidak ada orang sama sekali. Setelah pintu lift terbuka, Navan kembali menarik tangan Naura menuju salah satu apartemen yang ada di sana.

Navan terus menggenggam tangan milik Naura yang masih berontak bahkan berontakan gadis itu kali ini sudah sangat brutal. Naura ketakutan dan sangat cemas. Pintu itu di buka oleh Navan dan mereka berjalan masuk ke apartemen yang amat gelap ini. Menutup pintu pelan, Navan kemudian melepaskan tangan Naura bersamaan dengan ruangan yang sudah terang.

"HAPPY BIRTHDAY NAURA!!!" Sontak Naura menatap satu-satu orang yang ada di depannya. Raut ketakutan dan kecemasan kini di gantikan dengan raut keterkejutan di wajahnya yang masih penuh dengan air mata.

Di sana, ada Disty, Anti, Cintia, bahkan Faza dan Kayla pun ada. Disty memegang kue ulang tahun dengan lilin angka sembilan belas itu menatap Naura dengan senyum tulus.

"Yahhh kok nangis sih." Naura hanya membalas pelukan Anti dan Cintia dengan Isak tangis yang kini terdengar lagi. Ia lega sangat lega sampai-sampai Naura kembali menangis.

"Udah ah. Navan nggak apa-apain kamu kan Ra?" Tanya Anti yang di balas oleh gelengan oleh Naura.

Sedangkan Navan menatap Anti dengan malas. Udah di paksa ngelakuin sesuatu yang bisa saja dia di pukuli orang malah di tuduh-tuduh lagi, terlebih ia sedari tadi sangat kasihan melihat raut ketakutan di wajah Naura.

"Udah ah melow-melow nya. Sekarang doa dulu, terus tiup lilinnya." Naura mengangguk pelan dan menghapus air matanya. Ia memejamkan matanya sebentar kemudian meniup lilin itu.

"Yeyyy makan kuee.." Naura menoleh kearah gadis mungil yang tengah dalam gendongan sang papa. Sedangkan Faza hanya tersenyum kikuk menatap Naura.

"Hahaha.. sini Kayla sama kakak. Kita potong kuenya." Kayla segera turun dari gendongan Faza dan berjalan menuju Naura. Dengan segera Disty meletakkan kue itu di meja yang sudah di penuhi pernak-pernik.

"Kayla mau strawberry nya kak." Naura mengangguk pelan dan memunguti strawberry yang ada di atas kue. Ia meletakkan nya di atas piring kecil milik Kayla. Setelahnya ia menatap Disty dan ketiga sahabatnya bingung.

"Ini apartemen siapa?"

Bersambung....

Salam manis:)
@VeNhii

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang