Sedari tadi Naura tak hentinya merutuki keputusan yang ia ambil beberapa jam yang lalu. Ia terlihat frustasi mengingat apa yang ia lakukan tadi. Yang benar saja! Bagaimana bisa gadis itu menyetujui untuk jadi pengasuh Kayla? Dan lebih gilanya lagi, Naura akan tinggal di pavilium yang ada di pekarangan rumah Faza. Gila! Benar-benar gila!
Kayla tidak melanjutkan kerjanya di cafe. Setelah ia menerima tawaran yang Faza berikan, lelaki itu menyuruh Naura berganti pakaian dan menemani Kayla tidur.
Ia menatap Kayla yang memeluk dirinya erat. Hanya anak ini, hanya anak ini yang membuat Naura seperti sekarang ini. Hanya Kayla yang membuat Naura mampu berdekatan dengan pria. Entah keputusannya ini akan membawa keberuntungan atau malapetaka untuk dirinya. Namun, kedepannya Naura akan mengalami hal-hal yang akan membuatnya menjadi sosok yang lain.
Kayla
Faza
Naura menatap wajah polos Kayla, rasanya Naura ingin menangis. Ia menghela nafas pelan kemudian menyentuh dadanya yang berdegup kencang.
Jangan tuhan, aku mohon jangan membukanya sekarang. Aku masih tidak mampu mengalami hal menyakitkan kembali...
Naura menggeleng pelan. Ia tidak akan bisa, ia tidak akan membiarkan itu terjadi. Ia sudah bertekad untuk menutupnya rapat-rapat.
"Kak Naura," Naura segera menoleh menatap wajah Kayla yang khas bangun tidur. Gadis mungil itu mengucek matanya dan melepas kan pelukannya.
"Kenapa?" Tanya Naura lembut dan mengusap rambut Kayla dengan sayang.
"Ngantuk.." Kayla merengek dan kembali memeluk Naura membuat gadis itu tertawa. Astaga kenapa Kayla menggemaskan sekali?
"Yaudah, tidur lagi ya."
Tak mendapat jawaban dari Kayla membuat Naura memperbaiki cara berbaring gadis mungil itu. Ia kemudian memeluk Kayla dan memutuskan untuk tidur juga, walau sekarang menunjukkan pukul empat sore.
Selang beberapa jam, pintu kamar terbuka dan manampilkan sosok Faza di sana. Ia terlihat tersenyum mendapati pemandangan di depannya. Faza baru kali ini melihat Kayla yang tertidur dengan lelap sekali. Selama Naura hadir, Faza merasa jika Kayla kini menjadi sosok yang manja seperti anak kecil pada umumnya. Dan Faza merasa jika Kayla menemukan sosok yang hilang selama ini.
"Gimana ya cara banguninnya." Faza melirik jam tangannya dan sekarang pukul enam sore, bukan waktunya untuk tidur. Ingin membangunkan namun ia tak tega dan tidak tau mau bagaimana. Mau membangunkan Kayla? Wahh cari mati si Faza, mau membangunkan Naura? Mana berani dia menyentuh Naura.
Ia menggaruk pelipisnya yang tidak gatal, ia tampak bingung bagaimana caranya ia membangunkan dua manusia beda umur itu yang sekarang berpelukan. Bahkan saking bingung nya, ia tidak sadar jika Naura kini sudah terbangun dan mencoba untuk duduk.
"Astag!!" Naura memekik kaget saat menoleh kearah pintu. Niat nya untuk melihat jam yang ada di atas pintu malah di kagetkan oleh Faza yang seperti orang bodoh berdiri di sini.
"Eh?" Faza pun menatap Naura sama kagetnya.
"Bapak ngapain?"
"Hah? Oh anu, tadi mau bangunin Kayla. Tapi kayaknya lelap banget tidurnya." Ia meringis pelan menatap Naura. Penampilan Naura kali ini berbeda, ia bahkan baru kali ini melihatnya. Khas orang bangun tidur dan sangat menggemaskan bagi Faza.
"Saya aja pak yang bangunin." Faza mengangguk pelan dan berjalan keluar kamar tanpa lupa untuk menutup pintu.
Jantung gue!!
Di dalam kamar, Naura tengah merapikan penampilannya. Ia mengikat rambutnya dan berjalan kearah kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah nya ia kembali pada Kayla yang masih saja terlelap.
"Kayla bangun." Ia mengguncang tubuh Kayla pelan dan sesekali mengusap wajah gadis mungil itu.
Kayla tampak meleguh pelan dan mengernyit merasakan goncangan pada tubuhnya.
"Waktunya pulang Kay." Lagi, Kayla membuka matanya dan mendapati Naura yang tersenyum lembut.
"Mama?"
Naura terdiam dan menatap Kayla dengan bingung. Gadis mungil itu menatap Naura dengan mata yang berkaca-kaca sembari bergumam kata 'mama' beberapa kali.
"Kak Naura sayang, bukan mamanya Kayla." Naura mencoba tersenyum lembut yang dibalas oleh gelengan Kayla. Gadis mungil itu dengan cepat bangkit dan memeluk Naura erat.
"Mama Kayla, mamanya Kayla." Tampaknya Kayla baru saja bermimpi. Naura tidak membalas ucapan Kayla, ia memilih untum menenangkan gadis mungil itu dalam pelukannya. Setelah di rasa Kayla sudah tenang, Naura memilih menggendong Kayla dan keluar dari kamar. Di sana Faza sudah menunggu mereka berdua untuk pulang.
"Kayla kenapa Ra?" Tanya Faza bingung melihat Kayla dalam gendongan Naura.
"Nggak apa-apa pak. Cuman mimpi buruk kayaknya." Faza mengangguk pelan dan mereka berjalan keluar ruangan Faza. Sesampainya mereka di bawah, semua pelayan yang ada di sana menatap mereka penasaran. Terlebih, Faza saat ini menenteng tas milik Kayla dan Naura di belakang gadis itu yang tengah berjalan sembari menggendong Kayla.
"Semuanya kembali bekerja!" Suara tegas Faza membuat semua pelayan itu tersentak kaget dan kembali melanjutkan pekerjaan mereka masing-masing.
"Saya akan urus semuanya besok Ra." Naura hanya menatap Faza yang ada di sampingnya. Saat ini mereka sudah ada di dalam mobil milik Faza, kebetulan tadi Naura tidak menggunakan motornya karena Anti yang mengantar dia tadi.
"Apanya pak?" Tanya Naura yang tidak mengerti dengan ucapan Faza.
"Gosip itu, saya akan mengurusnya besok dan memberikan peringatan kepada mereka." Naura tampak menggeleng dan mengelus rambut Kayla yang ada di pangkuannya.
"Nggak usah pak. Saya juga nggak terlalu ambil pusing, mereka akan diam dengan sendirinya kok. Gosip itu, biarkan saja mereka mereda dengan sendirinya. Toh itu semua tidak benar." Faza menatap Naura dengan diam. Ia mencari sesuatu pada bola mata jernih itu.
"Kamu kenapa baik sekali Naura?" Tanya Faza menghela nafasnya.
"Saya nggak sebaik itu pak." Faza menggeleng pelan. Ia mulai menyalakan mesin mobil dan mulai meninggalkan pekarangan cafe.
"Kamu baik Naura, saya bisa melihat itu dan diri kamu." Naura hanya tersenyum dan menggeleng pelan.
"Tidak semua yang bapak lihat itu benar. Saya tidak sebaik yang bapak katakan. Pun jika memang ia, tidak mungkin saya ditinggalkan dan di campakkan." Naura memelankan suaranya di akhir, namun Faza yang ada di kemudi dapat mendengar ucapan Naura.
Bersambung....
Salam manis:)
@VeNhii
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...