30. Liburan?

1.4K 105 5
                                    


"Mas hari ini lembur?" Faza yang tengah mengunyah makanannya hanya mengangguk menanggapi pertanyaan Naura. Ia masih mengantuk di karenakan semalam sibuk dengan urusan kantor, dan sepertinya hari ini pun ia akan lembur lagi.

Akhir-akhir ini ada banyak masalah di kantor cabang yang ada di Sulawesi, salah satu karyawannya telah menggelapkan dana yang lumayan besar membuat ia mau tak mau lembur hampir setiap hari mengurusnya.

"Nanti sepulang dari kampus, Naura pulang ke rumah Ibu ya mas, soalnya udah lama nggak pulang." Sontak Faza menoleh kearah Naura yang duduk di sampingnya.

"Mau nginap?" Tanya Faza dan Naura mengangguk pelan.

Satu bulan ini memang Naura tak pernah pulang ke rumahnya di karenakan tugasnya yang lumayan banyak di tambah lagi Kayla yang tak mau lepas darinya.

"Udah ngomong ke Kayla?" Tanya Faza dengan senyum. Bukannya Faza melarang Naura, hanya saja mengingat Kayla yang selalu memonopoli Naura tiap harinya membuat Faza tidak yakin jika Kayla mengijinkannya pulang.

"Rencananya Naura mau bawa Kayla sih mas, mumpung Kayla nya libur sekolah besok." Memang benar, Kayla akan libur satu Minggu kedepan. Mengingat hari ini hari terakhir gadis kecil itu ulangan, dan akan libur satu Minggu untuk memulai semester ke dua.

"Itu sih kalau mas ngijinin Naura bawa Kayla."

"Tapi mas nyusul ya Ra, mana bisa mas di tinggal sendiri di rumah."

"Mas banyak karjaan. Nggak usah nyusul Naura, paling juga Naura tiga hari doang kok."

Faza menghela nafasnya pelan. Padahal ia sangat ingin menyusul Naura. Ibu Naura memang sudah tau jika Faza dan Naura kini menjalin hubungan, tapi Faza tidak pernah mengatakan jika mereka saat ini tinggal satu rumah. bisa-bisa Naura di paksa pulang jika tau mereka tinggal serumah.

"Nanti berangkatnya sama siapa?"

"Disty, Anti, sama Cintia juga. Katanya mau liburan mereka."

Faza hanya mengangguk pelan menanggapi. Setidaknya Naura tak pergi berdua dengan Kayla saja.

"Kalau nanti masalah kantor udah beres, mas susul kalian ya."

Naura hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Faza.

***

Naura menumpuhkan kepalanya di meja kantin, ia memejamkan matanya mengingat ucapan dosen di kelas tadi. Ia benar-benar kesal dan merasa tersinggung.

"Ra nggak usah di ambil hati. Kamu kan udah tau pak Ramli gimana orangnya." Anti menatap Naura dengan prihatin.

Pak Ramli adalah dosen yang paling di benci oleh Naura, ia kira setelah kuliah ia bisa akrab dengan dosen ataupun mahasiswa lainnya. Nyatanya, yang Naura harapkan pupus sudah saat kabar hubungannya dengan Faza tersebar di kampus.

"Dia cuman iri sama kamu Ra." Timpal Cintia yang tengah memakan batagor di depannya.

Naura mendongak dan menegakkan duduknya. Ia menatap Cintia dengan kesal.

"Iri gimana? Status sosial aku aja sama dia tuh beda jauh. Emang dasarnya tuh dia nggak suka sama aku."

"Kan kamu tau anak pak Ramli tuh naksir sama bang Faza. Gimana nggak iri tuh satu keluarga waktu tau kamu yang dapetin hatinya bang Faza." Disty tertawa menatap Naura yang bergidik geli.

Memang bukan rahasia umum lagi jika Anggun, anak pak Ramli dari fakultas kedokteran menyukai Faza dari lama. Anggun merupakan mahasiswa tingkat akhir yang saat ini tengah mengerjakan skripsi nya. Dan sebagai mahasiswa tingkat akhir, anggun sering sekali membuat Naura yang merupakan juniornya itu merasa tertekan dengan sikap arogannya. Sama seperti bapaknya.

Setelah menghabiskan waktu bersama di kantin, ke empat gadis itu beranjak dari sana. Rencananya mereka akan pulang ke rumah masing masing dulu untuk packing barang-barang yang akan mereka bawa ke rumah Naura soreh nanti.

"Ohiya, kalian jalan duluan ya. Kayaknya buku catatan aku tinggal di kelas deh." Ketiga sahabat Naura menoleh, mereka menatap Naura yang masih sibuk dengan tasnya.

"Aku temenin deh Ra." Ujar Cintia mendekati Naura.

"Nggak usah deh, kan aku bawa motor juga. Nanti kita kumpul di rumah mas Faza aja, sekalian aku mau mampir di minimarket dulu."

Akhirnya, ketiga gadis itu mengiyakan perkataan Naura dan mulai berjalan menuju parkiran kampus, sedangkan Naura berjalan menuju kelas nya tadi.

Senyum kecil terbit di wajah gadis itu saat melihat buku catatan mata kuliahnya ada di meja tempat ia duduk tadi, dengan cepat Naura mengambilnya dan berjalan keluar kelas.

Saat hendak menuruni tanggal fakultas, Naura di hadang oleh beberapa kating yang menatap Naura dengan rendah. Yah memang bukan rahasia umum lagi jika Naura merupakan bahan gosip dan juga sasaran para kating, mengingat Naura yang merupakan hanya gadis biasa bisa bergaul dengan tiga anak konglomerat di kampus ini. Terlebih lagi, Naura mampu menggaet Faza yang lumayan terkenal di kampusnya.

"Kenapa ya kak?" Tanya Naura dengan senyum kecil. Walau ia tau jika tiga mahasiswa di depannya ini tak menyukainya.

"Lo pake pelet apa sampai sampai bisa deket gitu sama Disty?" Ujar salah satu di antara mereka dengan senyum mengejek.

"Makin kesini kok Lo makin menjadi-jadi. Udah merasa setara sama Disty dan yang lain karena Lo berhasik pacaran sama keluarga nya dia?"

Naura menghela nafas pelan, ia benar-benar di buat pusing dengan kating di depannya. Apa mereka tidak bosan mengatai Naura? Atau memang mereka hobby menghina seseorang?

"Maaf kak, saya buru-buru." Ucap Naura tak mau menganggapi mereka. Karena Naura yakin, jika ia menanggapi perkataan mereka, urusannya akan panjang. Apalagi, Naura memang buru-buru saat ini. Ia ingin pulang dan menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke rumah ibu nya.

"Dihh sok banget, kampung." Ujar salah satu di antara mereka saat Naura mencoba melewati mahasiswa itu. Naura tak menanggapinya, selama mereka tidak menyentuh fisiknya, Naura akan sabar. Ia pun sadar level mereka jauh di atas Naura.

Naura berjalan tergesah-gesah menuju parkiran kampus, dengan cepat ia mengeluarkan motornya dari parkiran dan melaju menuju toko kue yang tak jauh dari kampusnya.

Setelah selesai membeli beberapa kue dan oleh-oleh untuk ibu dan keluarganya, ia kemudian menuju rumah Faza dan ternyata Disty, Anti, dan Cintia sudah berada di sana.

"Cepat banget sih datengnya." Sindir Cintia pada Naura yang baru saja memasuki rumah. Naura tertawa kecil dan mengangkat plastik yang berisi kue di tangannya.

"Maaf, tadi ngantri beli ini." Ujarnya dengan kekehan kecil.

"Siap siap gih, Kayla dah merengek sama bang Faza tuh di atas, katanya kita lama banget berangkatnya."

Naura mengerutkan keningnya mendengar perkataan Disty.

"Mas Faza udah pulang?"

"Iya, katanya sih mau ikut."

Bersambung...

Maaf ya, hiatusnya hampir satu tahun🙂

NAURA HIILINIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang