Satu Minggu telah berlalu setelah kejadian di mana pelukan yang di pergoki ketiga teman Naura. Saat ini gadis itu tengah memasukkan beberapa baju miliknya ke dalam tas, sedangkan di sampingnya terdapat gadis mungil yang terus mengerucutkan bibirnya menatap setiap gerakan Naura.
"Jangan cemberut gitu ah." Kayla menoleh kearah pintu kamar Naura, di sana terdapat Faza yang berjalan membawa beberapa buah di piring nya. Ia kemudian duduk di samping Kayla dan menatap Naura yang tengah mengancingkan tas miliknya.
"Yakin Ra?" Tanya Faza menatap Naura.
Naura mengangguk pelan dan menerima potongan buah apel yang di berikan oleh Faza.
"Kayla mau ikuut.." Kayla segera memeluk lengan Naura dengan manja.
"Kan cuman dua hari Kayla." Ucap Naura mencoba menenangkan Kayla.
Hari ini Naura akan berangkat ke Makassar untuk melakukan seminar kaligrafi salah satu penulis favorit nya. Terlebih, Naura telah memenangkan kan lomba kaligrafi yang akan di pertunjukkan pada seminar itu. Dan Naura tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini, mimpi Naura yang juga ingin menjadi seorang kaligrafi pun akan menjadi pembelajaran dan pengalaman yang menguntungkan jika ia hadir pada seminar itu.
"Tapi kan Kayla mau ikut." Bola mata gadis itu tampak berkaca-kaca membuat Naura gemas.
Ia meraih tangan Kayla dan menggenggam nya, sedangkan Faza hanya diam menatap interaksi kedua nya.
"Nanti kalau kak Naura pulang, kita jalan-jalan sepuasnya. Oke?" Walau masih agak kesal, Kayla menganggukkan kepalanya. Lagian Naura tidak akan mengijinkannya.
"Yaudah yuk berangkat, nanti keburu macet."
Faza segera meraih tas pakaian Naura dan berjalan keluar kamar, sedang kan Naura meraih tas selempang nya dan menggenggam tangan Kayla mengikuti Faza.
Setelah memasuki mobil, Kayla tampak bercerita mengenai kegiatan ia nanti setelah Naura berada di Makassar. Sepertinya gadis mungil di pangkuan Naura itu tampak mencoba menggagalkan rencana Naura untuk menuju Makassar, namun Naura hanya menganggapnya dengan mengangguk, menggeleng, dan tertawa. Jika ia meladeni Kayla, bisa jadi ia benar-benar batal berangkat.
Sekitar tiga puluh menit mereka sampai di bandara, mereka bertiga segera turun dan memasuki bandara. Keberangkatan Naura masih sekitar satu jam lagi, dan mereka memutuskan untuk duduk sembari bercerita di ruang tunggu bandara.
"Kamu hati-hati loh di sana. Nggak tau jalan kan? Aplikasi grab nya di download." Ucap Faza menggenggam tangan Naura sedangkan Kayla sudah tertidur di pelukan Faza.
"Iyaa."
"Mas nanti kangen loh." Pipi Naura bersemu mendengar ucapan Faza.
Makin kesini, Faza makin sering mengungkapkan hal-hal manis yang bisa membuat Naura gemas dan malu secara bersamaan.
"Cuman dua hari." Ucap Naura membalas genggaman Faza.
"Kayla nya di urusin ya mas. Aku nggak mau tau loh kalau aku pulang terus Kayla ngadu sama aku kalau kamu mentingin kerja dari pada Kayla." Faza terkekeh pelan mendengar ucapan Naura.
Kayla memang menjelma menjadi sosok pengadu pada Naura jika Faza mulai mengacuhkannya untuk kerja. Sebenarnya sih Faza tidak terlalu mengacuhkannya, hanya saja Kayla yang sudah sangat manja kepada Naura sekarang.
"Kayla suka ngadu ya sekarang?" Ucapnya mengelus rambut Kayla dengan sayang.
"Nggak apa-apa dong. Kaylanya kan masih kecil." Faza tersenyum. Ia merasa snagat beruntung bertemu sosok Naura yang begitu menyayangi putrinya.
Mereka pun asik bercerita sampai terdengar pengumuman jika keberangkatan Naura lima belas menit lagi.
Mereka kemudian bangkit dan melangkah beriringan, sampai kemudian Faza menggenggam tangan Naura erat membuat gadis itu menoleh menatap Faza.
"Kamu hati-hati, kalau udah sampai langsung hubungin mas." Naura mengangguk dan tersenyum lembut. Faza menghela nafasnya pelan dan menarik Naura kedalam pelukannya bersama Kayla yang masih tertidur.
"Cuman dua hari loh mas." Ucap Naura merasa geli melihat tingkah Faza dan Kayla ini.
Faza melepaskan pelukannya dan mengecup puncak kepala Naura lembut.
"Hati-hati, mas tunggu kamu pulang."
***
Setelah beberapa jam dalam pesawat akhirnya Naura menginjakkan kaki nya di bandara. Ia segera berjalan keluar bandara dan mengaktifkan hpnya, segera ia membuka aplikasi grab yang memang sudah ia download sebelum berangkat.
Sekitar lima menit ia menunggu akhirnya grab nya pun datang. Ia menghela nafas lega saat duduk di dalam mobil, memandangi kota Makassar yang baru kali ini ia lihat, berbeda jauh dengan kota Jakarta yang kanan kirinya gedung pencakar langit. Setelah sampai di salah satu hotel yang berada di dekat pantai Losari, ia segera turun dan membayar supir dengan harga yang sudah ada.
Ia kemudian berjalan memasuki hotel dan mulai chek in dan di arahnya menuju kamarnya. Setelah memasuki kamar, ia memutuskan untuk mandi terlebih dahulu. Lima belas menit Naura pun keluar kamar mandi dengan keadaan segar, ia berjalan kearah tas selempang nya dan mengambil ponselnya yang berdering kencang. Ia tersenyum saat nama Faza lah yang tertera di sana.
"Halo mas."
"Udah sampai?"
"Iyaaa"
"Alhamdulillah, tadi Kayla nya ngamuk loh pas bangun nggak nemuin kamu."
Naura tertawa pelan mendengar ucapan Faza. Ia bisa membayangkan wajah merah Kayla yang tengah mencari-cari dirinya.
"Terus Kayla nya mana mas?"
Tanya Naura sembari duduk di atas ranjang.
"Mas suruh Disty jemput. Soalnya nangis mulu dia, mas nggak tau mau gimana."
Naura menghela nafasnya pelan. Ia merasa tidak tega mendengar ucapan Faza.
"Tapi Kayla nya nggak apa-apa kan mas? Kayla udah makan kan?"
"Kok pertanyaannya hanya untuk Kayla semua sih? Nggak mau tanya mas nya?"
Naura mendengus pelan mendengar ucapan Faza.
"Mas, aku serius loh."
"Iya tadi udah makan walau di paksa dulu sih sama Disty. Oh iya, acaranya jam berapa?"
"Selesai Maghrib mas, terus besok jam sembilan."
"Naura."
Naura mengerutkan keningnya mendengar suara Faza yang serius.
"Kenapa mas?"
"Mas mau ngomong serius."
"Ngomong apa?"
"Mas kangen."
Tut!
Naura segera mematikan sambungan telfonnya, ia mengira Faza mau mengatakan hal yang benar-benar serius. Namun, tak urung jika Naura merasa bahagia. Ia memegang pipinya yang bersemu membayangkan ekspresi Faza yang tertawa setelah menggodanya.
Bersambung....
Salam manis:)
@VeNhii
KAMU SEDANG MEMBACA
NAURA HIILINIA
Romance"Hanya ibu. Aku hanya menginginkan kasih sayang ibu. Aku hanya ingin hidup bersama ibu. Papa bisa kan?" "Kenapa harus ibu nak? Kan udah ada papa." "Aku tidak mau di anggap cacat karena nggak punya ibu." "Kamu mau menjadi ibunya?" "Maaf pak?" Dia...