Kemarin aku kelupaan update gais.
***
“Saya ada jadwal ke Taiwan dan kembali besok siang, kita ketemu jam empat sore di café tempat kamu kerja.”
Ucapan Sungchan beberapa jam lalu masih terngiang jelas di telinga Rumi, bahkan selama perjalanan pulang ke rumah tetap saja terdengar suara berat milik Sungchan. Sudah hampir seminggu lebih Rumi kenal dengan Sungchan, dan selama ini Rumi merasakan kalau dia diperlakukan layaknya seorang ratu oleh Sungchan.
Awalnya Rumi pun tak menyangka jika sosok seperti Sungchan bisa dekat dengannya, karena dari ceriya yang ia dengar dari Ryujin, Sungchan itu pendiam dan memiliki tatapan mata yang tajam, bahkan setiap gadis yang mendekat padanya pasti akan ditolak mentah-mentah oleh Sungchan.
Jadi wajar jika Ryujin terkejut melihat perubahan Sungchan pada Rumi padahal baru kenal, tapi sekarang Ryujin benar-benar melihat sosok yang berbeda dari Sungchan, itu semua berkat Rumi Kim. Bersyukurlah karena Ryujin dapat menyaksikan senyuman indah milik Sungchan sebelum ia meninggal dunia.
“Woy, Rumi!” Lamunan Rumi langsung buyar ketika ia mendengar teriakan Doyoung, untung saja dia tak terjungkal kebelakang dengan refleks. Andai bukan kakak, mungkin Rumi telah mematahkan leher Doyoung sejak dulu.
“Apa sih?! Lo mau lihat gue jantungan, ya?!” gerutu Rumi.
“Jantungan bibir-bibir kau! Itu hape lo bunyi daritadi,” omel Doyoung.
Kedua mata bulat Rumi kemudian berpindah menatap ponsel yang sengaja ia simpan diatas meja ruang tamu, dan benar saja ada panggilan masuk dari seseorang, tak lain dan tak bukan adalah Sungchan. Akibat memikirkan pria itu, Rumi sampai tidak sadar bahwa orang yang ia pikirkan sudah menghubunginya lagi.
“Siapa?” tanya Doyoung.
“Teman, gue ke kamar duluan.” Dengan gerakan cepat Rumi berdiri dari duduknya dan menuju kamarnya untuk menjawab panggilan Sungchan, sebenarnya bisa saja dia mengangkat panggilan itu dihadapan Doyoung, tapi dia terlalu malas untuk mendengar ledekan kakak-nya itu, lebih baik dia menjauh dan mengunci kamarnya agar Doyoung tidak bisa masuk.
“Kok lama angkatnya?” Pertanyaan itu yang pertama kali Rumi dapatkan ketika dia mengangkat panggilan Sungchan, padahal belum juga Rumi basa-basi tapi dia sudah mendapat pertanyaan.
“Aku tadi di kamar mandi, kenapa?” tanya Rumi.
“Gapapa, saya cuma mau telfon kamu. Emang enggak boleh?” balas Sungchan.
Rumi menelan salivanya susah payah, tangan kanannya menyentuh dada kirinya yang berdegub cepat tanpa alasan. “Dengar suaranya aja bikin aku deg-degan,” gumam Rumi dalam hati.
“Yang bilang enggak boleh siapa?” tanya Rumi.
“Nada bicara kamu terkesan seperti itu.” jawab Sungchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
FanfictionSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...