Trust Me : 2

279 45 9
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Tiga hari di Thailand berhasil membuat Sungchan benar-benar lelah akibat pekerjaan yang tiada hentinya mengalir, waktu tidurnya tak pernah teratur hanya sekitar dua jam dan yang paling lama adalah empat jam. Sudah beberapa kali Sungchan jatuh sakit akibat kurang beristirahat bahkan mendapat teguran dari dokter, namun tetap saja dia langgar demi pekerjaan yang selesai dengan cepat.


“Sungchan,” Suara lembut Ny. Jung mengintrupsi gendang telinga Sungchan dan menghentikan langkah kakinya yang hendak naik ke lantai atas untuk sekedar memanfaatkan waktunya ini dengan tidur.

“Kamu udah pulang aja, gimana kerjaan di Bangkok?” tanya Ny. Jung.


Sungchan sangat takjub mendengar pertanyaan dari Bunda-nya sendiri, bukannya mempertanyakan bagaimana keadaan Sungchan justru dia malah menanyakan hal tentang pekerjaan di Bangkok. Apakah harta lebih penting dibanding kesehatan anaknya sendiri? Sungchan sangat membenci fakta bahwa Bunda dan Ayah lebih mencintai uang dibanding kedua anak laki-lakinya.

Karena kelewat kesal disertai lelah yang bercampur, Sungchan pun tak menjawan pertanyaan sang Bunda dan lebih memilih untuk melanjutkan langkahnya menuju kamar meninggalkan Bunda-nya seorang diri yang disulut emosi.


“SUNGCHAN! BESOK KAMU HARUS IKUT SAMA BUNDA UNTUK MAKAN MALAM.” teriak Ny. Jung.


Sungchan yang mendengarnya menggeleng-gelengkan kepalanya karena Bunda tak pernah menyerah untuk mengatur jadwal kencan dengan seorang wanita, tanpa disuruh pun sebenarnya Sungchan tahu bahwa dia akan menikah tapi bukan sekarang. Dia tak ingin menjalin suatu hubungan karena takut jika nantinya dia tak ada waktu untuk pacarnya sendiri, bukankah tugas seorang pria ketika berpacaran adalah menemani si gadis? Percuma saja, ‘kan jika Sungchan tak memenuhi tugas tersebut disaat dia mengencani seorang gadis?


CEKLEK


Suara pintu kamar yang tertutup membuat suasana hening pecah begitu saja, dengan gerakan cepat Sungchan naik keatas kasur empuknya untuk melakukan kegiatan tidurnya, bahkan kata Lucas kantung mata Sungchan sudah lumayan menghitam akibat kurangnya istirahat.

Kebahagiaan sederhana Sungchan hanya bermodalkan kasur dan tak ada yang mengganggunya, sekarang waktu menunjuk pada pukul tiga sore, Sungchan sudah memutuskan untuk bangun jam delapan malam sekalian makan dan kembali memeriksa berkas yang mungkin sudah dikirim oleh Lucas ke e-mailnya.

Sebelum Sungchan benar-benar larut kedunia mimpinya, ia memutuskan untuk mengganti pakaiannya terlebih dahulu agar tidurnya bisa nyaman, setelah semuanya selesai ia pun mengecek ponsel yang sudah dua hari tak ia sentuh, ada beberapa chat menumpuk dari nomor tak ia kenali, jangan tanyakan itu perbuatan siapa, tentu saja ulah Bunda-nya sendiri yang seenak jidat memberikan nomor ponsel pribadi Sungcahn dengan seorang gadis.


+6285xxxxxxxx : Ini sungchan kan?

+6287xxxxxxxx : Kita ketemu besok? Bunda kamu yang nyuruh aku chat kamu.

Jung Sungchan : Trust Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang