Gak kerasa banget yah udah berakhir aja, terima kasih banyak karena udah setia baca cerita ini, support dan ngasih saran.
Cerita ini masih jauh dari kata Sempurna, tapi karena semangat dari kalian, aku bisa nyelesaiin ini semua meskipun agak kurang bagus 🙃
Dan seperti biasa aku bakal ngasih bonus chapter kok
***
Doyoung terus memperhatikan Rumi yang sibuk memilih pakaian, sedaritadi gadis itu kebingungan hendak memakai yang mana untuk kencannya nanti sore dengan Sungchan. Bahkan sudah hampir dua jam Rumi masih setia membongkar isi lemarinya.
“Lama amat lo, gue udah selesai bongkar motor, lo belum selesai pilih baju.” gerutu Doyoung.
“Banyak komentar lo, Direktur lo?” balas Rumi.
Doyoung spontan mencibir lalu melempari Rumi menggunakan tissue yang sedaritadi ia genggam dan telah lusuh itu, sedangkan sang korban tak memperdulikannya selagi si pelaku tidak mengganggu kegiatan membongkar lemarinya.
“Jadi, udah fix kalau orangtuanya Sungchan setuju?” tanya Doyoung.
Pergerakan tangan Rumi auto terhenti dan berbalik menatap sang kakak dengan tatapan teduhnya, ia menampilkan senyum kecilnya lalu mengangguk pelan. Ia tak bisa mendeskripsikan kata bahagia yang tepat untuk dirinya sendiri saking bahagianya, seakan-akan ia tak percaya bahwa apa yang diinginkannya akhirnya tercapai.
Terlebih Bunda Sungchan, Rumi tak pernah terpikirkan mengapa beliau tiba-tiba memberikan restu pada hubungan yang ia jalani dengan Sungchan. Tapi, itu bukan masalah, selagi beliau tak menghinanya, itu suatu kesyukuran. Lagipula, saat Rumi bertemu dengan beliau, tak ada ekspresi terpaksa saat dia mengatakan merestui hubungan sang anak.
“Syukurlah, lo enggak perlu nangis-nangis lagi,” ejek Doyoung.
Lagi dan lagi Rumi mendengar ejekan itu. Doyoung terkekeh pelan lalu mengacak rambut Rumi dengan gemas, adik gadisnya sudah tumbuh menjadi dewasa dan mungkin sebentar lagi akan menikah, mendahului Doyoung. Miris sekali sosok Kim Doyoung ini.
“Jadi, kapan keluarga Sungchan datang ngelamar kamu? Supaya aku bisa ngabarin Ibu-nya Mark di kampung,” ucap Doyoung.
“Enggak tahu, nanti aku kasih tahu kalau Sungchan udah bahas.” balas Rumi.
Doyoung hanya mengangguk-anggukan kepala pertanda ia paham akan penuturan tersebut. Tak lama kemudian, terdengar sebuah ketukan di pintu, hingga mau tidak mau Doyoung beranjak dari posisinya untuk membukakan sang tamu. Tidak etis rasanya jika dia membiarkan tamu itu berlama-lama mengetuk disaat penghuni rumah ada.
“Loh, Sungchan?” ujar Doyoung begitu dia berhasil membuka pintu.
Senyum Sungchan auto terbit dan menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal itu, melainkan lebih tepatnya salah tingkah. Detik berikutnya, Doyoung mempersilahkan Sungchan untuk masuk dan duduk di sofa buntutnya. Kemudian, Doyoung menyuruh Rumi mempercepat gerakannya daripada membuat Sungchan menunggu lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
FanficSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...