Segalanya butuh uang?
Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya?
Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
BRAK
Tuan Jung dibuat terkejut ketika mendengar pintu ruangannya dibanting begitu saja oleh anak pertamanya, yaitu Jaehyun. Pria itu melangkah kearahnya dengan ekspresi yang dipenuhi amarah, seakan-akan siap menghabisi Ayah-nya sendiri jika berani bertindak sesuatu yang berakhir membuatnya kesal.
Hingga langkah kaki panjang milik Jaehyun berhenti tepat didepan sang Ayah, barulah dia menarik nafas pelan lalu menghembuskan secara perlahan. Wajahnya bahkan terlihat memerah, pertanda ia telah menahan ledakan amarahnya dan tak menjadikan seseorang sasaran empuk dalam kemarahannya.
“Ada apa?” tanya Tuan Jung.
“Harusnya aku yang tanya gitu ke Ayah. Ada apa? Kenapa Ayah suruh Sungchan bawa pacarnya ke hadapan Ayah? Ayah mau apa? Mau hina dia? Atau gimana?!” bentak Jaehyun.
Sesuai dugaan Tuan Jung, anak pertamanya ini pasti sangat kesal saat mendengar ucapannya beberapa jam lalu mengenai pertemuannya nanti dengan Rumi. Satu keluarga besar sudah tahu sifat dari Tuan Jung, hingga Jaehyun sebagai anak-nya pun tidak percaya akan apa yang keluar dari mulut Ayah-nya sendiri.
Masa bodoh dengan kata dosa. Kedua orangtuanya yang memulai semuanya, hingga Jaehyun dan Sungchan pun sangat-sangat membenci mereka berdua. Tak ada kebebasan dalam memutuskan keinginan, bahkan tentang jodoh pun mereka yang mengaturnya. Jadi, wajar kalau Jaehyun merasakan ada kejanggalan ketika Tuan Jung ingin bertemu dengan Rumi.
Rumi itu gadis yang baik, hingga akhirnya gadis itu berhasil membuat Sungchan jinak. Terkadang sampai detik ini Jaehyun tidak percaya kalau Rumi mampu merubah pertahanan Sungchan untuk tidak berkencan terlebih dahulu, parahnya lagi, Sungchan jatuh cinta pada pandangan pertama. Siapapun yang membuat Sungchan nyaman, tentu saja akan disambut baik oleh Jaehyun dan akan mendukung apapun keputusan Sungchan asal adik-nya itu bahagia.
“Kamu terlalu banyak mikirin hal-hal yang tidak berguna, Jaehyun.” balas Tuan Jung.
Terlihat Jaehyun semakin berusaha meredam amarahnya, bahkan mungkin darahnya sudah mendidih saking kesalnya. Andai yang ia hadapi saat ini bukan Ayah-nya, bisa saja Jaehyun telah memberikannya tinju di wajah sebagai hadiah mengesankan.
“Ayah jangan pura-pura bodoh, Ayah kira aku enggak tahu kalau Ayah sama Bunda yang atur kencan Sungchan dengan Vania? Dan tadi, Ayah pura-pura enggak tahu tentang Vania? Kocak.” ujar Jaehyun.
“Semua tentang Vania adalah rencana Bunda kamu! Ayah enggak bisa apa-apa selain mengiyakan keinginan Bunda kamu itu!” bentak Tuan Jung.
Jaehyun tertawa sinis, ia kemudian melipat kedua tangannya didepan dada dan tak lupa ia memberikan tatapan tajamnya yang sangat jarang ia perlihatkan pada siapapun, kecuali dalam keadaan mendesak hingga mengharuskannya untuk melakukannya, seperti sekarang contohnya. Tidak seperti Sungchan, always berekspresi datar nan tajam.