***
“Rumi, aku bisa jelasin semuanya, Rum!” Rumi langsung menepis tangan Sungchan yang hendak memegangnya, dadanya naik-turun pertanda emosinya benar-benar berada dipuncak. Make up-nya bahkan sudah berantakan, hingga membuat beberapa orang heran menatapnya.
Seorang Jung Sungchan bertengkar dengan seorang gadis, ini adalah pemandangan langka. Tahu sendiri, Sungchan itu orang yang sangat-sangat tertutup, bahkan hanya sebagian dari para karyawan yang peka dengan hubungan Rumi dan Sungchan. Kalau bukan mereka sendiri yang menebak, mana mungkin mereka tahu hubungan spesial tersebut.
“Mau jelasin apa lagi? Emang yang aku lihat tadi itu kurang cukup?! Perasaan udah cukup, karena dengan penjelasan kamu itu sama aja aku dengar penjelasan dari seorang pembohong!” bentak Rumi.
“Please, dengar aku. Semua yang kamu lihat itu salah paham, dia yang peluk aku, aku enggak peluk dia. Kamu lihat sendiri, ‘kan?” ucap Sungchan.
Rumi tersenyum miris, tangan kirinya terangkat untuk menghapus jejak air mata yang jatuh di pipi kirinya. Pagi ini benar-benar kacau, padahal Rumi tadinya membayangkan pagi indah bersama Sungchan, tpi sekarang? Sudahlah, semuanya memang tak seindah ekspektasi.
“Pembohong!” hardik Rumi.
Sedangkan diposisi Sungchan, dia benar-benar bingung harus menjelaskan apa lagi agar Rumi bisa percaya atas ucapannya. Karena apa yang ia ucapkan barusan adalah suatu kejujuran, tapi wanita manapun bisa salah paham atas perlakuan Vania tadi padanya, terlebih lagi Rumi adalah pacarnya sendiri.
“Rumi, aku mohon, kali ini kamu percaya sama aku. Aku minta maaf, maaf udah nyakitin kamu, maaf.” lirih Sungchan.
Rasanya Sungchan ingin menenggelamkan diri saja detik ini juga karena telah menyaksikan sendiri air mata Rumi keluar dengan deras akibat perbuatannya, ia tak pernah menyangka kalau dia bisa menyaksikan air mata sedih dari Rumi. Yang Sungchan harapkan hanyalah air mata kebahagiaan.
“Aku mau pulang,” ucap Rumi.
“Okay, aku antar,” balas Sungchan.
“Enggak perlu, permisi.” potong Rumi dan langsung beranjak pergi meninggalkan Sungchan seorang diri di lobby kantor dengan keadaan bingungnya.
Bukannya mengejar Rumi, dia malah diam memandangi punggung mungil tersebut yang perlahan menghilang dari pandangannya. Akan lebih baik jika dia membiarkan Rumi sendiri terlebih dahulu, karena jika Sungchan tetap memaksa, itu sama saja dia menyakiti Rumi lebih dalam lagi dan dia tak ingin hal tersebut terjadi.
“Pak,” Spontan Sungchan berbalik kearah kiri dan mendapati Lucas berlari menghampirinya disertai nafas tak beraturnya.
“Ada apa?” tanya Sungchan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
Fiksi PenggemarSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...