***
“Kamu enggak bakal nanya yang tadi itu siapa?” Rumi langsung mendongakkan wajahnya dan menatap Sungchan yang berjalan beriringan dengannya. Seharusnya mereka berdua tetap stay di café saja, tapi karena ada sesuatu yang membuat Sungchan kurang nyaman, mau tidak mau ia harus membawa Rumi keluar saja daripada harus berhadapan dengan seseorang yang tak ingin ia temui.
“Aku enggak ada hak untuk nanya itu sama kamu.” jawab Rumi.
Sungchan mengangguk paham sembari sesekali ia menunduk menatap lantai mewah sebuah pusat pertokoan ternama di Jakarta ini. “Dia Vania.” ucap Sungchan.
Kening Rumi mengernyit dan berusaha menyamakan langkah kaki Sungchan yang lumayan lebar, ya, wajar saja karena panjang kaki Sungchan sangat tidak manusiawi. Rumi heran, kenapa ada manusia yang tingginya mampu membuatnya iri.
“Perasaan aku enggak bilang apa-apa deh, Chan,” ujar Rumi.
Spontan Sungchan terkekeh pelan lalu memberhentikan langkah kakinya, Rumi pun ikut berhenti meskipun ia tak tahu apa maksud pria itu berhenti jalan. Rumi menatap sekitarnya, ia mendapati toko bermerk terkenal nan mewah mengelilinginya, memang benar, kelas Jung Sungchan itu berbeda.
“Dia cewek pilihan Bunda saya, Bunda mau kalau saya nikah sama dia.” ucap Sungchan.
Rumi sungguh bingung harus bereaksi seperti apa saat ini, dia benar-benar bingung dan mulutnya kaku untuk berucap kata-kata padahal dia sangat ahli memberi orang nasihat tentang masalah percintaan atau apapun itu, karena Rumi suka mendengarkan orang bercerita.
“Lalu? Kamu enggak suka?” tanya Rumi.
“Sepertinya kamu udah tahu jawabannya, yuk, kita belanja.” balas Sungchan.
Rumi hanya bisa pasrah mengikuti kemana Sungchan melangkah, hingga mereka berakhir disalah satu toko pakaian mewah. Jika boleh jujur, selagi Rumi menunggu Sungchan selesai dengan dunianya, ia memandangi jas-jas mewah dan juga gaun yang sangat cantik untuk mencuci mata. Tapi, label harga yang menempel pada setiap lembar pakaian tersebut sangat tidak cocok untuk kaum seperti dirinya.
“Kamu lihat apa?” tanya Sungchan.
Hampir saja tangan Rumi terangkat untuk menampar orang yang tiba-tiba merangkul pundaknya, namanya juga pergerakan refleks, itu adalah salah satu percobaan pertahanan diri yang baik untuk ditanamkan pada setiap wanita.
“Ah, ini, aku lihat-lihat aja, cantik gaunnya.” jawab Rumi.
“Kamu mau?” tanya Sungchan.
Otomatis kedua mata Rumi melotot dan langsung menggeleng sebagai jawaban, jangan sampai Sungchan membayar gaun-gaun yang harganya tak manusiawi ini. Padahal dibuat dari kain dan benang, tapi harganya sangat fantastis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
FanfictionSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...