***
Tepat pada pukul tujuh malam, Sungchan dan Rumi tiba di lokasi dimana acara pernikahan itu berlangsung. Sungchan tersenyum simpul melihat bagaimana cantik dan menawannya Rumi malam ini, tubuh rampingnya di balut gaun mewah namun tetap terlihat elegant. Benar-benar style yang diinginkan Sungchan, sepertinya apapun yang Rumi kenakan akan terlihat berkelas.
Sedangkan disisi lain Rumi sedaritadi menahan rasa gugupnya dengan cara meremas ujung gaunnya hingga kusut, disamping kanannya ada Sungchan yang sibuk mengobrol dengan beberapa kolega perusahaan, lalu dia? Hanya diam memandangi sekitarnya, lalu sekitar yang menatapnya aneh.
Andai Rumi bisa memilih, dia sangat ingin pergi dari tempat ini, dia tak suka menjadi pusat perhatian orang-orang. Apalagi dia tak sengaja mendengar beberapa bisikan merendahkan untuk dirinya karena telah berdampingan dengan Sungchan, ingin bermasa bodoh tapi itu terlalu menyakitkan bagi Rumi.
“Hey, kamu kenapa, Rum?” Lamunan Rumi langsung buyar begitu saja ketika mendengar suara berat milik Sungchan menghiasi gendang telinganya, ia menggeleng dengan gugup sembari tersenyum kecil. Berusaha baik-baik saja dan merasa nyaman, jangan sampai Sungchan memutuskan untuk pulang hanya karena Rumi.
“Kamu kelihatan pucat, kenapa?” ulang Sungchan.
Sudahlah, Sungchan ini adalah tipe orang yang sulit untuk dibohongi, sedangkan Rumi adalah tipe orang yang tidak pandai menyembunyikan sesuatu. Sangat cocok sekali bukan? Tuhan memang sangat adil mempertemukan seseorang.
“Aku gapapa kok, mungkin AC-nya yang terlalu dingin.” balas Rumi.
Alasan yang begitu sangat tidak masuk akal, sudah jelas-jelas AC tidak terlalu berfungsi dengan baik bahkan para tamu terlihat kepanasan. Dan juga keringat yang bercucuran dari dahi Sungchan terpapar jelas, lalu dengan santainya Rumi mengatakan bahwa AC-nya terlalu dingin.
“Iya, dingin banget. Saking dinginnya, aku sampai keringat gini, Rum,” ejek Sungchan.
Spontan Rumi terkekeh pelan dan jadi salah tingkah, sepertinya dia salah ucap, seharusnya dia tak perlu mengatakan hal basi pada Sungchan. Ya, tahu sendiri Sungchan itu bagaimana, suka ceplas-ceplos dan bicara sesuai fakta.
“Kamu enggak nyaman disini?” tanya Sungchan.
“Hah? Eng-enggak kok, aku nyaman banget malah.” gugup Rumi.
Sungchan mendecak sebal, ia langsung membungkukkan sedikit tubuhnya agar dapat memandangi mata indah milik Rumi. Walaupun Sungchan baru kenal dengan Rumi, tapi dia sudah tahu apa kelemahan gadis itu, yaitu ditatap dengan intens.
“Enggak usah bohong, mau pulang?” tawar Sungchan.
Ingin rasanya Rumi mengiyakan hal tersebut, tapi dia jadi tidak enak hati kalau Sungchan harus pulang cepat hanya karena dirinya. Terlebih lagi mereka baru tiba sepuluh menit, sangat tidak lucu kalau mereka angkat kaki dari sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
FanficSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...