***
Sejak Sungchan duduk dihadapannya, perasaan Rumi semakin gelisah. Kedua tangannya saling menggenggam satu sama lain untuk meredakan rasa gugupnya, bahkan ia tak berani menatap Sungchan. Setelah Sungchan menjelaskan tentang tujuannya saat melalui pesan tadi, Rumi langsung tak berdaya dan seakan-akan kehilangan semangat hidup.
“Bunda aku termasuk orang yang to the point dan ceplas-ceplos. Jadi, aku mohon, kalau kamu emang enggak mau ketemu sama keluarga aku, enggak masalah, Rum.” jelas Sungchan.
Sebenarnya Rumi tak pernah menyangka jika dia akan bertemu dengan kedua orangtua Sungchan, bukannya dia tak siap, hanya saja dia takut kalau dia akan mendengarkan kata-kata menyakitkan. Terlebih lagi barusan Sungchan mengatakan bahwa Bunda-nya orang yang memiliki ucapan tanpa difilter.
“A-aku bisa,” balas Rumi.
“Rumi …” lirih Sungchan.
Sungchan langsung menarik kedua tangan Rumi untuk ia genggam, dan dapat ia rasakan kalau tangan tersebut terasa dingin dan juga berkeringat pertanda kalau Rumi benar-benar gugup saat ini. Kutuklah Sungchan karena telah membuat pacarnya sendiri berada diposisi sulit.
“Bunda kamu yang minta, ‘kan? Aku harus datang. Enggak masalah kalau dia enggak suka sama aku, tapi apa salahnya aku datang memenuhi panggilan dia?” ujar Rumi.
Awalnya Sungchan tidak ingin memberitahu Rumi perkara masalah ini, tapi dia bisa memastikan kalau dia tak membawa Rumi ke rumah ini, ke hadapan Bunda atau Ayah-nya, dia akan terus-terusan mendapatkan pertanyaan bagaimana sosok Rumi sebenarnya? Dan terpaksa Sungchan setuju lalu meminta persetujuan pada orang yang bersangkutan ini.
“Kamu serius gapapa? Aku khawatir kalau kamu enggak nyaman, kita baru pacaran beberapa bulan dan sekarang aku udah bawa kamu ke hadapan orangtua aku,” ucap Sungchan.
Rumi terkekeh pelan, ia mencondongkan sedikit tubuhnya untuk berbisik kearah Sungchan, “Kamu lupa, kalau kamu pernah ajakin aku nikah bukan pacaran?” bisik Rumi.
KRIK KRIK KRIK
Suasana café yang tadinya sedang ramai langsung hening seakan-akan mendukung situasi saat ini. Sungchan menelan salivanya susah payah, berusaha biasa saja dan tak ingin terlihat malu. Bisa-bisanya dia lupa satu fakta kalau dia pernah mengajak Rumi menikah, bukan untuk berpacaran.
“Enggak usah diingetin.” gerutu Sungchan.
Senyum Rumi mekar ketika melihat sang pacar memasang ekspresi kesalnya, sungguh menggemaskan melihat Sungchan tengah marah dan menggembungkan pipinya berkali-kali. Rumi benar-benar takjub, kenapa pacarnya yang terkenal seperti beruang kutub ini jadi jinak padanya? Padahal Rumi tidak pakai pesugihan apapun.
“Kapan aku bisa ketemu orangtua kamu?” tanya Rumi.
“Aku bakal kabarin kamu kapan pastinya, ya?” ujar Sungchan dan dibalas anggukan oleh Rumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
FanfictionSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...