Trust Me : 35

129 21 0
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Hari ini, Rumi memberanikan diri mengunjungi Sungchan di kantornya, walaupun dihujani rasa takut akan tatapan orang-orang, ia berusaha tak memperdulikannya. Terlebih lagi Rumi langsung disuruh ke ruang kerja Sungchan, yang otomatis membuat para karyawan wanita berjerit iri kearah Rumi. Sebenarnya satu kantor sudah tahu kalau Rumi adalah kekasih dari Sungchan, tapi tetap saja ada orang yang tidak suka dan menebar kebencian tentang Rumi.

Bagi Rumi itu bukan suatu masalah besar, dia tak bekerja di kantor ini dan tak ada waktu untuk mengurus orang-orang yang membencinya. Dirinya sendiri saja sulit untuk ia urus, kenapa dia harus repor-repot memikirkan orang lain? Itu prinsip Rumi yang ia tanam sejak awal duduk di bangku sekolah menengah.


“Rumi,” Sang pemilik nama auto mendongakkan wajahnya ketika mendengar suara berat Lucas mengintrupsi gendang telinganya, ia kemudian memberikan senyuman terbaiknya pada pria tinggi itu dan tentu dibalas dengan baik oleh Lucas.

“Sungchan ada, ‘kan?” tanya Rumi.

“Dia daritadi nungguin kamu, masuk sana,” jawab Lucas.


Rumi mengangguk paham dan langsung masuk kedalam ruangan Sungchan setelah mendapat perintah dari Lucas. Begitu dia membuka pintu tersebut, hal pertama yang Rumi dapatkan adalah sosok Sungchan yang sedang sibuk menatap layar komputernya. Ketika Sungchan sedang serius, dia terlihat semakin menawan di mata Rumi.


“Aku tahu kalau aku itu ganteng, lihatinnya jangan gitu banget dong,” Lamunan Rumi auto buyar ketika Sungchan tiba-tiba bersuara dan malah meledeknya.


Sangat disayangkan jika Rumi tak menikmati keindahan ciptaan Tuhan tepat didepan matanya. Rumi rasa, Tuhan saat menciptakan Sungchan dalam mood yang bagus, maka dari itu Sungchan bisa sangat sempurna. Dia tampan, kaya, lembut, pintar, baik, tinggi, putih dan patuh pada orangtuanya. Satu kekurangannya, yaitu sifatnya dingin.


“Kenapa berdiri disitu terus? Masuk,” perintah Sungchan.

“Iya, ini aku baru mau masuk, tapi aku terpanah sama ketampanan kamu.” balas Rumi.


Bohong kalau Sungchan mengatakan dia tak malu atas pujian tersebut. Dia sudah berkali-kali mendengarnya dari orang lain kalau dia tampan, tapi jika Rumi yang mengucapkan hal tersebut rasanya seperti ada kupu-kupu didalam perut Sungchan yang berterbangan hingga membuatnya terasa geli.


“Ada apa kamu tiba-tiba mau ketemu? Biasanya aku paksa kesini juga kamu enggak mau.” ucap Sungchan sembari berdiri dari duduknya dan menghampiri Rumi yang duduk di sofa.

“Awalnya aku pikir mau bahas ini lewat telepon, tapi rasanya enggak sopan. Ya udah, aku kesini, lagian tempat kerja aku ada didepan jadi enggak makan ongkos buat kendaraan.” ucap Rumi.


Sungchan mengangguk paham, ia kemudian memposisikan dirinya dengan nyaman agar perbincangannya berjalan lancar. Bersyukurlah karena hari ini Sungchan tidak terlalu sibuk, jadi dia ada waktu untuk Rumi. Ya, walaupun dia sibuk, pasti tetap meluangkan waktunya pada Rumi. Dasar bucin.


Jung Sungchan : Trust Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang