***
Pagi ini Rumi dibuat terkejut dengan kehadiran Sungchn yang tiba-tiba menjemputnya, bahkan pria itu sudah stay didepan kontrakan kecil milik Rumi sembari bersandar pada mobil mewahnya disertai senyuman menawannya yang khusus diberikan untuk Rumi tentunya. Dengan cepat Rumi menghampirinya dan celingak-celinguk kearah kanan-kiri untuk memastikan apa ada tetangganya yang mengintipnya sekarang.
Omongan tetangga itu terlalu menusuk bagi Rumi, jadi dia tidak terlalu suka jika harus ketahuan atau apalah meskipun ia tak berbuat zina. Tahu sendiri bagaimana mulut tetangga, tidak akan berhenti sampai Rumi benar-benar meninggalkan lingkungan tersebut.
“Kok enggak kabarin aku?” tanya Rumi.
“Surprise,” jawab Sungchan.
Rumi tak membutuhkan surprise seperti ini, jantungnya sungguh berdetak kencang karena takut ketahuan oleh orang lain. Ia pun segera berpamitan pada Doyoung dan ikut menyusul Sungchan yang sudah masuk kedalam mobil terlebih dahulu, sudah berkali-kali Rumi menumpang di mobil mewah ini, tapi tetap saja rasanya selalu membuat Rumi berdebar. Takut jika ia menyentuh sesuatu dan berakhir rusak, lalu disuruh ganti rugi, mau ambil uang darimana Rumi? Gajinya pas-pasan untuk mengganti kerusakan.
“Maaf ngerepotin terus, harusnya kamu enggak perlu lakuin ini, Chan,” ucap Rumi.
“Ini kemauan saya, jadi kamu enggak perlu ngerasa enggak enak atau apalah.” balas Sungchan.
“Tapi, tetap aja,” gumam Rumi.
Spontan Sungchan berbalik sekilas kearah Rumi dan kembali fokus pada jalanan didepannya agar tak menabrak apapun, selincah-lincahnya Sungchan membawa mobil, tetap saja dia harus hati-hati agar tak merenggut nyawa siapapun.
“Tetap aja gimana maksud kamu?” tanya Sungchan.
“Aku ngerasa enggak pantas.” ucap Rumi dalam hati.
Rumi pun hanya tersenyum menanggapi pertanyaan Sungchan, mana berani dia mengutarakannya langsung didepan Sungchan, yang ada dia mendapat suatu omelan tiada hentinya seharian ini. Sungchan itu tipikal orang yang sangat rendah hati, Rumi sangat bangga karena telah mengenal orang baik seperti Sungchan.
“Oh iya, kamu ada waktu enggak malam ini?” tanya Rumi dengan hati-hati, takut jika Sungchan akan menolaknya atau mungkin tak sudih menerima ajakannya. Siapa yang tahu, ‘kan?
“Malam ini? Buat apa?” balas Sungchan.
Rumi menelan salivanya susah payah, tangan kirinya terangkat untuk menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal melainkan ia bingung harus berucap apalagi. Bibirnya mendadak keluh dan membisu, padahal semalam ia sudah berlatih tapi kenapa malah menjadi gagu?
“A-anu, ak-aku, aku adain acara kecil-kecilan di rumah. Mau datang?” gugup Rumi.
Spontan Sungchan terkekeh pelan mendengarnya, ketika Rumi gugup, itu sangat menggemaskan bagi Sungchan, saking menggemaskannya rasanya Sungchan ingin menjadikannya istri detik itu juga. Tapi ia harus tahan nafsu, jangan sampai Rumi memutuskan menjauh darinya akibat ketidaksabaran Sungchan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
Fiksi PenggemarSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...