***
“Anjing!” Umpatan itu yang pertama kali Sungchan dapatkan ketika ia berdiri didepan pintu café dan keluarlah Hyunjin sembari membawa kantongan hitam besar, mungkin saja berisikan sampah bekas plastik dan sebagainya.
Pukul sebelas malam, Sungchan masih ada diluar rumah dan memang berniat untuk menunggu Rumi selesai dengan pekerjaannya tanpa sepengetahuan gadis itu. Ia kemudian memamerkan senyuman terbaiknya untuk Hyunjin yang sepertinya masih berusaha menetralkan nafasnya, seakan-akan habis melihat hantu jalanan.
“Lo mau lihat gue jantungan, ya? Gila aja sih, lo berdiri gitu kek hantu tahu!” gerutu Hyunjin.
Sungchan terkekeh pelan lalu mengeluarkan kedua tangannya yang tadinya ia simpan didalam saku celana kain hitamnya, Hyunjin yang melihat Sungchan celingak-celinguk kearah dalam café pun paham, pasti pria ini mencari keberadaan Rumi.
“Cari Rumi?” terka Hyunjin.
“Iya, dia belum pulang, ‘kan?” tanya Sungchan.
Dengan cepat Hyunjin menggelengkan kepalanya kemudian menyuruh Sungchan untuk masuk kedalam café, mumpung café sudah diberi label ‘Tutup’ didepan pintu, maka suasananya sangat sepi. Tak ada satupun pengunjung, kecuali para karyawan yang membersihkan café sebelum pulang ke rumah masing-masing.
“Rum, ada yang nyariin lo,” ujar Hyunjin pada Rumi.
Sedangkan Rumi yang tengah mengepel lantai langsung mendongakkan wajahnya, dan mendapati Sungchan berdiri dihadapannya. Terkadang Rumi heran, apa resep rahasia pria itu hingga tetap menawan sampai malam hari? Padahal sudah dipastikan kalau Sungchan sama lelahnya dengan Rumi, atau mungkin lebih lelah dari Rumi.
Duduk berhadapan dengan beribu berkas, ditandatangani, diperiksa lalu diserahkan pada Sekretaris itu bukan hal yang mudah. Jika Sungchan salah sedikit saja, bisa berakibat fatal pada perusahaannya sendiri.
“Kok? Kamu belum pulang?” tanya Rumi.
Baru saja Sungchan hendak menjawab pertanyaan tersebut, tapi Hyunjin langsung memotongnya, “Dia nungguin lo.”
Rumi mendecak sebal dan hampir melempari Hyunjin menggunakan pel yang ia pegang, namun ditahan oleh Sungchan. Sedangkan Hyunjin yang merasakan nyawanya untuk saat ini aman, langsung berlari kearah dapur melarikan diri dari amukan Rumi tentunya. Lalu Ryujin yang sedaritadin hanya menjadi penonton pun cukup lelah dengan kelakuan Hyunjin, pria itu terlalu aktif walaupun malam hari sudah menyapa.
“Enggak usah heran gitu, Rum, tahu sendiri Hyunjin itu gimana. Nyahut kek setan.” ucap Ryujin.
“Iya juga sih.” gumam Rumi.
Fokus Rumi pun kembali teralihkan pada Sungchan yang setia memandanginya dengan sebuah senyuman khasnya. Seketika rasa lelah Rumi sirna ketika melihat senyum itu, Sungchan benar-benar energinya saat ini, ia tak butuh makan karena rasa laparnya hilang karena senyum tersebut. Okay, ini lebay.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jung Sungchan : Trust Me [Completed]
FanfictionSegalanya butuh uang? Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya? Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...