Segalanya butuh uang?
Jawabannya adalah iya, karena segala kebutuhan pasti memerlukan uang. Tapi, apa kebahagiaan benar-benar berasal dari uang? Atau malah sebaliknya?
Uang. Satu kata yang sama sekali tidak terlalu berarti apa-apa bagi Sungchan, lah...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Bukan tanpa alasan mengapa Rumi memutuskan untuk menghilang sementara tanpa mengabari siapapun selain kakak-nya, Doyoung dan juga Ryujin tentunya. Rumi pun memilih tempat di kampung halaman, lebih tepatnya di kediaman tante-nya untuk menenangkan sedikit pikirannya yang agak penat.
Sebenarnya Rumi memikirkan hal yang seharusnya tak perlu ia pikirkan, hanya saja ia masih terkejut ketika mendengar pernyataan dari Sungchan beberapa hari lalu. Ia tak percaya kalau ekspektasinya menjadi kenyataan, seorang Jung Sungchan menyatakan perasaan pada seorang gadis miskin seperti Rumi? Itu seperti cerita dongeng dan drama yang ia tonton.
Bohong jika Rumi tak bahagia mendengar ungkapan Sungchan, justru jantungnya terus berdetak cepat ketika mengingatnya. Saat ini ia meyakinkan satu hal yaitu perasaannya tak bertepuk sebelah tangan, tapi dia masih tak percaya dengan semua kenyataan yang menimpanya sekarang.
“Rumi, kamu lagi apa, nak?” Lamunan Rumi langsung buyar ketika mendengar pertanyaan sang tante, sebut saja namanya tante Zafirah.
“Enggak ada kok, aku cuma lihat-lihat pemandangan sini. Jarang-jarang aku lihatnya, makanya mau puas-puasin diri ngerasain udara sejuk, selama di Jakarta aku hirupnya bau asap knalpot.” ucap Rumi.
Tante Zafirah tertawa renyah mendengar penuturan Rumi, keponakannya yang begitu ia sayangi ini ia jaga dengan baik. Bahkan ketika Rumi dan Doyoung tak ada kabar dalam sebulan, ia panik dan khawatir apa kedua anak itu hidup dengan baik di kota besar?
“Mau sampai kapan tinggalin Doyoung sendirian di kontrakan, Rum?” tanya tante Zafirah.
“Tante ngusir aku, ya?” balas Rumi.
Sepertinya ada sedikit salah paham, tante Zafirah justru sangat senang dan bahagia ketika Rumi menginap di rumahnya. Tapi alangkah baiknya lagi jika Doyoung pun ikut agar rasa khawatirnya musnah, selain karena tante Zafirah hanya tinggal berdua dengan anak laki-lakinya, tante Zafirah juga merasa terhibur jika ada Rumi yang berkunjung.
“Tinggal aja sepuas kamu, enggak usah perduliin Doyoung. Dia bakal nyusul kalau udah muak sendirian di kontrakan,” ucap tante Zafirah.
Ini yang Rumi sukai dari sang tante, selalu menuruti apa yang Rumi inginkan. Rumi benar-benar dianggap sebagai anak kandung sendiri dari tante Zafirah, bahkan kasih sayang sang tante sama rata dengan anak kandungnya sendiri, yaitu Mark Lee.
“Mark kemana, tan? Kok enggak kelihatan dari pagi,” tanya Rumi.
“Lagi di sawah bantuin tetangga sebelah panen.” jawab tante Zafirah.
“Siapa?” tanya Rumi.
“Pak Taeil.” ucap tante Zafirah.
Rumi mengangguk paham dan tahu siapa yang dimaksud. Pak Taeil adalah seorang pria yang berstatus sebagai duda muda, istri-nya meninggal karena melahirkan dan anak-nya pun ikut meninggal beberapa tahun lalu. Jika Rumi diposisi Pak Taeil, ia tak bisa membayangkan bagaimana frustasinya Rumi.