Please don't be a silent readers.
~
"Zahra."
Tanpa adanya tombol otomatis, bibir seorang pria yang sedang terduduk di kursi jabatannya langsung tersungging ke atas tepat saat bibir itu pula mengucapkan sebuah nama yang terdengar indah.
Seolah baru menemukan sebuah ide, tangannya langsung menyambar benda canggih berbentuk pipih yang ia letakkan di atas meja. Jangan lupakan, senyuman pun belum pudar dari wajahnya.
Zahra
Kali ini nama itu tidak dilafalkan, melainkan ia ketik di papan pencarian sebuah media sosial dengan tujuan mencari akun wanita itu, karena sepertinya tidak mungkin di zaman sekarang wanita itu tidak menggunakan media sosial bernama Instagram.
Setelah tangannya menekan tombol search, tidak pakai lama, deretan akun dengan nama Zahra langsung muncul berderet di layar ponselnya.
Tidak seperti yang Fiki kira, ia kira akun itu adalah akun yang diprivasi, tapi nyatanya tidak, ternyata akun wanita itu tidak dikunci sama sekali. Yang berarti, Fiki dapat dengan bebas melihat semua postingan wanita itu.
Jemari Fiki terus menggeser layar ponselnya, sudut bibirnya tertarik ke atas di setiap ia melihat foto wanita itu yang sedang tersenyum.
Selain melihat-lihat, Fiki pun juga ikut menyukai semua postingan Zahra. Tidak tanggung-tanggung, ia juga ikut mengikuti akun itu, dengan harapan akan diikuti balik.
Sebenarnya, isi postingan Zahra tidak banyak, hanya ada beberapa foto wanita itu dengan busana muslim seperti sedang mengiklankan suatu produk. Selain itu, ada juga postingan berisi kutipan kata-kata dan beberapa foto aesthetic lainnya yang kalau dijumlah terdiri dari dua puluh lima postingan.
Karena Fiki adalah orang yang tak sabaran, ia langsung mengetuk direct message akun itu, lalu mengetikkan rangkaian kalimat yang berisi meminta untuk diikuti balik.
Baru saja ia meletakkan benda canggihnya ke atas meja, tapi benda itu tiba-tiba bergetar menampilkan sebuah notifikasi, membuat Fiki mau tak mau harus melihatnya.
Ke rumah dulu sini, Mama mau bicara.
Itulah isi dari notifikasinya, yang mana itu adalah isi pesan singkat yang sengaja dikirimkan oleh mama untuk dirinya.
Heran. Itulah yang Fiki rasakan saat ini. Ia hanya heran saja, karena tumben sekali mamanya itu mengirimkannya sebuah pesan singkat.
Perasaan Fiki jadi tidak enak, sepertinya akan ada pembahasan serius yang nantinya akan mereka bicarakan bersama.
°°°°
"Berangkat sama Aa?"
Wanita yang sedang melahap nasi gorengnya menoleh ke sumber suara. Dilihat kalau ada Aa-nya di sana, ia tersenyum, kemudian mengangguk menanggapi.
"Tapi nanti jemput juga, ya? Zahra udah nggak mau lagi pulang sendirian."
Rizky, pria itu mengernyitkan dahi setelah mengambil duduk di depan adiknya. "Kenapa? Emangnya kemarin ada yang gangguin kamu?"
Zahra mengembuskan napas mengingat kejadian di mana ia pulang sendirian karena Aa-nya tidak bisa menjemput. Bukan apa-apa, kejadian waktu itu mampu membuat Zahra jadi sedikit parno untuk keluar rumah sendirian di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY [END]
Romance[Berubah judul menjadi DESTINY] Ketenangan dalam hidup Zahra bagai diporak-porandakan setelah ada pria 'gila' bernama Fiki yang tiba-tiba masuk ke dalam hidupnya mengambil peran. Fiki yang terobsesi untuk menaklukkan hati wanita itu membuatnya rela...